Minggu, 23 November 2008

PUISI KARYA SISWA-SISWI XII IPA 2 0809

Blog ini merupakan hasil karya siswa-siswi XII IPA 2 0809 melalui karya puisinya. Melalui pusi kita bisa mengekspresikan diri dan jati diri berkaitan dengan pemahaman tentang hidup dan kehidupan, hakikat dan prinsip, serta motto dan filsafat. Berkreasi adalah kebebasan berkekspresi guna membentuk dan mewujudkan diri.

37 komentar:

Ellyana Wijaya mengatakan...

Ellyana Wijaya
no: 10

Cahaya-Mu

Di antara lautan manusia
Kumelihat sebuah cahaya
Bergerak mendekatiku
Kujulurkan tangan ke arah-Nya

Dalam sekejap, cahaya itu meredup
Dan kulihat Engkau berdiri di sana
Telah kuputuskan saat itu juga
‘tuk memilih-Mu sebagai penerang hidupku

Tak peduli seberapa kuat cahaya-Mu menerangiku
Tak peduli seberapa lama cahaya-Mu menemaniku
Kupercaya Engkau takkan pernah meninggalkanku
Kupercaya Engkau ‘kan selalu bersamaku

Kurasakan kehangatan
Dari cahaya-Mu
Kurasakan kasih sayang
Dari cahaya-Mu

Kurasakan cinta-Mu
Dari cahaya-Mu
Kurasakan ke-Esaan-Mu
Dari cahaya-Mu

Tuntunlah hamba-Mu ini
Ke jalan-Mu yang benar
Tuntunlah hamba-Mu ini
‘tuk jauhi larangan-Mu
ya Tuhan


Palembang, 5 September 2008







Manusia

Kulihat lingkunganku
Telah terindahkan
Kulihat lingkunganku
Telah bersih

Tetapi kulihat lingkungan luar
Betapa sedih hatiku
Bagai ditusuk sembilu
Melihat semua duduk termenung

Duduk termenung
Tanpa arah dan tujuan
Mereka duduk menanti jawaban
Jawaban atas keterpurukan kemampuan mereka

Mereka duduk termenung
Menanti jawaban atas keterpurukan lingkungan sekitar
Lingkungan yang kumuh, kotor
Lingkungan yang sangat tak layak

Mereka mungkin lumpuh
Tetapi hti mereka tidak
Mereka mungkin lumpuh
Tetapi mereka bekerja sepenuh hati

Kita manusia sempurna hanya duduk melihat
Melihat tanpa berbuat apapun
Mungkin ini hanyalah sebuah cerita
Tapi ingatlah, cerita ini kulihat dengan mata

Palembang, 6 September2008

Utari Meitridasari mengatakan...

Utari Meitridasari
no: 31

Rintihan Hati-Ku

Aku ingin bebas..
Aku bagaikan dunia yang terlupa..
Tak satupun orang menganggapku ada..

Apa salahku??
Apa ku salah menyayangi dia dan mereka??
Apa ku salah mencintai dia dan mereka sepenuh hatiku??
Mengapa kisah cintaku selalu berujung tak indah?
Dari hatiku yang terdalam aku sungguh sakit..

Mengapa ini semua terjadi..
Aku hanya ingin menjadi seseorang yang berharga di hatinya layaknya bintang di surga..

Ketika dia mulai berubah, hatikupun bertanya ’ada apa denganmu?'
Aku sangat tak menyukai perubahan negatif pada dirinya sekalipun alasan dia berubah karena tak ingin menyakitiku..

Semua tentang kita telah tercatat dengan jelas di memoriku..
Dan takkan pernah kulupakan itu..
Karna aku tau..
Itulah harta yang paling berharga ketika tiba saatnya waktu datang untuk memisahkan kita..

Walaupun pabila saat itu datang kumesti menghapus jejakmu..
Tapi aku ingin kau tetap di dalam hatiku..
Aku selalu berharap kita selalu bersama..
Menjalani hidup tanpa ada yang menganggu bagaikan burung dibalik awan..

Karena..
Dunia tempat kita hidup sekarang bagaikan kota mati..
Dimana para penghuninya adalah manusia-manusia bertopeng yang selalu menutupi kejelekan mereka..

Sekarang..
Hanya sahabat yang dapat mengerti keadaanku..
Aku sungguh-sungguh ingin lepas dari semua ini..
Lepas dari semua belenggu yang ada..






Sesuatu yang Hilang

Tahun seribu sembilan ratus empat puluh lima..
Pemuda berjuang mengusir penjajah…
Saling membantu dengan yang tua..

Seiring bertambahnya waktu...
Zaman mulai maju...
Tetapi mengapa generasi muda malah mundur?

Senioritas tidak dipedulikan..
Rasa hormat terhadap yang tua diabaikan...
Apa ini yang dinamakan perkembangan zaman?

Pemuda sekarang seakan tidak ada moral..
Seakan tidak berpendidikan..
Dan seakan tidak punya sopan santu..

Apa yang sebenarnya dipikirkan pemuda-pemuda ini?
Entahlah..
Itu tidak penting..
Yang penting adalah bagaimana mengembalikan moral generasi muda yang hilang..

obaja mengatakan...

obaja
no 20

Tutur Kata

Bagaikan air
sirami tanah gersang
t'rasa sejuk dan menyegarkan

Bagaikan cahay mentari
hangat memelukku
damai di jiwaku

lembut dan indah tutur kata-Mu
T'rangi jalanku
Menghibur hatiku dan memb'riku harapan

Untuk selamanya sampai selamanya

Perkataan-Mu bertumbuh dihatiku
Siang dan malam slalu kurenungkan
janjimu yang indah,
ku kan berjalan didalamnya

Perkataan-Mu membuatku bersorak-sorai
s'lalu damai hatiku oleh-Mu
damaiku damai kita semua
Izinkan aku untuk s'lalu
mendengarkan tutur kata-Mu

Untuk s'lamanya sampai s'lamanya



Dulu dan Sekarang

MAJU! AYO MAJU!

Dulu dan sekarang itu berbeda
dulu MAJU!AYO MAJU!
sekarang maju ayo maju
Nenek buyutkupun bisa lebi semangat dari itu
Tulang-tulang dan darah para pahlawan kini tinggal kenangan

MAJU!AYO MAJU!

Dulu dan sekarang itu berbeda
dulu senang melihat orang lain senang,sedih melihat orang lain sedih.
sekarang susah melihat orang lain senang, senang melihat orang lain susah.

Zaman memang sudah berubah
nasionalisme kini tinggal kenangan
Barangkali nasionalisme ikut gugur dalam perang
ikut berkorban tanpa arti

Sesuai zaman sekarang
Mana ekspresimu?
Mana nasionalismemu?
MAJU!AYO MAJU!

Karya : Obaja Triputera Wijaya

apriyanda mengatakan...

Keagungan Tuhan

Tuhan…
Engkau Maha Esa
Yang mampu memutuskan asa
Dan mampu membuat binasa

Tuhan…
Engkau Maha Rahim
Yang mampu mendengar jeritan hati orang miskin
Dan tawa para pemimpin

Tuhan…
Engkau Maha Penyayang
Yang tak rela umat-Mu disidang
Dan tak ingin anugrah_Mu terbuang

Tuhan…
Engkau Maha Pengampun
Walaupun dosaku beruntun
Tapi Engkau rela mengucap ampun

Tuhan…
Aku akan bertobat
Maafkan dosa yang kuperbuat
Adar aku selamat
Saat malaikat-Mu menjemput ke akhirat



Alam

Seandainya,
Alam bisa bicara
Ia akan teriak dan berontak
Melawan secara serentak
Pembabatan hutan liar

Seandainya,
Alam bisa bicara
Ia akan mengerang
Ia akan membalas menyerang
Banjir meluap…
Gempa akan melahap…

Seandainya,
Kita bersabar
Sebagai makhluk ciptaan-Nya
Harus menjaga alam sekitar
Karena alam tempat kita hidup
Karena alam tempat kita berlindung…

Darmawan mengatakan...

Bangsaku Indonesia


Dari sabang sampai Merauke
kupuja selalu namamu
Dari Sabang sampai Merauke
Rakyatmu selalu bersatu
Dari sabang sampai Merauke
Kuabdikan jiwa dan ragamu selalu

Tanah airku Indonesia
Dapatkah engkau berdiri di tengah ombak samudera
Ditengah badai yang menerjang
Agar dapat mempertahankan anak dan cucumu

Selalu bersatu padu
dan mengorbankan juwa dan raga kepadamu
Oh..tanah airku Indonesia
Pastikan engkau dapat berdiri tegak di dunia



Pergaulan

Zaman sudah berubah
seperti angin berlalu
Sopan santun tidak du jadikan pedoman pergaulan
Norma-norma yang berdiri sejak dulu

Hancur berantakan seperti terkena tsunami
Ku tak mengerti pergaulan yang baik dan benar lagi
Para petuah pun ikut hanyut dalam kondisi dunia yang semakin kejam
kejam

Lelah aku mencari pergaulan yang sesungguhnya
kini saatnya kita memahami

Apa arti pergaulan ini
Artui hidup ini
Dan arti untuk bangsa ini

Hanya satu kata yang dapat saya untaikan yaitu pergaulan

rudi mengatakan...

Rindu

Rindu..
Rasa yang selalu kuselami sendirian
Tanpa mengenal batasan waktu
Tanpa tahu apa yang dilakukan-nya sekarang,
Dan apa yang dipikirkannya
Keping-keping kenangan yang telah pecah
Kucoba menyusun-nya kembali
Walau itu akan menjadi sebuah gambar yang kurang sempurna,
Tetapi gambar itu akan tetaplah menjadi sebuah gambar yang dapat dilihat
Dahulu aku berpikir,
Aku dan kau bagai sebuah pasang nada lagu yang saling melengkapi,
Dan sekarang aku pun tak salah
Kita tetaplah 2 buah tangga nada,
Tetapi sekarang kita terbagi bagai 2 buah nada di lagu terpisah
Kau mainkan sendiri lagu indah-mu.
Sementara aku pun begitu
Sepasang sayap kuletakkan di hati ini
Ternyata tidak cukup tuk membuat kita terbang terlalu jauh
Akhir-nya lewat kata-kata sederhana ini,
Kubiarkan rasa rindu ini terbang bersama angin yang akan membawa-nya kepadamu,
Dan agar kau tahu
Rasa rindu-ku padamu yang terdalam

Palembang, 4 September 2008



Politik Uang

Zaman sekarang
Asal ada uang,
Apa saja bisa kau perbuat

Hukum bisa kau butakan
dengan,
Silau-nya kemilau uang
Yang kau miliki

Kekuasaan
Jabatan
Kedudukan
Gelar
Semua bisa kau peroleh
dengan mudah
Lewat uang

Pantaskah tikus-tikus got itu di sana?
Menikmati semuanya?
Seperti tikus kekenyangan
Di hamparan keringnya sawah

Bersuka cita diatas
Duka-cita

Uang rakyat habis
Digerogoti
Oleh rakusnya tikus-tikus got
Oleh rakusnya para wakil rakyat

Kapan ini semua akan berakhir?
Apakah sampai semua sawah habis mengering?

Palembang, 3 September 2008

Anonim mengatakan...

Darwin
No : 07

Cinta Palsu

Kutahu ini salah
Kutahu ini musibah
Tetapi aku tak tahu harus mengapa
Mengapa aku tak dapat melupakannya

Oh... gadis, engkau begitu sempurna
Tak pantas untuk diriku yang hina
Tapi itu tak berarti apa-apa
Selama aku masih dapat melihat senyum indahnya

Senyum yang terukir didalam hatiku
Aku tahu dimana aku
Aku tahu ini menyakitkanku
Tapi kini kusadar dalam hatiku
Kukan terus menjagamu

Menjagamu dari luka
Menjagamu dari duka
Kubahagia melihatmu bahagia
Cukup, aku telah puas melihatmu sekarang disana
Engkau begitu gembira dan tersenyum bahagia

Biarlah kutannggung salahku ini
Salahku karena takdapat memilikimu saat ini
Biarlah engkau berbahagia selamanya
Akupun bahagia melihat engkau berada disana

Semua ini kucurahkan hanya untukmu
Hanya untukmu wahai gadis pujaanku
Yang selamanya terukir dalam hatiku
Dan selamanya berada dalam jiwaku
Hingga waktu akan menelan tubuhku
Kukan terus menyayangimu



Kerakusan Jiwa

Engkau bilang bagai tembok baja
Engkau bilang tak ada kedudukan raja
Tetapi kenapa engkau selalu bersahaja
Berdiri dipuncak bagai sang raja

Sungguh bohong engkau pecundang
Pecundang yang hanya bisa omong doang
Janjimu itu hanya berupa sampah
Janjmu itu membuat kami susah

Bangunlah wahai birokrasi busuk
Lihatlah laku tindakanmu yang menusuk
Menusuk hati kami rakyat-rakyat jelata
Sedangkan engaku korupsi merajarela

Apakah sudah selesai nasib birokrasi ini?
Apakah ini sosok birokrasi yang dinanti?
Sungguh kasihan ku melihatnya
Malah ingin muntah rasanya

Terkutuklah orang-orang yang korupsi
Dirimu sungguh rendah dibanding nasi basi
Tak ada harga untk orang-orang ini
Bahkan tak pantas untuk negri ini

Sadarlah, perbaikilah, benahilah negara ini
Rapuh, terpuruk, hancurnya birokrasi ini
Jangan, janganlah terjadi lagi hal ini
Sehingga kita tak lagi menangisi bangsa ini

Yudi mengatakan...

Nama : Yudi
Kelas : XII IPA 2
No : 37

Pahlawan Kemanusiaan
Karya : Yudi

Betapa sedih aku mendengar ...
Banyak kegemparan dunia melanda, gunung beranjak,
ombak bergemuruh, dan api menghanguskan
menyakiti ibu kita yang tercinta,
tanah air Indonesia

Betapa sedih aku mendengar ...
Banyak ciptaan-Mu yang sensara membuat hati risau dan pilu
Mereka memanggil nama-Mu dan berteriak
Tuhan, Apa salah kami?
Betapa sakitNya diri kami?
Tetesan air mata hati yang menyesakkan jiwa.

Apakah Yang Maha Kuasa murka?
Apakah Engkau membenci diri kami?
Apa salah kami sampai Engkau begitu kejam pada kami?
Apakah ini cobaan untuk melihat kesetiaan kami pada-Mu?
Sakit....
Pedih....
Hati kami menahan rasa penuh penderitaan ini.

Tapi...
Tuhan begitu baik
menjawab persoalan hidup kami denagn rencana yang indah.
Engkau mengirim kami pria perkasa, wanita penyayang, dan
insan dunia yang rela hidup menanggung malu
demi memperjuangkan kami kaum terhina ini.
Melepaskan belenggu dan beban yang kami pikul dengan
memberi hidup.

Engkau pakai mereka menuntun kami
bertahan akan kejamnya dunia ini.
Mereka menguatkan jiwa dan mendorong kami
untuk maju dan bersemangat dalam menghadapi
keseraman dunia ini.

Terima kasih kuucapkan padamu
Pahlawan yang kucinta
Hanya doa yang dapat aku berikan pada
jiwa besarmu bagi kami, rakyat yang terhina.


Dunia Kawula Muda
Karya : Yudi

Jauh memandang kehidupan dunia
Anak-anak muda pemegang kunci
yang impian bangsa.
Kehidupan dunia yang penuh lika-liku
menenggelamkan jiwa daun-daun muda
yang segar dan penuh embun pagi yang
menyejukkan.

Anak muda adalah pertama dunia
yang lebih indah dari intan
dan begitu berkilau memancarkan
sinar yang indah dari diri mereka.
Permata yang menarik perhatian dunia.

Terbayang di mata, hai daun muda!
Dunia hidupmu yang penuh gemerlapan
melahap dirimu, dunia tanpa aturan membayangimu dan
dunia penuh ketakutan menghantuimu yang menutup mata hati.

Hai anak muda!
Sadarlah!
dan bangkitlah!
Engkau telah dimakan oleh dunia ini.
Engkau hidup semata-mata hanya untuk
menikmati dunia.

Daun-daun muda jatuh dari pohon
Menggugurkan diri mereka satu persatu hingga luluh runtuh.
mengeringkan diri samapi menguning.
Anak-anak muda, begitu kerasnya diri mereka bagi batu karang kokoh
di tengah laut. Terus maju dan tidak memikirkan diri mereka lagi!

Mata mereka telah ditutup oleh kesenangan
dunia yang merusak hidup
menjatuhkan harga diri
menghancurkan masa depan
yang di depan pandangan mereka.

TanganMu penuh noda mengotori duni ini
Menodai kehidupan yang penuh arti
Tanpa rasa sakit dan
Hai anak Muda!
Engkau gewerasi bangsa!
Bangunlah dari tidurmu yang lelap
Bangkitkan semangatmu!
Sadarlah!
Karena Jiwamu begitu berarti
bagi bangsa dan negara ini.

Unknown mengatakan...

Name :Veni Vivi Valentine
Kelas :XII IPA2
Absen :32

Puisi Religi

Terima Kasih Tuhan

Tuhan
Engkau Maha Tau
Engkau Maha Penolong
Engkau Maha Pengasih
Dan Engkau Maha Pengampun

Disaat Diriku Banyak Masalah
Disaat Diriku Bimbang
Disaat Diriku Putus Asa
Engkau Datang Menolongku

Tuhan,
Disaat Banyak Orang Mencari Kepuasan
Disaat Banyak Orang Menjadi Egois
Engkau Tetap Menolongku

Kasihmu Ya Tuhan
Yang Begitu Besar
Dan Pertolonganmu
Yang Begitu Ajaib
Selalu Menyertaiku

Terima Kasih Tuhan
Atas Berkatmu
Yang Engkau Limpahkan

Terima Kasih Tuhan
Palembang, 6 September 2008



Krisis Moral Generasi Muda

Moral

Munculnya Sinar Sang Surya Disudut Pagi
Gejolak Niat Amat Tinggi
Mencari Ilmu Hari Ini

Perjalanan Dengan Roda Empat Bermesin
Sambil Menikmati Rahmat Tuhan Atas Pagi Yang Cerah

Tak Berapa Lama
Kumelihat Segerombolan Remaja Membawa Batu
Menghujani Bagi Tempat Penuntut Ilmu
Tak Habis Pikir Perasaanku

Tawuran
Perkelahian

Apakah Tujuan Dari Semua Itu?
Kepuasan?
Kesenangan?
Setelah Mendapatkannya Lalu Apa?
Hanya Nestapa Belaka

Lagi-lagi
Apakah tujuan dari semua itu?
Kepuasan?
Kesenangan?
Lebih Lagi Suntikan Kenikmatan Iblis
Mengobrak-abrikan Bibit Unggul Negara Ini

Berjuanglah Hai Siswa Siswi
Demi Membangun Tumpah Darah Ini
Tetapi Sekali Lagi
Ingatlah,Menyesal Kemudian Tiada Berguna
Palembang,6 September 2008

Rita mengatakan...

Nama :Rita
Kelas :XII IPA 2
Absen :24



Tema : Heroisme

Pahlawan Hidupku
Ayahku,
Pahlawan utama hidupku,
Panutan,Penopang Diriku,
Tanpamu,Ku takkan Ada

Ia Gagah Bak Seorang Perwira.
Bahunya Kekar ,Sigap Dan Tangkas
Sinar Keyakinan Mengisi Matanya
Dan Selalu Cinta Dihatinya,
Lembut Untukku

Ayahku,
Engkau Laksana Pejuang,
Pahlawan Nan Jauh
Ribu Tetes Teluh Tak Kau Hiraukan
Lelah pun Tak Menghalangimu
Demi Kami Keluargamu

Rasa Kagum,Cinta,dan Terima Kasihku
Tak Sanggup Bibir ini Mengungkapkannya
Takkan Bisa Raga Ini Menembusnya
Kau Memberi Jasa Terbesar Dalam Hidupku
Engkaulah Panglima Terhebat Dalam Hidupku

Karena Engkaulah Ku Ada
Karena Engkaulah Ku Hidup
Karena Engkaulah Ku Bahagia
Kau Adalah Jiwaku
Ayahku, Kau lah Pahlawan Hidupku
Palembang,4 September 2008


Tema:Nasionalisme

Bangun Negeriku

Negeri Yang Kucinta
Alam Kaya Nan Indah
Ikan Dan Gandum Melimpa Ruah
Indonesia Negeri Permai

Tetes Darah Demi Negeriku
Jiwa Raga Tak Takut Kukorbankan
Bangun Indonesiaku
Jaya Selalu!
Berani Semera Darah.

Bangun Negeriku Tercinta!
Jangan Kau Takut Atau Gentar
Niat Suci Seputih Kapas,
Namun Berani Semera Darah

Pikiran Dan Jiwaku Ialah Milikmu
Negeriku Tercinta
Kan Kubangun Dirimu
Walau Peluh Mengalir Bak Henti

Kaulah Tempatku Tumbuh
Tempat Semua Kebahagiaanku
Harapan Dan Jiwaku
Palembang, 7 September 2008

MAX [FØRBIDDEN] mengatakan...

Maximilianus
No: 17

Cinta yang Abadi

9 bulan 10 hari
Aku dikandungnya
Meminta gizi darinya
Dan diberinya dengan senang hati

1 tahun bersamanya
Aku bahagia selalu
Apa yang kupinta
Tidak akan tidak dilakukannya

Saat kujatuh dan menangis
Dia orang pertama yang datang
Membawa sehelai tissue
Lalu menciumku

Saat kutakut dan gelisah
Kembali ia datang padaku.
Memluk aku dan menemani aku
Hingga aku berani lagi

Sampai aku tua nanti
Ia tak akan pernah lari dariku
Kan selalu temani aku tanpa lelah
Dan tanpa harap upah sedikit pun

Untuk orang sebaik ini,
masih sanggupkah menampar pipinya?
Untuk orang selembut ini,
Masih sanggupkah membebaninya?

Ya, jasanya amat besar
Tidak akan tergantikan
Walau aku mampu menghadiakan matahari
Namun cintanya lebih terang dari matahari
Hanya iringan doa yang bisa kuberi

Palembang, 5 September 2008


Tikus Besar Penggerogot Rakyat

Peluh demi peluh dikumpulkan rakyat
Bekerja mondar-mandir di bawah matahari
Tak akan menyerah karena cinta keluarganya
Dijualnya hasil peluh untuk secercah uang

Nun jauh di sana
Seekor tikus besar duduk tertawa
Tak berpeluh dirinya sedikitpun
Wangi tubuhnya semerbak kemanapun

Disarangnya tikus itu berjaya
Dia gemuk dan besar
Selalu dia dapat yang dia mau
Termasuk hal nista dan najis itu

Ya... Dia datang pada rakya
Lengkap dengan pidatonya.

Digerogotinya rakyat
Setengah peluh siksaanya
Mau tak mau rakyat memberi
Walau berat tangan bergerak

Tikus itu senang
Peluh itu ia simpan dan dipakai sendiri

Hai, engkau tikus!
Busuklah engkau diantara yang terbusuk
Hinalah engkau diantara yang terhina
Hujatan rakyat bergerumuh di kupingnya

Mari kita lihat tikus itu
Tikus itu tak peduli
Dia mau dihujat

Palembang, 5 September 2008

angela jessica mengatakan...

Angela Jessica
No. Absen: 2


Guru-ku

Padamu ku teringat selalu
Tugasmu begitu mulia
Mencerdaskan anak bangsaSemuanya, tanpa pandang bulu

Masinh teringat jelas
Sewaktu menduduki bangku TK,
diriku tak bisa apapun
Bahasa Indonesia pun aku tak lancar

Aku bisa berhitung dan membaca
Semua karena dirimu
Tanpa dasar yang engkau ajarkan,
tak 'kan ada diriku yang sekarang

Guru,
Kau memang pahlawan sejati
Jasamu mempersiapkan masa depanku
Pengorbananmu sangat berarti dan tak tergantikan
Izinkanlah aku mengukir namamu di relung hatiku


(Palembang, 31 Agustus 2008)







Alam Telah Murka

Pagi telah datang
Tetapi kurasa sesuatu berbeda
ak terdengar merdu kicau burung
Tak tercium segarnya dedaunan
Tak terasa hangatnya mentari

Ooh alam,

Mengapa tak kutemukan pagi seperti biasa?
Mengapa keindahanmu tak lagi terasa?
Apa kau lelah?
Ataukah kau marah?

Kami tahu
Perlahan, kami hancurkan dirimu
Kami telantarkan kau
Tanpa memikirkan perasaanmu

Kau,
sumber hidup kami
Tempat kami berpijak,
tempat menggantungkan harapan,
dan meneruskan sisa hidup ini

Kami berjanji
'kan merawat dan menjagamu
ooh alam, izinkanlah kami menikmati keindahan,
keindahan di hari esok


(Palembang, 3 September 2008)

ADNAN HARIRI mengatakan...

NAMA :Adnan Hariri
KELAS :XII IPA 2
ABSEN :01

SEPENGGAL MIMPI YANG BERLAKU

Baju compang-camping bukan masalah
Asal ada yang menempel tubuh
Dari angin tajam tusuk kulit

Tak apa makan pungutan tanah
Asal sesuatu lewat kerongkongan
Walau lambung tetap tandus

Tidur beralas tikar juga tak apa
Asal tidur nyenyak dan bermimpi
Walaupun mimpi itu hanyalah sepenggal cerita

Bebaskan jiwa jadi merpati ungu
Lelehkan bara semati ungu
Demi sepenggal kisah baru
Mari melompat ke tingkap buana
Yang hadirkan celah kemungkinan
Melangkah lantang agar mimpi terwujud


Palembang,4 september 2008






WAKIL RAKYAT YANG BUTA

Rakyat sengsara
Diapun tak peduli

Yang penting terima gaji besar
Entah buta atau tidak
Entah hala atau bukan
Entah darimana dan untuk apa

Apa pedulimu!!
Yang penting perut berisi
Nikmatkan uang luar batasnya
Tubuh terebah di soffa mewah
Tidur nyenyak di kursi dewan

Duniawi butakan kalian
Bukan buta mata kepala
Tapi buta mata hati
Buta mata nurani

Hai wakil rakyat!!
Wakili kaum jelata
Bela hak dan salurkan aspirasi kami
kesampingkan sejenak ego itu
Demi bangun indonesia yang lebih cerah


Palembang,4 september 2008

StephannyLianardo2 mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
StephannyLianardo2 mengatakan...

Nama: Stephanny Lianardo
No. Absen: 28

Kisah Seorang Pahlawan

Sebelum kemerdekaan,
Rakyat Indonesia berjuang,
menuntut kebebasan,
menuntut kemerdekaan

Darah tertumpah,
hidup tersiksa,
jiwa terbelenggu,
tangis dan air mata mengalir
Keringat bercucuran,
kulit melepuh,
bagaikan peluh darah yang jatuh ke tanah
Inilah kisah seorang pahlawan

Seorang pahlawan yang mungkin terlupakan
Dia yang berjuang demi kemerdekaan
Dia yang kehilangan jiwanya demi kebebasan
Seorang rakyat yang ikut berjuang,
yang entah siapa gerangan namanya,
yang tak diingat lakunya,
yang tak dikenang rupanya,
yang tak tertulis dalam buku sejarah,
maupun di atas prasasti,
dan tak ada yang tahu perjuangannya
Inilah kisah seorang pahlawan,
yang terlupakan oleh orang-orang



(Palembang, 3 September 2008)

StephannyLianardo2 mengatakan...

Nama: Stephanny Lianardo
No. Absen: 28

Definisi Cinta

Cinta itu sabar
Cinta itu pengorbanan,
dan rela betkorban
Cinta itu murah hati
Cinta itu menerima apa adanya
Cinta itu mau menunggu
Cinta itu kebahagiaan

Cinta tak s'lalu kebahagiaan
Cinta itu kesedihan
Cinta itu sakit
Cinta itu duri dalam daging

Cinta itu obat yang mengobati
Walau obat itu terkadang perih bagaikan alkohol,
atau pahit seperti pil
Cinta itu adalah harapan

Cinta itu mau bertahan
Cinta itu tidak lari dari masalah
Cinta bukanlah emosi sesaat yang timbul,
hanya karena kita bahagia

Cinta itu adalah suatu keputusan
Cinta itu keyakinan yang timbul dari kejujuran
Cinta itu rela tersiksa
Cinta itu mau mengalah

Cinta itu nyata
Namun, cinta itu hanya ada dalam khayalan belaka
Cinta itu antara ada dan tiada

(Palembang, 31 Agustus 2008)

audi mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
audi mengatakan...

Nama : Audi Adrian
Kelas : XII P 2
Absen : 04

Intan yang Menghilang

Di tengah teriknya matahari
Terkibas kilaunya di jajaran padang hijau
Melambai-lambai terkibas angina dengan bulir padi yang tengah menguning
Tak asing di ingatanku, lingkungan nan jauh
Tempatku dilahirkan
Desa yang anggun
Sejuk dengan angin yang bebas masuk ke paru-paruku
Alunan merdu suling bambu melelapkanku
Tinggalah aku di gubuk tua tertidur pulas
Samapi kerlap-kerlip bintang terbangun
Aku masih terpaku dalam mimpi
Tentang kampungku yang indah
Kampungku yang anggun penuh pesona
Lingkungan desa yang hijau
Dengan pancaran sinar bulan di tengah genang-genangan air
Laksana bintang yang hijrah ke samudera
Tapi tak kala hidupnya takkan lama
Terpautnya orang-orangyang jalang yang meniadakan insan bak intan


Palembang, 15 Agustus 2008




Kenangan Kita

Dulu kau memegang tanganku di sini
Dulu kau menuntunku dari sini
Dulu kau menyelamatkanku di sini
Dulu kau berjalan bersamaku di sini
Dulu kau tertawa bersamaku di sini
Dulu kau melihat semuanya bersamaku di sini
Dulu kita jatuh bersama dari sini
Lalu seberkas cahaya putih
Datang, mengambilmu dariku
Tertinggal aku sendiri
Apa yang harus kulakukan ketika sendiri?
Mataku buta tanpamu
Kakiku seakan tidak dapat bergerak tanpamu
Senyumku seakan hilang tak berjejak
Aku tidak bisa tertawa tampamu
Aku lemah tampamu
Namun
Apa yang bisa aku perkuat
Ku hanya bisa diam di sini
Beraharap cahaya putih itu datang kembali
Tuk membawaku bersamamu selalu


Palembang, 8 Agustus 2008

Stevensen Effendy mengatakan...

Hutanku Oh… Hutanku
Stevensen Effendy (32)

Gemercik air sungai
Kicauan burung kecil nan merdu
Gemerisik dedaunan bagai alunan melodi
Pepohonan berdansa bersama angin
Semilir angin membelai rambutku
Murninya tanah membawa berkah
Segarnya udara kehidupan

Oh… hutanku…
Kau membantu hidup kami
Kau mencegah bencana alam
Kau menyediakan semua yang kami perlukan
Jasamu sangat mulia

Oh... hutanku...
Banyak orang mengincarmu
Banyak orang menebangimu
Banyak orang merusakmu
Membuatmu semakin punah

Wahai cucu Adam dan Hawa...
Sadarlah engkau arti pentingnya hutan
Mari jaga hutan kita
Jangan biarkan penebangan liar merajalela di mana-mana

Oh hutanku...
Aku sungguh berterima kasih padamu
Kan kurawat Engkau
Sepenuh hati

Palembang, 5 September 2008

Jika
Stevensen Effendy (32)

Jika...
Kulihat bola matamu,
Seakan ku tahu
Apa yang ingin kau lihat

Jika...
Kutahu harapanmu,
Seakan ku dapat
memberi segala yang kau inginkan

Jika...
Apa yang kuimpikan,
Sama dengan yang kau impikan
Mari kita wujudkan bersama

Jika...
Kutahu bahagiamu,
Seakan ku ingin
Membuatmu jadi yang terbahagia

Jika...
Kupunya sayap,
Ku akan mengepakkannya
Bersamamu terbang tinggi

Dan yang terpenting jika....
Ku adalah bagian hidupmu,
Ku akan siap
Selalu ada di hatimu

Palembang, 6 September 2008

Juan mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Juan mengatakan...

Nama: Juan August Naldo
Kelas: XII IPA 2
No. absen: 14


Tema: Cinta

GADIS PUJAAN
Karya: Juan A.N


Malam yang begitu sunyi,
Bagaikan kertas hitam kosong yang belum dihiasi.
Tak ada satu pun bintang malam ini.
Tak ada bulan di langit, serasa warna-warni
dunia telah mati.
Hanya diriku sendiri,
Termenung di kesunyian malam ini.

Memikirkan gdis yang kupuja.
Bagaikan pelukis ternama,
Satu raut wajahnya pun tak ada yang kulupa.
Ku tak tahu apa daya cinta buta.

Membuat perasaan yang kupendam tak dapat kuungkapkan.
Hanya lewat mata ini bisa kusampaikan.
Ku gugup untuk mengatakanya,
seolah jantung ini berhenti sementara.
Maka malam ini akan kurangkai kata,
untuk gadis yang kupuja
esok hari.
Kan ku ungkap di depannya.
Setelah itu, ku akan dapat tertidur lelap,
Di malam sunyi ini.

Dengan mimpi seorang gadis.
Yang begitu dingin, bagaikan angin malam.
Yang begitu lembut, bagaikan awan malam.
Yang caniknya dapat menjadi warna-warni
di malam ini.
Sehingga malam ini akan begitu indah.
Serasa bidadari telah mulai bekerja kembali.
Atas indahnya langit malam ini.

Palembang, 1 September 2008
Tema: Kebobrokan birokrasi

RAKYAT JELATA
Karya: Juan A.N

Masalahmu adalah masalahmu.
Urusanmu dalah urusanmu.
Urus saja moralmu,
urus saja akhlakmu.
Tetapi peraturan sehat yang kami mau.
Peraturan yang adil dan tegas tak pandang bulu.

Walau hidup terkadang seperti permainan.
Tetapi kami tak ingin dipermainkan.
Layaknya sebuah mainan,
sebagai hiburan.
Berikanlah kami sebuah kepastian.
Seperti apa yang tertulis dalam kebijakan.
Turunkanlah harga secepatnya,
agar kami tidak menjerit kesakitan.

Dunia politik punya hukum sendiri.
Tetapi mengapa korupsi semakin menjadi-jadi.
Sampai-sampai BBM membumbung tinggi.
Dan membuat air mata kami membasahi pipi.

Dunia politik penuh dengan intrik.
Terkadang asik,
dan terkadang tak asik.
Tetapi suara kalian amatlah berisik.

Kami kena getahnya,
Tetapi daging buahnya entah kemana.
Hanya tetinggal biji dan kulitnya.
Layaknya kami hanya tinggal bermimpi
dan ambil hikmahnya.


Palembang, 2 September 2008

Pricilia Anugrah mengatakan...

Pricilia Anugrah
No: 22

Jakarta Banjir Lagi

Jakarta banjir lagi
Kata-kata tersebut pasti sudah sering terdengar
Penyebabnya pun pasti diketahui dengan jelas
Ya, sampah di mana-mana menyebar
Di jalan, di sekolah, di toilet, bahkan di kolong meja
Sungguh sangat memprihatinkan

Kepedulian akan lingkungan sangatlah miskin
Lihatlah negara-negara lain
Seharusnya kita malu melihat hal ini
Tetapi sepertinya masyarakat tidak ada hati

Budaya membuang sampah sembarangan sudah mendarah daging
Walaupun sudah ditempel di dinding
Tetap saja dibuang tak menentu
Peringatan dianggap angin lalu

Ayolah kawan jangan begini terus
Jikalau bukan kita siapa yang mengurus
Petugas kebersihan tak dapat mengerjakan sendiri
Harus ada orang yang membelakangi
Kalau bukan kita siapa lagi

Bersatu kita teguh
Bercerai kita runtuh
Mari kita lakukan bersama-sama
Membuang sampah pada tempatnya
Niscaya kita akan mengurangi dampak buruknya

Palembang, 7 September 2008


Seandainya Aku Dapat Sekolah Lagi

Matahari bersinar cerah
Tersenyum padaku yang berhati gundah
Kutarik nafas dan mendesah
Sudah seminggu ak tidak sekolah
Berkeliling menjajakan kue basah


Seandainya aku dapat sekolah lagi
Pasti hatiku berseri-seri
Bertemu Bu Guru yang baik hati
Dan teman sebangkuku yang manis sekali
Kuingat ketika kami mengobrol di kelas
Atau ketika kulupa mengerjakan tugas
Akan dihukum lari lapangan sampai kaki lemas

Seandainya aku dapat sekolah lagi
Aku akan belajar lebih rajin
Tapi barangkali itu sudah tidak mungkin
Karena keluargaku sangat miskin

Seandainya aku dapat sekolah lagi
Aku akan menjadi seorang dokter
Melayani di daerah-daerah terpencil
Mengabdi unutk orang-orang kecil

Kemarin kulihat slogan di dekat rumah
Di situ tertulis masa sekolah adalah masa yang terindah
Kuberitahu satu hal kawan
Hal itu memang benar
Jangan sia-siakan kesempatan
Sekolahlah selagi kamu bisa
Agar tidak menyesal nantinya

Palembang, 7 September 2008

W_Gozali mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
W_Gozali mengatakan...

Willam Gozali
XII P 2
34

Terima Kasih Tuhan

Oh Tuhan
Engkaulah maha pengasih dan penyayang
Engkaulah yang selalu melindungiku
Di setiap langkah hidupku
Engkau tak pernah meninggalkan hamba-Mu
Walaupun sudah sekian banyak dosa yang telah kulakukan
Tapi...
Kau selalu mendampingiku

Tak pernah berhenti Engkau hadirkan penerangan
Peneraangan di sepanjang hidupku yang kelam ini
Tak pernah juga Engkau berhenti menghadirkan kesejukan
kesejukan untuk hatiku yang selalu disulut api kemarahan ini
Engkau ibarat penunjuk jalan
Penunjuk jalan pada lika-liku kehudupanku

Oh Tuhan
Entah apa yang bisa kuberikan untuk-Mu
Sebagai tanda terima kasihku
Mungkin hanya syukur dan doa sajalah yang bisa dihaturkan
Karena Engkau telah membimbing tanpa lelah
disepanjang hidupku
Engkau tak pernah lelah ataupun menyerah
walau hambamu selalu berusaha menjauhi-Mu
Engkau akan terus membimbing hamba-Mu
hingga akhir waktu
hingga dia berada di sampingmu
dan takkan pernah menjauh lagi darimu





Tikus Makan Uang

Dulu tikus makan padi
Tapi zaman sudah berubah, makin edan saja
Tidak lagi makan padi
Tapi sekarang tikus makan uang
Orang dibuatnya habis tak bersisa
Memang tikus zaman sekarang sudah edan

Dulu tikus makan padi
Tapi sekarang tikus makan uang
Tak kenyang satu tambah dua
Habis sini lalu ke sana
Ceplos sini ceplos sana
Main sikat main embat
Memang tikus zaman sekarang susah edan

Lumbung padi birokrasi sudah hancur
diserang oleh tikus-tikus negara
Tak ada lagi yang bisa memperbaikinya
Hanya satu yang dapat
Komisi Pemberantas Tikus

demy mengatakan...

Nama : Demy Septiana
No. absen : 08

Derita Rakyat Kecil

Rakyat menangis
Di kala mereka mengais rejeki
Menanti belas kasihan
Untuk dapat terus bernafas

Rakyat berteriak
Minta ampun, minta tolong
Tak satu pun menolong
Menorehkan sedikit rasa iba

Rupiah terus melonjak
Angka nol terus bertambah
Bahan baku mahal bagai barang berharga
Harus makan apa mereka?

Tempat tinggal digusur
Tak ada kasihan
Tak ada yang layak
Untuk dapat mereka bernaung

Mereka juga manusia
Juga ingin bahagia
Tapi pemerintah lakukan apa?
Semua bertambah susah

Andai ada perubahan
Andai ada keajaiban
Buat nasib mereka membaik
Andai saja....

Palembang, 6 September 2008





Hilang

Lihat aku disini
dan kau disana
Lihatlah jarak yang memisahkan kita
Tak jua dapat kita bersatu

Tahukah kau akan cintaku?
Tahukah kau tak ada yang lain selain engkau?
Mungkin memang kau tak akan pernah tahu
Akan cintaku yang membisu

Matahari sinari pagiku
Sambut hariku dengan harapan baru
Mengisi hatiku dengan tawa riang
Buat hidupku lebih berwarna

Namun, semua t'lah kelabu
Dari kejauhan aku menunggu
Andaipun kau tahu
Tak akan ada lagi ruang untukmu

Tak ingin lagi kuingat kau
Kau yang pernah bahagiakanku
Kau pula yang telah hancurkanku
Dan kini kau yang permainkanku

Kini kuhapus semua kisah cinta
Tiada lagi cerita tentang kita
Cinta yang layak debu
Yang pernah datang dan sekarang pergi

Palembang, 6 September 2008

Kenny mengatakan...

Tema : Krisis Budaya

RINDU INDAHMU

Karya: Kenny

Kubisa tunjukkan padamu
Sesuatu yang indah
Yang dulu kau puja bak bunga
Yang mungkin terngiang di mimpi indahmu

Namun semua itu berubah
Karena ulah
Tingkah polah yang hina
Hingga semuanya sirna

Dulu ku bangga
Ku dapat nikmati bersama
Indahmu wahai jelita
Ku terpesona

Kau yang dulu kupuja
Semua mata menyapa
Kini
Hanya bayang indah yang tersisa

Indahmu dirampas
Sungguh tega
Dalam sekejap saja
Seolah kini kau tak berharga

Bagaimana caranya?
Tuk kembalikan indahmu
Sebab disana terukir kisah
Antara aku dan dirimu
Palembang, 4 September 2008





Tema: Pendidikan

ILMU

Karya: Kenny

Ilmu. . .

Semua orang mencarinya
Engkaulah kunci masa depan
Mampu mengubah segalanya
Memberi pengaruh besar bagi kehidupan

Namun sayang…
Tak semua orang beruntung
Ada yang tak dapat meraihnya
Ada pula yang menyiakannya

Ilmu…

Sebuah anugerah penentu cita
Sungguh berharga
Tak dapat dipandang sebelah mata
Tuk arungi liku dunia

Ilmu…

Sungguh mudah tuk diucapkan
Namun tak semudah menjalani
Janganlah kau siakan
Teruslah selami !

Ilmu…

Sebuah kata sederhana
Namun kaya ‘kan makna
Yang lahir
Dari pahlawan tanpa tanda jasa

Palembang, 2 September 2008

Dwiwan mengatakan...

Nama : Dwiwan Dharma
No : 09

Ibuku Pejuangku

Ibu
Tak ada yang sepertimu
Sejak aku masih kecil
Engkau rela mengurusku

Engkau rela berkorban
Tanpa pamrih
Tanpa lelah
Engkau menasehatiku

Dengan sabar
Tanpa mengeluh
Ibu
Aku ingin membalas budi baikmu

Tapi
Apa dayaku?
Aku hanyalah manusia
Yang tak dapat berbuat banyak

Ibu
Semoga perjuanganku tak sia-sia
Tak hanya menjadi hambar
Tetapi tidak membuatmu kecewa

Aku sudah melakukan yang terbaik
Semuanya hanya berujung untukmu
Aku hanya dapat berkata
Aku saying padamu, Ibu

Palembang,7 September 2008


Kaulah Hidupku

Disaat ku sendiri
Tak ada yang menemani
Hanya kaulah
Yang dating untukku

Aku hanya seorang manusia
Yang tak sempurna
Serba kekurangan
Hanya kaulah yang peduli padaku

Ku tak mau kehilanganmu
Aku sangat mengharapkanmu
Aku tak inign
Tak ingin membuatmu terluka dan sedih

Katakanlah dengan sungguh-sungguh
Hanya aku dalam hatimu
Katakanlah jika
Kau cinta padaku

Untuk selamanya
Kau jadi milikku
Selamanya,
Kaulah hidupku

Palembang, 7 September 2008

cornelia mengatakan...

cornelia
no:5


Kebodohan seorang wanita



Masa lalu yang sangat indah
Adalah saat bersamamu
Saat hujan
Saat capai
Saat sedih
Saat senang
Semuanya terasa indah bila bersamammu

Masih teringat jelas
Saat pertama kali
Mata kita saling menatap
Hanya senyuman manis yang bias kuukirkan dibibirku
Senada dengan diriku
Senyumanmu berhasil membuatku mabuk kepayang

Hari-hari begitu indah
Saat kita bertemu kembali
Saat itulah gairah cinta tak terkendali
Saat tanganmu mulai menjabat tanganku
Tubuh yang semula dingin mulai terasa hangat
Dan saat itulah getaran cinta menyelimuti kita

Hari-hari berikutnya sanagt indah
Namun tak jua kau ucapkan kata cinta
Aku hanya bisa menunggu
Menunggu tuk jadi pacarmu

Saat hari itu tiba
Saat kau ucapkan cointa
Diatas pagoda merah
Dengan mantap kau genggam tanganku
Dan berkata, jadilah pacarku

Saat waktu mulai berjalan
Saat bunga yang kau berikan mulai layu
Saat boneka yang kau berikan mulai berdebu
Saat itulah cintaku padamu mulai mati

Ku lupa dengan cinta
Ku lupa dengan kenangan
Ku lupa dengan dirimu
Yang aku ingat hanya orang lain

Saat ak tersadar
Aku baru menyesal
Setelah ku sadar yang sebenarnya ku cintai adalah dirimu
Dan saat ku tersadar
Kita sudah dipisahkan jarak dan waktu
Sudah ada wanita lain disampingmu
Yang begitu sempurna

Sekarang saat ku mulai lelah menunggu
Hanya doa dan harapan yang dapat ku panjatkan
Aku masih disini
Berdiri di pagoda ini
Menunggu dirimu kasih



Bengawan solo

Ingat saat itu
Tiada kerja ku buka album tua mama
Aku terkejut
Benagwan solo begitu indah disana
Begitu biru dan jernih
Sesuai dengan lagunya yang elok

Tapi
Bila kulihat keadaan bengawan solo sekarang
Bengawan solo sekarang sudah keruh
Bau menyengat bila melintas
Bengsawan solo sudah tak elok lagi

Lagu itu tinggal kenangan
Lagu yang terkenal hingga ke pelosok dunia
Semua tinggal kenangan
Bengawan solo tak elok lagi

cornelia mengatakan...

cornelia
no:5
Kebodohan seorang wanita

Masa lalu yang sangat indah
Adalah saat bersamamu
Saat hujan
Saat capai
Saat sedih
Saat senang
Semuanya terasa indah bila bersamammu

Masih teringat jelas
Saat pertama kali
Mata kita saling menatap
Hanya senyuman manis yang bias kuukirkan dibibirku
Senada dengan diriku
Senyumanmu berhasil membuatku mabuk kepayang

Hari-hari begitu indah
Saat kita bertemu kembali
Saat itulah gairah cinta tak terkendali
Saat tanganmu mulai menjabat tanganku
Tubuh yang semula dingin mulai terasa hangat
Dan saat itulah getaran cinta menyelimuti kita

Hari-hari berikutnya sanagt indah
Namun tak jua kau ucapkan kata cinta
Aku hanya bisa menunggu
Menunggu tuk jadi pacarmu

Saat hari itu tiba
Saat kau ucapkan cointa
Diatas pagoda merah
Dengan mantap kau genggam tanganku
Dan berkata, jadilah pacarku

Saat waktu mulai berjalan
Saat bunga yang kau berikan mulai layu
Saat boneka yang kau berikan mulai berdebu
Saat itulah cintaku padamu mulai mati

Ku lupa dengan cinta
Ku lupa dengan kenangan
Ku lupa dengan dirimu
Yang aku ingat hanya orang lain

Saat ak tersadar
Aku baru menyesal
Setelah ku sadar yang sebenarnya ku cintai adalah dirimu
Dan saat ku tersadar
Kita sudah dipisahkan jarak dan waktu
Sudah ada wanita lain disampingmu
Yang begitu sempurna

Sekarang saat ku mulai lelah menunggu
Hanya doa dan harapan yang dapat ku panjatkan
Aku masih disini
Berdiri di pagoda ini
Menunggu dirimu kasih

Bengawan solo

Ingat saat itu
Tiada kerja ku buka album tua mama
Aku terkejut
Benagwan solo begitu indah disana
Begitu biru dan jernih
Sesuai dengan lagunya yang elok

Tapi
Bila kulihat keadaan bengawan solo sekarang
Bengawan solo sekarang sudah keruh
Bau menyengat bila melintas
Bengsawan solo sudah tak elok lagi

Lagu itu tinggal kenangan
Lagu yang terkenal hingga ke pelosok dunia
Semua tinggal kenangan
Bengawan solo tak elok lagi

Maria mengatakan...

Nama: Maria V. Prescillia H.
Kelas: XII P 2/ 16

Moral Hancur

Coba kau lihat
Apa yang dapat kaubanggakan dari bangsa ini
Dapatkah kaubandingkan dengan negara lain
Apa kata nenek moyang kita
jika tahu bangsa ini bobrok

Apa gunanya peraturan
Jika akhirnya dijadikan pajangan belaka
Betapa malunya negara kita di mata dunia

Mental terjajah
Negara penuh demonstran
Koruptor yang merajalela
Cercaan yang kita dapatkan
Tak sebanding dengan prestasi yang diperoleh

Bangkitlah generasi muda
Lakukan yang terbaik untuk negara kita
Jadikan mental bangsa bebas
Negara penuh kedamaian
Bangsa yang memimpin dunia

Palembang, 3 September 2008





Nusantara Menangis

Lestari tanah Indonesia
Bhinneka Tunggal Ika pedomannya
Unik suku bangsa Indonesia
Budaya asal muasalnya

Waktu kini terus berlalu
Membuat rasa milik kian runtuh
Seiring dewasanya tubuh
Semakin terasa kian acuh

Beragam budaya Indonesia
Tak semua di luar kepala
Bahkan banyak tak mengenal
Membuat Nusantara terluka

Budaya pertiwi telah terasing
Budaya asing telah membumi
Akankah nusantara mampu bertahan
Melihat tergantinya budaya sendiri

Palembang, 3 September 2008

sevoni mengatakan...

Nama : Sepvonny Fransiska
Kelas : XII P2
No : 27

Rakyat yang lemah

Kehidupan semakin sulit
Semua harus berjuang agar dapat berdiri tegak
Berjuang menghadapi semuanya
Berjuang dengan keras
Tanpa kenal lelah

Tetapi…

Jika dunia semakin kejam
Rakyat pun semakin lemah
Maka….???
Rakyat jelata berjerit
Semakin lama hidup semakin tertindas saja jeritnya

Uang untuk membeli sesuap nasi sangat sulit
Pajak sana…
Pajak sini…

Sungguh membuat mereka semakin berjerit
Namun tetap tak ada perubahan dalam hidup mereka
Masih dalam penderitaan yang kian menerpa
Hanya yang bertahan di atas yang bias berdiri tegak
Merubuhkan kaum yang lemah
Kapankah semua ini usai????
Tak ada yang tahu….

Palembang, 5 September 2008


Separuh Hatiku

Di malam yang sunyi
Aku menatapi langit yang penuh dengan bintang-bintang
Sejenak…
Bintang-bintang itu pun berubah menjadi sosok dirimu
Dirimu yang selalu terbayang di pikiran ku

Dengan hitungan detik….
Aq pun tersenyum
Dengan hitungan menit..
Aq pun menjerit
Jeirtan akan isi hatiku

Yang menangis karena separuh hati ku telah kau rebut…
Telah kau rebut sejak lama
Aku ingin menghapus bayangan dirimu dari hidupku..
Aku ingin kau mengembalikan separuh hatiku yang telah kau ambil dulu..

Aku ingin membuka lembaran baru
Aku ingin sosokmu pergi jauh dariku
Aku tak ingin menyakitimu

Tetapi…

Aku harus melakukan ini semua
Demi orang-orang yang sangat aku sayangi
Aku ingin tak ada lagi sosokmu di dalam hidupku
Untuk itu maafkanlah diriku yang telah berdosa ini

Tetapi…

Jauh di dalam lubuk hatiku..
Namamu selalu terukir dengan jelas
Bahkan…
Tak ada yang bisa menggantikan sosok dirimu

Ingatlah satu hal…
Kau adalah bagian dari hidupku yang tak akan pernah ku hapus bersih dari hatiku


Palembang, 5 September 2008

Yenny mengatakan...

Yenny
no : 36

Seorang Pahlawan

Dengar…dengarlah…
Derap langkah mereka
Desah nafas mereka
Jeritan jiwa mereka

Mereka tinggalkan semua
Orang – orang yang dicintainya
Kerabat – kerabat dekatnya
Demi membela negara

Walau perih mendera
Tak mematahkan semangatnya
Dengan luka di tubuhnya
Mereka berjuang sekuat tenaga

Bertempur melawan penjajah
Hingga tetes darah terakhir
Walau tubuh tergolek di tanah
Semangat mereka tidak berakhir

Kini mereka tinggal nama
Namun tetap lekat di ingatan kita
Walaupun mereka telah tiada
Jiwa mereka tetap hidup, di bumi Indonesia







Satu Indoneisaku

Indonesia tanah airku
Beraneka suku dimana – mana
Bermacam satwa hidup didalamnya
Berjuta manusia hidup bersama

Kaya dan miskin
Tua dan muda
Pria dan wanita
Hidup dalam kesatuan, Indonesia

Bersatu kita kuat
Bercerai kita runtuh
Bersama kita hebat
Berpisah kita lemah

Menanti mentari
Ketika bulan menyinari
Menyatukan hati
Untuk menggapai mimpi

Tanpa mengenal ras,
Tanpa mengenal suku,
Tanpa mengenal etnis, dan
Tanpa mengenal agama

Bersama kita satukan kekuatan
Membuka tangan untuk yang lemah
Menolong mereka yang menderita
Menciptakan Indonesia sejahtera

-Poedi- mengatakan...

Poedi Udi Maurif
21


Hancurnya Moral


Terpandang jauh dari penglihata mataku
Moral-moral yang terkikis menipis

Oleh
Manusia-manusia
Perilaku hancur
Sifat kotor

Karena lapar,semua main sikat
Manusia bukan lagi manusia
Yang lemah tertindas
Yang tua terlupa
Tertindas dan terlupa telah merasuki pikiran kotor mereka

Kapan ini akan berakhir?
Kapan ini akan selesai?
Siapa yang akan mengakhiri?
Siapa yang akan menyelesaikan?a
Kalau bukan hati nurani kita seorang

Kan hancurkah dunia ini
Kan runtuhkah dunia ini
Akankah tiba kiamat di dunia ini
Oleh orang-orang kotor
Oleh orang-orang munafik
Orang yang selalu ingin menang sendiri

Hancurkah
Runtuhkah
Kami masih berharap
Manusia-manusia baru
Manusia yang menyelamatkan moral bangsa

ayu mengatakan...

Nama : Riani Ayu A.
Kelas : XII IPA 2
No. a : 23


Akhir
Karya : Riani Ayu

Satu kata tak mampu ukirkan makna
Ketika hati menjadi hampa
Dan duka datang menerpa

Ketika dosa selimuti hati
Saat cobaan menyiksa diri
Bagai malam tanpa tepi
Ku hanya terpengkur sendiri
Dan melamun dalam sedih

Ku tahu ku tak bisa lari
Tapi ku ingin kembali
Meraih cinta Ilahi

Ku ingin mengatakan pada pelangi
Bahwa ku tak ingin mati
Mengatakan pada matahari
Ku ingin menatap fajar pagi
Mendengar bait melodi
Dari nyanyian para bidadari

Tapi ku hanya makhluk berdosa
Yang tak mampu lakukan semua
Ku hanya mampu bercita
Bahwa Tuhan kan selalu ada
Bagiku yang tak berdaya

Walau ku tak mampu
Menahan hasrat sang waktu
Tapi ku ingin Tuhan tahu
Bahwa ku kan tetap menunggu
Saat akhirku di ujung lembayu




Menunggu
Karya : Riani Ayu

Aku ingin kembali melihatmu
Wahai cinta yang telah pergi jauh
Ketika hatimu tak lagi berisikan namaku
Saat ragamu tak lagi di sisiku
Ketika jiwamu tenggelam dalam bayang semu
Walau diam mengurung canda tawamu
Dan meski cinta ditelan sang waktu
Aku tetap ingin kembali melihatmu
Wahai cinta yang telah pergi jauh

Datanglah padaku wahai engkau yang telah pergi
Meski hatimu tak lagi kumiliki
Dan meski mentari tak lagi hiasi pagi
Walau cinta tak mampu hiasi hari
Saat hujan tak lagi berakhir pelangi

Aku ingin kau tahu meski kau jauh disana
Hidupku tak seindah surga
Hanya ada duka dan nestapa
Maka ku ingin kembali melihatmu
Wahai cinta yang telah pergi jauh

Meski mata tak lagi menatap
Mulut tak lagi berucap
Tetap cinta tak sekedar cerita
Tinggallah asa dan cita
Tentang penantian akan datangnya cinta

Namun yang ku bisa hanya terus menunggu
Menunggu saat ku dapat kembali menatapmu
Bagai sebuah bait lagu
Yang mengandung kumpulan simfoni biru

Maka ku kan tetap menanti
Datangnya sang pelangi
Yang mampu membawamu kembali
Ku kan menanti
Meski hanya sendiri mencintai
Karna ku tahu kau pasti kembali
Wahai cinta yang telah pergi

wenny mengatakan...

Nama : Wenny Chandra
Kelas : XIIP2
No : 33

Negeriku

Ribuan hentak kaki menggema di telingaku
Jutaan jerit merasuki jiwa
Sakit hati terasa
Perih, sangat perih

Biar mereka merobek dadaku
Aku tak akan pernah menyerah
Aku terus maju !
Mengangkat senjataku dengan sisa kekuatanku

Ini nergeriku !
Ini bangsaku !
Tak akan kubiarkan kau merebutnya
Melukiskan tangis di wajah bangsaku

Bangsaku.....
Perjuangan ini hanya ku persembahkan hanya untukmu
Sisa semangat ini kuberikan kepadamu
Semua yang kulakukan hanya untukmu
Aku mencintaimu, wahai bangsaku






Cinta

Cinta....
Apa artinya cinta ?
Apakah suatu kasih sayang ?
Apakah suatu permainan ?
Penuh pertanyaan dalam diri
Terkadang menyakiti, hingga hati sangat terluka
Terkadang membahagiakan, hingga hati berbunga-bunga
Aneh
Apakah ini yang namanya cinta ?

Aku ketakutan
Ketika aku merasa nyaman di samping seseorang
Tanpa ada persaan untk mengubah apa pun
Aku menjadi diriku sendiri
Smua terasa indah
Sangat indah
Apakah ini namnya cinta ?

Ketika aku selalu memikirkan seseorang
Di selalu terbayang di dalam pikiranku
Mambuatku mengingat semua tingkah lakunya
Hingga diriku yang tersenyum sendiri
Tersenyum dengan sipu dan malu
Apakah ini juga disebut cinta ?

Oh cinta….
Sebanarnya ….. Aku tak mengerti rasanya
Aku ingin mengerti
Tapi ketika aku mencari apa arti cinta itu
Rasanya semakin berbeda
Semakin sulit ditebak......
Arti cinta hanya ditebak denga hati
Hati yang tidak dapat dibohongi

Natasia mengatakan...

Bunga Hatiku

Karya : Natasia Cindy Sunyata (XII IPA 2)

Kau bagai secercah cahaya
Yang menerangi gelapaku...
Kau bagai air terjun yang sejuk
Dan selalu menyegarkan hatiku…

Sayang…
Ku tak berani mendekat
Tak berani menyatakan perasaan ini
Ku hanya dapatmelihatmu dari sini
Dari tempat yang tersembunyi…

Begitu indah wajahmu
Selalu hadir dalam mimpiku
Dan selalu ada dalam pikiranku…

Senyummu bagai bunga dalam hatiku
Yang selau mekar di setiap waktu…
Dan selalu menghiasi hatiku…

Hatiku berbunga saat dapat melihatmu
Walau hanya sekilas…

Bunga hatiku…
Kuharap kau tahu
Bahwa aku selalu mencintaimu
Dan akan selalu mengingatmu
Dari waktu ke waktu…
Selamanya…




Tuhan-Ku

Karya : Natasia Cindy Sunyata (XII IPA 2)

Tuhan...
Engkau bagai penyegar dalam keletihanku
Engkau bagai air segar yang mengalir dalam kehausanku

Kau tak pernah bosan membantuku
bila sedang dalam kesusahan…

Kau selalu membantuku bangkit
Memapahku…
Bila ku jatuh dalam dosa…

Tuhan...
Kasih-Mu
Membimbingku…
Melindungiku…
Merangkulku…
Dan membelaiku…

Tuhan…
Kami tahu kami telah banyak berbuat salah pada-Mu
Dan selalu menyakiti perasaan-Mu
Kami tak pantas tuk hadir di hadapan-Mu…

Namun…
Engkau tak pernah marah
Kau selalu memaafkan dosa-dosa kami
Sebanyak apapun itu...

Terima kasih Tuhanku...

monicik mengatakan...

Monica Imelda
No. : 18


Selamat Pagi

Kuingat pagi itu
Kurasakan indahnya sang mentari
Membangunkanku dari tidur yang lelap ini
Sinarmu yang terang memasuki mata
Dan mengusirku dari alam mimpi

Enggan rasanya aku bangun dari tempat tidur
Tapi aku teringat
Masih banyak hal yang harus aku lakukan
Hangatnya mentari memaksaku bangun
Bergegas siapkan diri

Selamat pagi !
Tetes embun membasahi dahan yang mengguntai
Dan aku tak sabar untuk mengucapkan
“Selamat Pagi” pada orang-orang disekitarku
Kicau burung bernyanyi
Seolah menemani langkahku pagi ini

Terima kasih Tuhan
Engkau telah memberikan alam yang indah ini
Alam yang sangat aku cintai
Bantu aku untuk menjaga alam ini
Suapay aku bisa terus mengucapkan
“Selamat pagi dunia”



Alunan Takdir

Lantunan musik
Hembusan angin
Kehangatan tubuh
Pedihnya hidup

Ketika sesuatu hal yang tidak kita inginkan
Hilang begitu saja
Susah sekali untuk dilepaskan
Hialng sudah

Dahulu kuingat
Aku hanya disni terdiam
Padahal kau di sana berjuang
Hadapi segala masalahyang ada

Ingin ku membantu
Tapi apa daya tubuh ini
Ketika yang kulihat hanya kursi roda yang kududuki
Benci dengan kehidupan ini

Tidak adil..
itu yang selalu terucap dalam hati ini
Semua masalah
Selalu saja ada yang membantu

Hari itu
Ki lihat engkau
Terbaring
Lemah tak berdaya

Dan aku disini
Duduk menangis
Lemah
Terlalu lemah

Ingin kumeraih tanganmu
tapi aku tak bisa apa-apa
Mungkin teriakan kesedihan
tak mampu membayarnya

Rasanya ingin aku mati
Karena semua ini kau celaka
Buat apa semua ini
Bila hanya membuatku makin sakit

Pada harinya
Malam sunyi itu
Terpecah oleh tangisan pedih
Rintihan peluh

Semuanya berakhir
Kau telah pergi
Tinggal melodi hidup yang mengalun
Alunan kesedihan

Suaramu dulu terkenang di pikiranku
Hingga akhirnya aku pun berjua