Blog ini digunakan sebagai sarana pencurahan apresiasi dan ekspresi karya sastra siswa-siswi kelas XII SMA Xaverius 1 tahun pembelajaran 2010/2011. Karya sastra selalu bermula dari cita rasa seni verbal seseorang yang bermuara melalui rangkaian kata-kalimat-peristiwa. Berangkat dari kemuliaan cita rasa itu dihasilkanlah karya-karya agung dan mulia, menyuarakan keadiluhungan martabat manusia. Menulislah apa yang kita rasakan.
Rabu, 16 September 2009
PUISI KARYA SISWA-SISWI KELAS XII IPA 5
Puisi adalah gambaran hidup dan kehidupan dalam renungan hakikatnya. Kata-kata berangkai bermakna wujud sentuhan jiwa yang menggelora. Hati dan suaranya mengajak kita berbahasa sastra kepada siapa saja yang berjiwa mulia. Baca dan renungkanlah larik lirik puisiku ini dengan kejernihan hati.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
46 komentar:
Pria Berdasi Sutera
Karya : Fransiska Kovinna / 21
Dibalik jeritan rakyat
Penuh luka dan tangis
Tanpa rumah tanpa makanan
Mengemis dengan penuh harap
Berdiri rentetan gedung bertingkat
Dengan pria berdasi sutera
Berjalan membusungkan dada
Mata tajam dan langkah tegap
Tanpa memandang kaum bawah
Harta maupun usaha
Didapat oleh pria berdasi
Mengais rejeki dibalik tangisan jelata
Menumpukkan harta diatas ratapan sedu
Hanya pria berdasi sutera
Dari kaum birokrasi
Tanpa henti menambah tambalan luka rakyat
Membuat cacat negara
Menumpuk kekayaan pribadi
Pria berdasi sutera
Memakai perhiasan permata
Dibalik kristal-kristal duka
Hanya Pria berdasi sutera
Penuh dengan senyum bertopeng
Bergelimpangan harta
Tanpa duka maupun sesal
Merampas kekayaan dunia
Palembang, 30 September 2009
Penebang Liar
Karya: Fransiska Kovinna/21
Kala itu aku masih ingat
Mengenggam erat gergaji dan kapak
Membantai pepohonan dengan mesin kejam
Tak berhati tapi menyakiti
Dengan tangan yang kuat terbakar matahari
Memanggul hasil tebangan
Dibalik rumah renyok
Ratusan kayu terhampar
Berharap bebas tapi pasrah
Bersiap untuk diangkut tanpa duka
Berhenti menatap pepohonan
Hamparan desa kecil mulai terjangkau
Pohon hijau tak tersisa
Dibalik retakan tanah mengering
Hanya kayu yang mulai lapuk
Tergeletak tanpa nyawa
Ketika banjir datang
Tenggelamlah rumahnya
Pekikan, jeritan, dan derita
Kini mulai membahana
Kini kayu lapuk terdiam
Tanpa suara maupun tanya
Hanya mampu menatap si Penebang
Dengan tubuh lemah dan deraian air mata
Terhempas air sungai
Jeritan memanggil meminta pertolongan
Kayu lapuk tetap terdiam
Mengikuti kemana arus berlabuh
Tanpa sempat menuai harapan
Pada siapa hendak berpihak
Palembang, 30 September 2009
Seuntai Irama Untuk Cinta
Oleh: Yohanes Febrianto(XII IPA 5, no absen : 46)
Ketika ombak mulai bernyanyi……
Aku merudung sepi, menggeliat dalam ikatan ilusi nan abadi
Hanya menari dalam purnama sunyi, perih dan penuh ironi
Menata kata dalam irama, menata hati dalam puisi
Ketika ombak mulai tertawa……
Aku terjebak dalam labirin-labirin penuh makna
Menggapai kata…. Menguatkan tanda tanya….
Berharap terbang dengan sayap-sayap langit di punggungnya…….
Ketika ombak mulai bernyanyi….
Alunan musik menata sepi, menghancurkan belenggu ilusi tak berarti
Ikut menari dalam irama mentari hati, merajai ironi dan menerbangkan mimpi
Membalut alunan kata, merias hati dalam enigma ilusi…..
Ketika ombak mulai tertawa…..
Aku berlari dalam makna….
Membuang ikatan-ikatan hiperbola
Dan memulai sebuah paradigma dangan balutan metafora….
Ketika aku mulai bernyanyi…..
Makna merangkai kata, mengikat jutaan rasa dan tertawa di atas hati
Ketika aku mulai tertawa…..
Ombak itu menyapa, membawa titik-titik makna dan menjerembabkannya dalam kuota warna nan perasa
Ketika aku mulai bernyanyi dan tertawa….
Kaki-kaki ombak memainkan biola tak berdawai yang melegenda
Ketika aku mulai tertawa dan bernyayi…..
Sayap-sayap langit menari dalam memori…
Mengikat dimensi dalam aturan kata yang abadi…
Ketika ombak tak lagi bernyanyi….
Aku meradang sunyi….
Dan ketika ombak tak lagi tertawa…..
Aku terdiam dalam frase-frase kata metafora….
Namun……
Ketika ombak mulai bernyanyi….
Ketika ombak mulai tertawa….
Ketika itulah hatiku merangkai butiran kata………. Cinta
Palembang, 30 September 2009
Pertanyaan Sang Angin
Oleh : Yohanes Febrianto(XII IPA 5, no: 46)
Saat angin bertanya…..
Dimana jiwa…dimana raga…dimana kata-kata
Mereka hanya lenyap……. Bukan termakan usia, hanya tenggelam dalam dinginnya angka-angka yang melegenda
Menarik diri dari alam…. Menutup diri dalam kelam
Kala bumi pertiwi berguncang….
Berguncang kala proklamasi berkumandang……..
Patriot-patriot itu datang….
Tanpa tangan…….
Tanpa lengan…..
Tanpa pakaian berbalut emas di badan…..
Mereka hanya datang dengan wujud yang disisahkan oleh Tuhan
Bukan kejam…. Hanya bentuk penderitaan….
Semangat mereka tak padam….
Terus menantang langit yang menari kala malam
Semangat patirot yang amat mengharukan
Terbalut dinginya bulan, termakan gulita yang menyeret kegelapan
Namun kini…. Angin bertanya….
Dimana mereka…..
Dimana semangat juang yang dahulu dikumandangkan
Dimana irama-irama teriakan yang dulu menghiasi langit petang
Dimana rasa bangsa yang dulu melintang sepanjang khatulistiwa tak terkalahkan…
Beratus atau beribu tahun yang akan datang….
Angin akan kembali mempertanyakan…..
Apakah akan hilang termakan bobroknya zaman
Atau terkikis paham global yang menerjang angan-angan
Hanya tanya angin yang sulit terjawabkan….
Pertanyaan jiwa patirot yang kini tinggal belulang
Beratus atau beribu tahun lagi….
Mungkin tak akan ada pejuang-pejuang diri
Pejuang yang mematri hidup pada ibu pertiwi..
Pejuang yang rela mati demi berkibarnya sang merah putih
Beratus atau beribu tahun lagi….
Patrotisme mungkin akan dipertanyakan hati
Pemuda-pemuda bangsa yang kini tengah tumbuh, akankan mengemban rasa ini
Ataukah mereka hanya terlena, lalu pergi dalam mimpi
Beratus atau beribu tahun lagi……
Entah apa wujud patriotisme diri…..
Menerjang lawan penuh ilusi…
Atau sekedar bertahan dalam kotak-kotak mimpi, tak pernah melihat dunia luar yang abadi….
Entah apa yang akan terjadi…..
Ketika beratus atau beribu tahun lagi….. saat patriotisme melanglang waktu
Mengukuhkan sang dimensi… dan tertawa dalam balutan abadi
Beratus atau beribu tahun lagi…
Siapa yang akah tahu..
Dimana patriotisme diriku
Dimana cinta tanah airku
Dimana bentuk ini akan lenyap, atau tumbuh dalam mimpi-mimpi…
Hanya angin yang akan mempertanyakan……
Palembang, 1 Oktober 2009
Indonesiaku
Karya : Carina Eka Puspita (XII.IPA.5/10)
Indonesia tanah airku tercinta
Tempat aku dilahirkan dan dibesarkan penuh dengan keragaman
Negri dengan penuh budaya
Tari-tarian terindah dari seluruh pelosok negeri
Mencerminkan budaya yang tumbuh dari hati
Ramah tamah ciri khas rakyatnya
Yang dikagumi oleh orang mancanegara
Wahai rakyat Indonesia
Bangkitlah selalu dalam mengembangkan budayamu
Agar seluruh dunia tahu betapa banyak ragam budayamu
Meski berbeda-beda tapi semuanya tetap satu
Melangkah bersama menuju Indonesia maju
Bersatu padu membanggakan negerimu
Membuat bangga negeri tercintamu
Dengan mengembangkan seni budaya Indonesiamu
Palembang,1 Oktober 2009
Hari Nan Fitri
Karya : Carina Eka Puspita (XII.IPA.5/10)
Hari nan fitri telah tiba
Hari untuk saling memaafkan
Memohon maaf kepada orang tua
dan juga handai taulan
Ampuni aku Ya Allah
Atas semua dosa yang kuperbuat
Dan semua amarah
Serta kebencian yang telah lewat
Mari kita menuju hidup yang baru
Dengan diiringi senyum berseri
Menatap indahnya langkah kakimu
Setiap langkah dengan kebersihan hati
Palembang,1 Oktober 2009
Puisi Kepahlawanan
Terima Kasih
(karya : Erryan XII IPA 5 / 18)
Hai Pahlawan
Engkau yang berjuang untuk negeri ini
Engkau yang melindungi negeri ini
Jasamu melambung tinggi
Cucuran keringat
Tumpahan darah
Tiada masalah bagimu
Semangat berjuangmu
Bagai elang yang terbang tinggi tiada henti
Pengorbananmu
Tidak ada yang bisa memperkirakannya
Engkaulah seperti Bendera Merah Putih
Merah yakni keberanianmu
Putih yaitu kesucian pengorbananmu
Tidak kenal lelahmu
Terbukti sampai detik-detik keberhasilan
Terima kasih
Atas perjuanganmu itu
Atas semua yang engkau berikan ini
Puisi kepedulian sosial
Terdiam Terpaku
(karya : Erryan XII IPA 5 / 18)
Apa yang bisa kukatakan
Terdiam terpaku dengan kepala yang menggeleng-geleng
Dan keprihatinan yang mendalam
Saat melihat hutan yang dulu hijau
Kini gundul tak berisi
Saat mendengar bahwa pekerja asal negaraku
Dileceh dan direndahkan oleh orang negeri lain itu
Saat melihat anak-anak yang seharusnya berseragam sekolah
Berada di pinggir jalan dengan tangan meminta
Saat melihat para ibu-ibu berbisik
Kalau harga sembako kian melangit
Saat tahu bahwa korupsi
Dilakukan dari dulu tanpa henti
Saat menyadari kalau harta negara sendiri
Digali oleh negara lain
Ketika hukum
Masih belum ditegakkan
Ketika aku menyaksikan
Masih banyak orang yang tersiksa hidupnya
Apa hendak dikata
Aku tak tahu mengapa
Terlintas di pikiranku
Untuk bertanya
Kepada mereka yang berkuasa
1 Oktober 2009
Pendidikan
Meilisa Susilo/32/XII IPA 5
Pendidikan adalah tambang perak
Tidak akan pernah kehabisan
Pendidikan adalah kunci awal kesuksesan
Pendidikan adalah ilmu murni
Tidak bisa dibeli dengan uang
Tidak bisa ditukar dengan barang
Namun harus dipupuk sebanyak-banyaknya
Pendidikan adalah yang paling kuat
Senjata yang dapat kita gunakan untuk mengubah dunia
Melayani dengan berbagai cara
Membuat generasi baru yang lebih berarti
Pendidikan mengajarkan bagaimana kita menjadi hebat
Bagaimana mendedikasikan dengan cara tak terbatas
Membuat keputusan dengan tepat
Mengajarkan kita untuk bernanfaat bagi orang lain
.................................
Kupu – Kupu Malam
Meilisa Susilo/32/XII IPA 5
Terang siang bergeser digantikan gelap malam
Gemerlap malam hadir dengan beribu kehidupan
Kupu – kupu terbang sesuai arah angin berhembus
Seakan tidak tahu arah yang dilewati
Menuggu kedatangan seorang pria yang menghampiri
Dengan pakaian yang menggugah hasrat
Dengan dandanan yang begitu mempesona
Tanpa malu menawarkan tubuhnya di tengah keheningan malam
Menjual tubuh demi selembar uang
Walau hinaan dan caci maki datang menghampiri
Ia tetap tegar menjalani
Ia tetap setia dengan pekerjaannya
Ia tahu ini dosa, ia tahu ini hina
Hanya penyesalan tiada ujung yang hadir
Terdiam, merenungi nasib yang hina ini
Menangis, meratapi dosa yang ia tuai
Moral pun hilang
Kehormatan diri lenyap
Ini kisah nyata
Krisis moral yang melanda kupu – kupu malam
Nada Kemiskinan
Karya: Dede Wiguna / 15
Nada yang rendah sekali
Jatuh selalu ke hati sunyi
Yang mendengar hanya telinga hati
Tak sampai akhir kami sudah mati
Tapi kami tak mati-matian
Tuan tak pernah mendengar lagu ini
Sejak lama sekali kami sudah menyanyi
Mengenang susah, hidup payah
Tuan tutup telinga, mulut dan mata
Tuan cuma ingin cepat pergi
Kami tak bisa memandang nasib negeri ini
Kala hidup menjelang pelukan mati
Tak ada yang menanti
Tak ada yang ingin bertemu lagi
Nada-nada yang menghampiri
Membekas di hati manusia
Menghadapi bayangan nada yang menghantui
Yang tersisa hanyalah nada kemiskinan
Palembang, 1 Oktober 2009
Kemerdekaan
Karya: Dede Wiguna / 15
Bagaimana kalian mengendap dalam gelap malam
Bersembunyi di bawah bukit dan benteng
Bagaimana jantung kalian berdebar
Ketika iringan kendaraan itu menghampiri kalian
Lalu bagaimana tubuhmu ditembus peluru
Dan kalian terjatuh ke tanah berlumur darah
Di atas tanah berumput terbaring beku
Terpaku pada ilalang yang bergoyang
Bagaimana kalian dengan baju kumal
Baju yang compang camping
Menyandang karaben Jepang
Di barisan-barisan terdepan
Bagaimana kalian terpelanting
Dari tebing-tebing pertempuran
Bagaimana kalian menyerbu tank
Dengan bambu runcing
Bagaimana kalian bertahan habis-habisan
Ketika dikepung musuh di segala penjuru
Bagaimana kalian mengunci rapat rahasia
Dalam mulut yang teguh membisu
Bagaimana peristiwa itu berlangsung
Pastilah suatu memori yang agung
Kemerdekaan yang telah kalian rebut
Kemerdekaan yang kalian wariskan kepada kami penerus bangsa ini
Palembang, 1 Oktober 2009
Hutan
Karya : M.Mezal R.D./29
Hutanku yang malang
Kini kau tlah menghilang
Semua karena kami
Yang tidak mau mengerti
Betapa pentingnya keberadaanmu
Keu mencegah erosi
Kau mencegah banjir
Kau menyediakan mata air
Tapi apa yang kami lakukan
Menebang pohon
Membakar hutan
Memburu hewan
Kita tidak boleh tinggal diam
Tanpa ada tindakan
Kita harus melakukan penghijauan
Dengan mulai menanam
Harusnya kita sadar
Betapa pentingnya penghijauan
Agar hutan kembali bersinar
Demi kepentingan di masa depan
..................................................................................................................................................................
Wakil Rakyat
Karya : M.Mezal R.D./19
Wakil rakyat...
Kalian kumpulan orang hebat
Orang-orang berpendidikan
Orang-orang yang berjiwa pemimpin
Kalian penyalur hati kami
Yang belum menerima keadilan
Yang masih membutuhkan perhatian
Dari pihak yang berwenang
Kalian dipilih bukan dengan undian
Bukan karena penyogokan
Tapi karena kami percaya
Kalian mau membela kami disini
Tapi apa yang terjadi
Kalian malah korupsi
Tanpa memikirkan kami
Yang berjuang demi sesuap nasi
Seperti kata bung Iwan
Wakil rakyat seharusnya merakyat
Bukan mencari emas berkarat
Sedangkan kami melarat
Harusnya kalian sadar
Tindakan kalian tidak benar
Dan kalian harus banting tulang
Agar semua menjadi benar
Pendidikan Mereka
Karya : Melysa Andry (XII IPA 5 / 35 )
Mereka merasa perkasa
Berada di kelompok paling kuat
Tidak ada yang berani melawan
Mereka merasa sempurna
Mempunyai raga kuat
Mampu menembak orang tak mereka suka
Mereka tak sadar
Mereka belum sempurna
Pendidikanlah yang tak mereka punya
Pendidikan adalah kunci kehidupan
Pendidikan adalah kekuatan meraih cita
Pendidikan membutuhkan proses belajar
Bukan didapat dari pisau dan senjata
Pendidikan akan membawa mereka ke tempat yang tinggi
Bukan membawa mereka ke balik jeruji besi
Bukan pula membawa mereka ke pengadilan negeri
Sebagai pembunuh tingkat tinggi
Bila mereka terus berada di kelompok itu
Mereka akan hidup dengan kutukan
Menemukan penyesalan selamanya
Palembang, 1 Oktober 2009
__________________________________
Krisis Moral Generasi Muda
Karya : Melysa Andry (XII IPA 5 / 35 )
Di era globalisasi ini
Kriminalitas terjadi dimana-mana
Pergaulan bebas, peredaran narkoba, dan pemerkosaan meraja lela
Setiap saat, kejahatan dapat terlihat indera
Namun, tak ada yang mampu melihat
Moral generasi muda yang sedang dijajah
Generasi muda yang merupakan aset bangsa
Gengerasi muda yang merupakan harapan orang tua
Terjerumus dalam krisis moral yang tak terbendung
Generasi muda menghalalkan semua cara
Demi kepuasan mereka sendiri
Generasi muda yang hanya menuntut hak
Namun tak sekalipun melakukan kewajiban
Tak ada lagi rasa peduli
Tak ada lagi rasa berbagi
Tak ada lagi rasa gotong royong
Tak ada lagi semangat membangun bangsa
Sampai kapankah harus begini ?
Sampai kapankah ini semua akan berakhir ?
Hanya waktu yang mampu menjawabnya.
Palembang, 1 Oktober 2009
Tangis Dalam Sujudku
Karya: Amelia Sevira (XII P 5 / 04)
Perlahan-lahan air mata itu tumpah ..
Menetesi paras melampaui batas ..
Terus mendesak tanpa kenal lelah ..
Seakan-akan berteriak dengan ganas ..
Perlahan-lahan air mata itu jatuh ..
Jatuh tak tertahankan menembus batin ..
Terus bergemuruh ,
Memaksa hidup di jiwa yang lain ..
Perlahan-lahan air mata itu kembali jatuh ..
Menyusuri paras yang mulai merona ..
Bak api yang menyala di suluh ..
Selalu menjawab resah akan gelapnya fana ..
Sungguh , jiwa ini tak mampu bertahan ..
Terus terbeban atas segala macam maksiat ..
Sungguh , batin ini sulit melawan ..
Tak mampu menyesali segala dosa yang berat ..
Betapa gundahnya hati ini ..
Sungguh tak mampu lagi terasa ..
Hanya ada galau dan sunyi ..
Yang selalu menjauh dari asa ..
Tuhan ..
Ampuni semua dosa hamba-Mu ini ..
Ampuni hamba dari segala macam siksaan ..
Ampuni hamba yang tak sempurna ini ..
Tuhan ,
Dalam sujudku aku berdoa ..
Berharap segala penyesalan ,
Tergantikan dengan keridhoan ..
Palembang , 01 Oktober 2009
Puisi Sang Merah Putih
Karya: Amelia Sevira (XII P 5 / 04)
Ketika Sang Merah Putih menyibakkan keberanian ..
Bersama seruan dan hembusan angin ..
Diiringi untaian lagu kebangsaan ..
Hanya ada haru yang terus terbenam ..
Hati tak mampu menahan gelora ..
Ketika Sang Merah Putih berkibar ..
Dengan asa yang yang mulai bersinar ..
Bagai gejolak yang semakin berkobar ..
Hanya ada rasa bangga yang mulai terpatri ..
Jiwa seakan ikut berseri ..
Dalam senja ia berseru ..
Dalam diam ia berlagu ..
Dalam duka ia tak pernah mengadu ..
Ia tak akan pernah mengeluh ..
Dari segala lara dan pilu ..
Inilah untaian puisi cinta ..
Rasa cinta terhadap tanah air ..
Rasa cinta terhadap hamparan pulau biru ..
Rasa suka dalam nuansa kemerdekaan ..
Seakan-akan menyatu dan menjadi candu ..
Inilah untaian bait-bait kagum ..
Rasa kagum terhadap nusa dan bangsa ..
Rasa haru yang bernaung di singgasana batin ..
Rasa bangga yang tak akan pernah terganti ..
Terus menyatu dalam diri ..
Biar , biarkan Sang Merah Putih terus berkibar ..
Agar Indonesia pertiwi , tetap abadi ..
Biar , biarkan Sang Merah Putih tersenyum ..
Agar Indonesia yang kita cintai ..
Selalu ada di dalam hati ..
Palembang , 01 Oktober 2009
Rakyat Kecil
Karya : Cindy Natalia / 12
Adil..
Beradab..
Inti dari kemanusiaan..
Isi pancasila,
Ideologi negara kita
Hal dasar yang wajib kita lakukan
Terpenting bagi kita semua..
Sayangilah sesama kita
Tanpa terkecuali
Hidupkanlah semangat Pacasila
Kita harus bersatu
Satu sama lain..
Jangan pernah diam
Melihat rakyat kecil
Yang tertindas..
Janganlah kita tertawa..
Janganlah kita merasa bahagia..
Dalam penderitaaan mereka
Karena bantuan kita,
Mereka dapat tersenyum kembali
Menghadapi kejamnya hidup ini
Palembang, 30 September 2009
Pahlawan-ku
Karya : Cindy Natalia / 12
Pejuang-ku..
Yang begitu ku hormati
Yang begitu ku hargai
Banyak hal yang engkau lakukan..
Demi kami semua
Para penerusmu ini..
Akan kami teruskan
Perjuangan yang belum selesai ini..
Dengan kemampuan kami,
Dengan semangat dan kekuatan kami..
Karena tanpa kalian,
Kami tidak akan merasakan
Kebahagiaan,
Kemerdekaan,
Kedamaian..
Yang sekarang kami rasakan..
Terima kasih Pahlawan-ku
Palembang, 30 September 2009
Deborah Anggraini Aritonang / 14
Pahlawan Si Jago Merah
Kau datang bak superman
Siap membuat lawanmu mundur
Kau datang bagaikan ksatria berjubah
Dengan segala keberanian dan kegagahan
Kau datang layaknya malaikat
Siap menolong mereka yang menjadi korban
Sayangnya kau bukan superman
Bukan pula ksatria berjubah
Apalagi seorang malaikat
Kau bahkan tidak memiliki jubah atau sayap
Jiwa tulus itulah yang kau punya
Kau tegak dengan kokoh
Kau tantang si jago merah
Selang panjang jadi andalanmu
Seragam lusuh pun menemanimu
Dalam tugas menaklukkannya
Nyawa-nyawa itu
Kau selamatkan satu per satu
Tak peduli nyawa taruhannya
Tak peduli peluh keringat yang menetes
Tak peduli bahaya si jago merah
Ketika kau berhasil taklukkan dia
Semua sorot mata tertuju padamu
Menggambarkan kelegaan
Sebagai isyarat ungkapan terima kasih
Kau pulang dengan mobil merahmu
Keletihan menemanimu
Dalam perjalanan panjang
Menuju peristirahatan yang tenang
Di balik semua itu
Puluhan bahkan ratusan bibir
Tengah memanjatkan doa kepada Dia
Berterimakasih atas pengorbananmu
Berterimakasih atas jerih payahmu
Berterimakasih atas segala tetes keringatmu
Yang terus terlantun hingga suara sirine lenyap
Deborah Anggraini Aritonang / 14
Air Mata Sang Gadis
Gadis..
Kau masih begitu muda
Begitu belia, begitu putih
Tubuhmu masih begitu kecil
Tanganmu pun masih terlalu halus
Sifatmu masih terlalu polos
Di usia dini
Kau harus banting tulang di negeri orang
Kau merpertaruhkan nasib
Hanya demi segenggan uang
Untuk keluarga di rumah
Tapi, apa yang kau dapat?
Hinaan, siksaan, makian
Dari orang tak beradab
Dari orang tak berakal
Dari orang tak berahlak
Gadis..
Kau tetap diam
Kau hanya pasrah
Hanya dapat berpasrah pada-Nya
Menanti secercah harapan
Agar dapat kembali ke tengah keluarga
Sampai kapan kita hanya diam?
Sampai kapan kita hanya jadi penonton?
Sampai kapan kita hanya berkata-kata?
Sampai kapan kita hanya duduk?
Perbuatan yang perlu bukan yang lain
Selamatkan teman kami
Selamatkan saudara kami
Saudara sebangsa
Saudara setanah air
Saudara satu Bumi Pertiwi
Jemput dia, kembalikan dia
Supaya ia dapat kembali
Kembali ke bangsanya
Kembali ke tanah airnya
Kembali ke Bumi Pertiwinya
Kembali ke hadapan keluarganya
Agar air mata itu
Tidak terbuang sia-sia
Bayang-bayang Negeriku
Karya: Brian Lie / 09
Inilah tanah airku sekarang
Yang selalu dipuja-puja setiap orang
Tempat di mana aku sekarang dengan bangga membelanya
Pulau-pulau yang terpisah
Mereka semua bersatu teguh
Di cengkraman Sang Garuda
Beragam budaya, suku, dan agama
Mereka semua bersatu teguh
Di bawah kibar Sang Saka
Tuhan telah memberi kita karunia
Hari baru sedang dimulai
Matahari pagi telah terbit
Bangsa baru telah bangkit
Pernahkah muncul pertanyaan
Mengapa bukan dari dulu bangsa kita bersatu
Mengapa harus melalui derita
Muncul rasa persatuan
Sebanyak apa yang kita tahu
Tentang perjuangan leluhur kita
Tidak dapat kita bohongi diri kita sendiri
Benar bahwa semangat itu
Semangat para leluhur kita
telah jauh memudar di dalam diri kita
Bangsaku telah kehilangan cahayanya
Saat hari menjelang sore
Saat matahari pun segera lelap
Tiba-tiba negeriku menangis
Ada apakah gerangan
Tuhanku telah mengirimkan cobaan
Tanah airku terkena bencana
Saat di mana cobaan menghampiri
Saat inilah hati seluruh bangsa tergerak
Hanya pada saat sesama menderitalah
Semangat itu kembali
Semangat bersatu teguh menolong sesama
Meski cobaan tak hentinya datang menghampiri
Inikah yang direncanakan Tuhanku
Mengembalikan semangat cinta tanah air
Yang telah lama memudar di hati kita
Inilah tanah airku sekarang
Yang dulu selalu dipuja-puja setiap orang
Tempat di mana aku sekarang iba melihatnya
Palembang, 1 Oktober 2009
================================
Tuhanku
Karya: Brian Lie / 09
Tuhanku
Aku datang kepada-Mu
Akulah hamba-Mu yang paling hina
Yang telah meninggalkan-Mu
Tuhanku
Sekarang aku telah mengerti
Segala sesuatu yang telah kulakukan
Akan berakhir begitu saja
Tuhanku
Engkau telah membuka mataku
Engkau telah datangkan cobaan berat
Engkau telah membuat kami menyadari
Betapa besar kuasa-Mu atas manusia
Tuhanku
Kehendak-Mu adalah perintah bagiku
Seluruh jiwa raga ini
Seluruh yang kupunya ini
Telah kuserahkan kepada-Mu
Aku telah berserah diri kepada-Mu
Tuhanku
Raja di bumi dan si sorga
Hanya kepada-Mu lah aku bersujud
Aku tidak dapat mengelak
Tuhanku
Kembalikanlah aku ke sisi-Mu
Supaya aku dapat memuliakan nama-Mu
Sampai waktuku berakhir
Palembang, 1 Oktober 2009
Siapa Mereka?
Karya : Fanny Roselia (XII IPA 5/19)
Malam makin larut
Memaksaku untuk menutup tirai kedua mataku
Aku terlelap dalam suasana gelap
Membuatku meninggalkan segala keletihanku
Kebisingan memaksaku untuk bangkit
Bangkit dari tempatku berpijak
Semakin lama aku semakin sadar
Tempat ini bukanlah tempat biasa
Aku termenung menatap sekelilingku
Banyak orang
Dengan tekad yang berkobar-kobar
Meneriakkan “MERDEKA!MERDEKA!”
Semua ini mengingatkanku
Pada suatu masa
Begitu jauh
Dan tak pernah terbayangkan olehku
Semua orang bersenjata
Wajah mereka tegang
Peluh mereka bercucuran
Siap membunuh lawan yang mendekat
Mereka merebut apa yang menjadi milik mereka
Mereka berjuang tanpa henti
Tanpa mengenal lelah
Tanpa mengenal waktu
Jiwa dan raga mereka korbankan
Tanpa mengharap kembali
Semua ini demi Tanah Air
Bumi pertiwi yang membesarkan mereka
Kusebut mereka pahlawanku
Pejuang negeri yang tak bisa tergantikan
Yang akan kukenang selamanya
Meskipun waktu terus bergulir
Akankah ada penerus seperti mereka?
Yang rela mengorbankan diri demi Tanah Airku
Tempatku berpijak dan menguntai rantai kehidupan
Ialah Indonesiaku
Palembang, 2 Oktober 2009
------------------------------
Negara Sampah
Karya : Fanny Roselia (XII IPA 5/19)
Hei, Dunia….!
Lihatlah negeri ini!
Rapikah?
Indahkah?
Atau…sebaliknya?
Sebelum bersuara…buka mata Anda..
Pilar-pilar gedung berbaris rapi
Mengisyaratkan sebuah kota MAJU
Tetapi..
Kenapa banyak yang Masuk Jurang?
Inikah makna MAJU itu?
Negara kita negara Kaya
Kaya sumber alam
Kaya bahan pangan
Tapi, juga kaya orang miskin
Lantas… Pantaskah kita sebut kaya?
Sedikit perhatian negara ke mereka
Sedikit juga kasih orang besar ke yang kecil
Ringis tangisan derita mereka emban
Membawa amarah yang menumpuk di dada
Dan berteriak “Dimana hati kalian?”
Orang-orang miskin tersurat di sepanjang sejarah,
Bagai bahan penting yang harus diingat
Bagai sesuatu yang harus diharga
Orang-orang miskin mengangkat pisau-pisau
Tertuju ke dada kita,
Atau ke dada mereka sendiri.
O, renungkanlah :
Orang kecil abu-abu
Juga berasal dari kemah Ibrahim
Palembang, 2 Oktober 2009
Tanah Airku
Karya :Anna Stasiana Iskandar
Nomor Absen : 07
Disinilah aku dilahirkan
Disinilah aku dibesarkan
Disinilah aku banyak belajar
Disinilah tanah airku
Tanah airku tempat yang kucinta
Tanahnya menjadi tempat kehidupan
Terus bersamaku hingga aku tumbuh dewasa
Terus menjadi pendampingku saat aku merasa sendirian
Begitu banyak kenanganku bersamamu
Begitu banyak kisah dan kejadian yang kita alami
Bersamamu hidupku menjadi lebih berwarna – warni
Bersamamu aku melangkah untuk maju
Tanah airku…
Engkau kusayang
Engkau kucintai
Sepenuh hatiku
Kadang aku bertanya,
Apa yang terbaik untukmu tanah airku?
Dan aku tahu,
Yang terbaik untukmu adalah engkau dicintai oleh seluruh bangsa
Aku tahu,
Engkau selalu berharap agar seluruh bangsa menghormatimu
Agar seluruh bangsa menyayangimu
Tapi ada segelintir orang yang mengecewakanmu
Mengecewakanmu hingga menusuk hati
Tapi engkau tetaplah tanah air yang kucintai
Setiap langkahku, kemana pun itu
Aku selalu mengingatmu
Dan tak akan melupakanmu
Walau aku akan pergi jauh
Tapi aku akan selalu mengingatmu
Di setiap langkah demi langkah yang kutempuh
Penuh peristiwa di tanah airku ini
Penuh warna–warni yang menghiasi
Dari warna-warni itulah pesonamu berkilau
Dari kilaumu aku memulai
Saat pertama kemerdekaan dikumandangkan
Bendera merah putih pun dikibarkan
Semua itu tertanam tepat di atas tanah airku
Yang menjadi pusat kebanggaanku
Jayalah selalu tanah airku
Karena engkaulah panutanku
Baik di dalam hidupku
Maupun ketika aku menempuh cita-citaku
Palembang, 02 Oktober 2009
Arti Sebuah Kehidupan
Karya :Anna Stasiana Iskandar
Nomor Absen : 07
Hidup…
Apa arti hidup?
Dan apa pula arti dari kehidupan?
Banyak kata yang mewakili arti tersebut
Namun…
Hanya satu jawaban
Hidup itu adalah anugerah dari Tuhan
Anugerah yang paling indah
Bagaimana hidup itu kita jalani?
Penuh liku dan tantangan serta badai
Diliputi cobaan dan godaan
Namun tetap kita jalani
Semua kisah yang kita jalani
Telah terukir indah hingga akhir hayat
Sampai pada waktunya nanti
Tetap akan terkenang sampai mati
Tuhan itu Maha Tinggi
Tuhan juga yang paling mengerti
Tuhan mengetahui apa yang kita butuhkan
Dan Tuhan tahu apa yang kita inginkan
Tuhan bukan pesulap
Tuhan juga bukan penyihir
Yang dapat mengubah sesuatu dengan tongkatnya
Yang dapat mengubah sesuatu dengan mengucapkan mantra
Tuhan ingin yang terbaik di dalam hidup kita
Maka kita pun harus memberikan yang terbaik untuk Tuhan
Walau Tuhan tak pernah memintanya
Namun tetap harus kita lakukan
Tuhan…
Engkau Maha Pengampun
Engkau mengampuni semua orang berdosa
Walau kami seringkali jatuh
Tetapi Engkau tak pernah lelah mengulurkan tangan-Mu
Maafkan kami, Tuhan…
Walau kami seringkali jatuh dalam jurang kegelapan
Tapi kami terus percaya dan berusaha
Agar kami dapat terbebas dari labirin kehidupan ini
Palembang, 02 Oktober 2009
Nasib Lingkunganku
Karya :Handyanto
Nomor Absen : 25
Kutatap tanah hijau luas membentang.
Kulihat burung-burung terbeng berkeliaran.
Suara air bagaikan musik yang berdendang.
Menyejukkan hati yang penuh beban.
Pohon-pohon tinggi menjulang.
Melindungi ku dari panas sang surya.
Kubaringkan tubuhku di rumput yang gersang.
Sambil merasakan keindahan tatasurya.
Angin lembut datang membelai.
Harum bunga masuk menenangkan pikiran.
Membangunkan tubuhku yang lunglai.
Membukakan mataku tentang keindahan.
Tangan-tangan kotor merusak mereka.
Pohon,bunga,udara bersih...seakan musnah dalam keheningan.
Keindahan yang pernah kurasa,seakan menjadi neraka.
Padahal mereka ada untuk semua insan.
Perlahan tapi pasti.
Lingkungan indah telah tiada.
Menyesalpun tak ada arti.
Saat hujan tak ada lagi yang menada.
Lingkungan bagai sesuatu yang tak tergantikan.
Mereka ada untuk semua insan.
Darat,air,udara..semua butuh lingkungan.
Hancurnya lingkungan,merupakan kehancuran bagi semua insan.
Air mata seakan tak tertahan.
Melihat lingkungan diambang kehancuran.
Palembang,02 Oktober 2009
Kinerja Pemerintah
Karya : Handyanto
Nomor Aben : 25
Pemerintah....
Pemerintah dibentuk oleh rakyat.
Kebijakan-kebijakn dibuat untuk kita.
Segalanya sudah tersirat.
Mereka melakukan yang terbaik untuk kita.
Bagaikan langit dan awan.
Langit selalu melindungi awan.
Namun seringkali langit menyakiti awan.
Begitu juga sikap pemerintahan...
Kelambanan pemerintah seakan menjadi duri.
Kesalahan-kesalahan menjadi tak berarti.
Hukum yang telah dibuat seperti kehilangan jati diri.
Cara kerja pemerintah mulai kehilangan arti.
Kini masyarakat hanya bisa menanti.
Berharap pemerintah membenah diri.
Membentuk kembali sistem pemerintahan yang sejati....
Bukan sekedar teori namun kemauan dalam diri..
Palembang,2 Oktober 2009
Tidur Pun Digaji
Karya : Ghea Teresa / 24
Sejatinya..
Mereka adalah alat rakyat,
tunduk pada rakyat
Bukan hanya melalaikan kewajiban,
namun juga melupakan tujuan mereka
Ketidakdisplinan
Keberbelitan
Dan pemborosan
Telah menjadi semboyan mereka
Semboyan untuk mewujudkan Indonesia
yang penuh dengan korupsi, kolusi, dan nepotisme
Ratusan kursi panas yang mereka perebutkan
Hanyalah unuk ketenaran belaka
Kursi-kursi itu hanya dapat diam membisu
Memperhatikan diri mereka dihinggapi sarang laba-laba dan debu
Apa sih yang ingin mereka capai?
Tidur pun digaji
Wajar banyak rakyat yang ingin memperebutkan kursi panas itu
Tak perlu bekerja
Tapi dapat uang
Sudahla...
Rakyat kecil seperti kita
Hanya mereka anggap sampah
suara kita hanya angin yang bertiup lembut di telinga mereka
Sekarang,
Kita hanya bisa berdiam diri..
Menunggu...
Kembalinya para birokrat yang waras
Palembang, 2 Oktober 2009
Lautan Sampah
Karya : Ghea Teresa / 24
Tangan keatas
Mata tertutup
Dan diam membisu
Hanya itukah yang kita bisa?
Tak menoleh sedikitpun
Seolah-olah tak mau tahu
Kemanakah bangsa Indonesia yang dulu?
Bangsa yang menyayangi negri ini
Dibalik pintu peti kah mereka?
Dari sabang sampai merauke
Terbentang lautan sampah
Memberikan aroma disetiap sisinya
Tangan-tangan lusuh dan keriput
Mengangkat dan membakar
Demi mendapatkan sesuap nasi
Akankah sampah menjadi bagian hidup rakyat?
Kitalah rakyat..
Hanya kita yang dapat menjawab
Dan menentukan nasib negeri ini
Palembang, 2 Oktober 2009
Tentang Guru
Karya: Maria Ellsa Primayana/31
Banyak yang bilang guru itu payah
Pagi sore bekerja tanpa mengenal lelah
Hanya demi satu tujuan
Untuk mensukseskan kehidupan bangsa
Banyak yang bilang guru itu susah
Pagi sore bekerja gaji tak seberapa
Namun bukan itu yang dituju
Kepuasan batinlah yang dicapai
Aku bilang guru itu senang
Mengajar tak kenal lelah
Memberi ilmu pengetahuan
Ilmu yang takkan pernah pudar
Aku bilang guru itu murah hati
Susah payahnya kadang tak terliput
Semangatnya bagai api yang berkobar
Membakar semangat para muridnya
Guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa
Jasanya tak pernah mengharapkan pamrih
Lelahnya menghasilkan bunga bangsa
Bunga bangsa demi masa depan
Palembang, 2 Oktober 2009
Rumahku Rumah Kardus
Karya: Maria Ellsa Primayana/31
Ditempat ini aku berteduh
Menghindar dari teriknya matahari
Menghindar dari rintiknya hujan
Mengindar dari dinginnya angin
Ditempat ini aku bernaung
Mengukir kenangan indah
Yang tak terlupakan
Disini kujalani hari-hari bahagia
Ditempat ini aku tidur
Melepas semua lelah dan penat
Berharap esok kan lebih cerah
Menatap masa depan nan indah
Namun semua tak sesuai harapan
Tak sesuai dengan kenyataan
Disini aku bernaung
Dirumahku rumah kardus
Palembang, 2 Oktober 2009
Ratapan Untuk Anak Bangsa
oleh: Novianti Dewi Astri / 36
Terpaku aku dalam bisu..
melihat dunia yang mulai terbelenggu..
Tak dapat kusangsikan..
Generasi muda tak lagi seperti dulu..
Dulu.. mereka gigih..
tak pernah lelah menggapai ambisi..
Dulu.. mereka peduli..
tak pernah lelah mencari pamrih.
Namun.. saat ini semua berubah..
menjadi anak bangsa yang tak tahu apa-apa..
Tak pernah mau gigih..
Selalu saja mengharap pamrih..
Wahai generasi muda..
Tidakkah kalian merasa malu..
Malu terhadap bangsa..
Malu terhadap nusa dan bangsa..
Wahai anak-anak bangsa..
Berubahlah!
Pertahankan moral dan asa..
Demi Indonesia yang merdeka..
Palembang, 2 Oktober 2009
______________________________________
Sepeda Ilmu
Oleh: Novianti Dewi Astri / 36
Ketika Sang Surya mulai mengadu..
Kau gayuhkan sepeda tuamu..
Menyusuri liku penuh sendu..
Hanya senyum yang terus tersipu..
Betapa gigihnya perjuanganmu..
Tak pernah letih dan jemu..
Tak pernah lelah menyambut ilmu..
Ilmu yang selalu bernaung di dahimu..
Guru..
Beribu asa yang kau berikan..
Berjuta kasih yang kau tanamkan..
Bertahta dirimu dalam ingatan..
Guru..
Kadang tersirat di wajahmu..
Lelah dan peluh..
Tapi kau tutup dengan senyummu..
Guru..
Terimalah kasihku..
Takkan ku sia-siakan..
Apa yang telah kau berikan..
Palembang, 2 Oktober 2009
Merajut Negeri Merah Putih
Karya:Alviony Evelyn(XII IPA 5/03)
Aku berjalan di tengah hampa kehidupan..
Tanpamu..
Aku tak kan ada
Tanpamu..
Aku bukanlah siapa-siapa
Diri ini..
Meneteskan air mata setiap kali mengingat dirimu
Hati ini..
Tergetar setiap kali menatapmu
Jantung ini..
Berdetak tak menentu ketika memegangmu
Kurasakan..
Derita yang dulu kau rasakan seketika itu
Kupahami..
Makna yang kau perjuangkan selama ini kau rasakan
Semangat yang kau rasakan dulu mengalir di dada ini
Merah putih,
Kan kujaga,
Kan kubela selalu
hingga kututup mata ini
Palembang,2 Oktober 2009
Keyakinanku
Karya:Alviony Evelyn (XII IPA 5/03)
Kasihmu..
Begitu agung yang Kau berikan padaku
Begitu besar Kau serahkan untukku
Cintamu..
begitu tulus padaku
Tak kan pernah ada
Tak kan mungkin ada
Tak kan ada yang bisa
Hanyalah..
DiriMu Tuhan
Hanyalah..
DiriMu yang dapat melakukannya
Hanyalah..
DiriMu yang mempunyai kuasa untuk segalanya
Aku akan selalu percaya
Aku akan selalu Berdoa
Aku akan selalu berada di dalam ajaranMu
Karena,
Kuyakini bahwa diriMu itu nyata dan akan selalu ada untukku
Palembang,2 Oktober 2009
Tema: Kepahlawanan
Momentum Revitalisasi
Karya: Elini Febriani/16/XII.P5
Merdeka…
Merdeka….
Merdeka…..
Tangis penuh haru menghiasi tawa rakyat
Secercah harapan kembali muncul ke permukaan
Apa yang mereka perjuangkan telah mereka dapatkan
Semua pengorbanan tidaklah sia-sia
Bersatu untuk merdeka
Merdeka untuk Satu
Tak pernah henti mereka ucapkan
Tak pernah lelah mereka teriakkan
Cukup sudah tumpah darah
Jangan ada lagi korban jiwa
Cukup sudah duka lara
Jangan ada lagi pertempuran
Tonggak sejarah yang menyatukan rakyat,
kini pudar keberadaanya
Jasa pahlawan yang tak ada batasnya,
kini hilang maknanya
Masyarakat lupa akan jati dirinya
Mereka lupa darimana asalnya
Momentum revitalisasi harus kembali didapatkan
Makna kepahlawanan jangan lagi terdegradasi
Bangsa ini tidak boleh di kucilkan
Bangsa ini harus kembali berdiri kokoh
Majulah terus Indonesia….
Jangan jatuh dalam keterpurukan
Jadilah bangsa yang mendunia
Kenanglah s’lalu
momentum revitalisasimu
Palembang, 2 Oktober 2009
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Tema: Kepedulian Sosial
Kau
Karya: Elini Febriani/16/XII.P5
Lihat pengemis itu…
Apa yang kini kau rasakan…
Lihat orang cacat itu…
Bagaimana perasaanmu…
Kau….
Kau terlahir sempurna
Tapi mereka…
Mereka hina dan dikucilkan
Mereka dicaci maki dan di buang
Pernahkan terpikir olehmu
Mereka menjalani hidupnya dengan sukacita
Tidak ada keluh kesah
Tidak ada ragu dan bimbang
Sedangkan kau…
Kau mengeluh dan mengeluh
Kau tidak pernah bersyukur
Cobalah kau pandangi mereka
Cobalah kau sayangi mereka
Jangan terus menyesali hidupmu
Jangan terus menyalahkan Tuhan Allahmu
Cintailah sesamamu seperti dirimu sendiri
Syukuri apa yang ada jangan pernah disesali
Hidupmu akan berharga….
Apabila kau menyayangi mereka
Apabila kau menghargai mereka
Apabila kau menuntun mereka
Palembang, 2 Oktober 2009
Nama : David
Nomor Absen : 13
Pahlawan Tanpa Pamrih
Guru…..
Sungguh besar perjuanganmu
Engkau torehkan semua kekuatan
dan kemampuanmu
Engkau memberikan semua kemampuanmu
kepada anak yang masih polos
yang tidak mengenal permasalahan hidup
Dirimu sungguh mulia dihadapan
anak-anak ajarmu
Engkau bagaikan sosok orangtua
yang selalu memberikan perhatian
Setiap saat ketika mereka susah
kesabaranmu benar-benar berarti
Guru…
Setiap kata yang terucap dari mulutmu
merubah semua sikap dan perilaku muridmu
Setiap tetes keringat yang berucucur
kesuksesan yang didapat dari muridmu
Sungguh besar kepedulianmu
Cercaan demi cercaan terus datang kepadamu
Cercaan mereka yang tidak sadar
akan perjuanganmu
Kesabaranmu benar diuji
Engkau hanya menerima dengan senyuman
Ketegaranmu sungguh besar
Guru…..
Kata pantang menyerah telah Engkau
camkan dalam hatimu yang paling dalam
Engkau berjanji untuk memberikan yang terbaik
demi menghasilkan murid yang berkualitas
dan berguna bagi nusa dan bangsa
Nasib Anak Jalanan
Langkah kaki setiap hari
mengiringi setiap sudut lampu merah Kota
Bahaya selalu di hadapan mata
Menghampiri setiap ada kesempatan
Takut tidak ada dalam kamus mereka
Pemberani yang mereka pegang
untuk menghadapi kerasnya kehidupan
Baju lusuh dan berlubang
terpakai di tubuh mereka
Papan kayu dengan gitar
menjadi pelengkap dalam bekerja
Bermodalkan suara
mereka berusaha untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari
Tetes keringat bercucuran
sepanjang hari
Selalu uang logam yang didapat
Mereka hanya tersenyum
seakan membalas terima kasih
mereka
Seorang bayi berada dipelukan anak kecil
Sungguh prihatin melihatnya
Bayi yang masih sangat membutuhkan
kasih sayang orangtuanya
malah harus menemani dalam mencari
uang
Mereka memang tidak sadar
menggunakan anak kecil untuk
memenuhi kebutuhan mereka
Anak kecil hanyalah manusia polos yang
tidak mengerti akan susahnya hidup
Yang mereka butuhkan adalah pendidikan
setinggi-tingginya
Benar-benar prihatin
Melihat anak kecil berlarian
di tengah padatnya kota
Tidak dapat dipungkiri lagi
semua itu terjadi di negeri
kita tercinta ini
Nama: Frederica Claresta
Absen: 22
Puisi 1,
Tema: Birokrasi
Tikus Berdasi
Ketika kekuasaan sudah jadi harga mati
Terkuaklah dirimu yang sebenarnya
Segala janji manis hanya jadi samapah
Ribuan rakyat menanggung derita
Tangis derita anak bangsa kian menjadi
Tapi kau malah berlari
Sembunyikan perut buncitmu
Hanya rupiah yang jadi saksi bisu
Keserakahan di balik senyumanmu
Masihkah ada nurani yang tersisa?
Akan jeritan rakyat jelata yang tersiksa
Persetan rakyatmu susah
Kau tetap menutup mata
Kau butakan moralmu
Demi sebuah harta kekayaan
Hilang sudah harapan kami
Pemimpin bangsa hanya tikus berdasi
Puisi 2,
Tema:Lingkungan
Hilangnya Hutanku
Zamrud khatulistiwa telah ternoda
Kilauannya tak lagi seperti dulu
Hijau yang kulihat telah berbeda
Berubah menjadi tak berwarna
Pesona hutanku lenyap
Digantikan sekumpulan tiang-tiang berasap yang berdiri loyo
Bau hutanku tak lagi segar
Digantikan bau busuk yang tercemar
Ku rindukan kembali hijauku
Suatu kebanggaan bangsaku
Tempat bernaung berbagai kehidupan
Menjadi sumber akan kenangan
Kami merana
Jika banjir menghampiri
Kami merana
Akan panasnya matahari
Semua karna tanpamu
Hijau hutanku
Gores Tinta Emas
Karya : Riska Utami (40)
Gores tinta emas ...
yaitu rumus yang berharga
adalah istilah yang bermakna
merupakan lukisan yang berwarna
Gores tinta emas ...
untuk anak yang tak mudah putus asa
untuk remaja yang bersemangat
untuk orang yang bekerja keras
Gores tinta emas ...
melahirkan berjuta mimpi
mewujudkan berjuta cita
menghasilkan berjuta kebahagiaan
Gores tinta emas ...
akan semakin berkilau
di lembar-lembar pengetahuan
Gores tinta emas ...
akan semakin indah
di neuron-neuron otak
Gores tinta emas ...
akan semakin bercahaya
dalam kehidupan nyata
Nilai Sebuah Kejujuran
Karya : Riska Utami (40)
Kejujuran kini sangatlah jarang
hanya untuk sebatang cokelat
tak hanya mereka yang tua
anak kecil pun sekarang dapat berkata bohong
Kejujuran kini sangatlah mahal
hanya untuk setumpuk uang
mereka yang berhati lembut pun berubah menjadi srigala
menipu orang disekitarnya
Kejujuran kini sangatlah berarti
hanya untuk sebuah cinta
para Adam akan berkata gombal kepada para Hawa
Kejujuran kini tak lagi dipercaya
terlalu banyak mereka yang berkata bohong
hingga orang berkata benar pun
dianggap pembual
Suatu saat nanti
ketika bumi ini dipenuhi manusia-manusia pembohong
ketika tak ada lagi perkataan yang jujur
ketika kejujuran musnah , lenyap tak bersisa
entah bencana apa yang akan Tuhan berikan .....
Tema : Pendidikan
Terima Kasih Guru
Karya : R. A. Aulia Safira (XII IPA 5/38)
Guru
Ingatkah kau
Saat pertama kali kau ajarkan kami membaca
Saat pertama kali kau ajarkan kami menulis
Sungguh indah saat-saat itu
Masih kuingat ekspresi wajahmu
Senyuman dan tawamu
Begitu pula kesabaranmu mengajarkan kami
Sungguh besar jasa dan pengorbananmu
Kau pun rela mengabdikan waktu dan hidupmu
Demi kami, para muridmu yang masih buta akan ilmu
Kamu mengajarkan apa yang kami tak tahu
Apa yang belum kami mengerti
Engkau berikan semua yang kau tahu
Guruku
Hidupmu sungguh mulia
Kau mendidik kami tanpa kenal lelah
Tanpa mengharapkan pamri sedikitpun
Kan kukenang selalu dirimu guruku
Kan ku ukir pengabdianmu di dalam hatiku
Terima kasih guruku
Palembang, 2 Oktober 2009
………………………………………………………………….
Tema : Krisis moral
Rakyat Kecil
Karya : R. A. Aulia Safira (XII IPA 5/38)
Sesaat aku tersadar dari lamunan
Lalu kumengerti akan sesuatu
Dari sudut pandang ini
Kulihat sebuah ketidakadilan
Dari pihak kalian wahai para pemimpin bangsa
Para koruptor
Para pemain kotor
Kalian mungkin bersenang-senang di sana
Tertawa bahagia
Menghabiskan seluruh harta yang kalian dapat
Kalian menari di atas penderitaan para rakyat kecil
Yang seharusnya kalian lindungi
Sadarkah kalian bekerja untuk siapa ?
Sadarkah kalian harta yang kalian terima itu hak siapa ?
Sadarkah kalian kewajiban kalian itu apa ?
Kalian hanya bias memberikan janji-janji palsu
Tanpa bukti konkret seperti yang rakyat kecil pinta
Kutanyakan satu hal pada kalian
Tak tergerakkah hati kalian ?
Melihat para rakyat kecil
Mengais dan meminta hanya untuk mendapatkan sesuap nasi
Menjerit dan meminta pertolongan dari kalian
Tak merasa bersalahkah kalian ?
Dimana perasaan kalian ?
Dimana bukti janji-janji yang dulu kalian ucapkan ?
Dimana seluruh jaminan yang seharusnya kalian berikan ?
Semua itu hanya omong kosong
Hanya sampah
Seperti kalian, para koruptor
Palembang, 2 Oktober 2009
Pahlawan Tanpa Tanda Jasa
Oleh: Emil Eviliana
XII IPA 5/17
Di kala udara masih berselimuti kabut,
mentari pun masih enggan
menampakkan diri
bagaikan putri malu
Nun jauh di sana,
tampak sesosok tubuh kurus tinggi
berjalan dengan lunglai
sambil menuntun sepeda tuanya
melalui jalan – jalan yang dipenuhi
pepohonan rindang yang setia
menyapanya tiap pagi
Langkah demi langkah,
ia kayuh sepedanya
tanpa mengenal lelah
walau tetes keringat membasahi wajahnya
Terdengar dari kejauhan,
suara canda tawa
bocah – bocah polos tanpa dosa
menyambut penuh riang
Hingga rasa letih pun hilang,
hanya tersisa tekad
yang tersirat di wajahnya,
ingin cerdaskan anak didiknya,
songsong masa depan nan gemilang
Guru,
betapa mulia hatimu
Engkau mendidik anak – anak
dengan sabar dan tulus
tanpa pikirkan hidupmu
Walau penghasilan yang engkau dapat
tak segemilang tekadmu
Engkau tak pernah keluhkan itu
Guru,
terpujilah namamu
Namamu akan selalu hidup
dalam sanubari bocah – bocah polos
Pengabdianmu,
begitu tulus dan luhur
Semangatmu
bagai dian tak kunjung padam
Engkau patriot pahlawan bangsa
tanpa tanda jasa
Sang Penjajah Suara Jalanan
Oleh: Emil Eviliana
XII IPA 5/17
Dengan gitar tua nan usang,
ia sambut hari yang cerah
walau tak secerah hidupnya
Ia mulai menelusuri jalan – jalan
yang dipenuhi gedung pencakar langit
seolah mengejeknya angkuh
Dengan pakaian nan kusam,
berpeluh keringat serta debu,
beralaskan terompah usang,
tanpa mempedulikan deru kendaraan
yang membisingkan telinga
ia melangkah dengan pasti
Mulailah ia menyuarakan hatinya
mewakili ribuan rakyat kecil
yang menjerit memohon keadilan
di tengah deru kendaraan
yang dipenuhi orang – orang berdasi
Dengan suara lantang, ia berharap
dapat mengetuk pintu hati mereka
Bukan kepingan logam
yang ia terima,
cibiran, cacian, tawa ejekan
yang ia dapatkan
Semua itu ia terima
dengan penuh rasa syukur
Dengan menahan lapar dan dahaga,
ia kembali menyuarakan hatinya
Berharap bukan hanya
kepingan logam yang ia dapat
melainkan rasa peduli
terhadap rakyat kecil seperti kami ini
Bukan salah bunda mengandung,
tapi nasib baik
tak berpihak pada kami
Seorang pembawa kebenaran
Karya : Virginea D.J. (44)
Lembaran masa lalu pun terbuka kembali
Banyak tersimpan kenangan para pejuang bangsa ini
Terpikir betapa pahitnya dunia yang fana ini
Banyak orang membunuh, memfitnah dan menyiksa orang yang tak bersalah
Para pejuang bangsa
Semua pengorbanan tlah kau lakukan demi bangsa ini
Pantang menyerah , pantang lelah
Menghadapi penjajah
Yakin akan bangsa ini akan berdiri
Yakin bangunkan nusa yang hebat
Dihormati dan diakui orang
Atas kekuatan aneka macam
Tahun demi tahun pun menepi
Lahir lah pembawa kebenaran
Menerangi dunia yang gelap
Seorang pembawa kebenaran
Seorang pembawa kebenaran
Mambawa kita ke tempat yang lebih baik
Tempat yang penuh dengan kesenangan dan kebaikan
Dimana kita dapat tersenyum bahagia
Kau yang Terbaik
Karya : Virginea D.J. (44)
Cinta adalah suatu hal yang kompleks
Apakah aku sedang jatuh cinta ?
Aku juga tak begitu tahu
Aku tahu ia jatuh cinta kepadaku
Semua hal yang ia katakan
Ia jatuh cinta padaku
Andai saja aku tahu apakah aku sedang di landa cinta
Hidup itu kompleks
Dipenuhi dengan hal- hal yang kompleks
Apakah itu cinta ?
Apakah ia tahu ?
Aku yakin ku tak tahu.
Aku berharap ia tahu apa artinya
Aku berharap aku tahu apa yang ia pikirkan tentang cinta
Terlalu banyak arti cinta
Aku berpikir aku sedang jatuh cinta
Tapi aku tak yakin
Akan lebih mudah jika aku dapat menjelaskannya pada diriku
Hatiku , pikiranku dan emosiku
Mereka membuatku bingung
Aku berharap aku dapat mengetahui apa yang sedang kurasakan
Maafkan aku
Maafkan atas semua yang telah kuperbuat
maafkan atas ketidak jelasan atas diriku
Aku sangat memperhatikanmu
Hanya itu yang aku tahu
Aku tak tahu tentang yang lain
Hidup itu sangat kompleks
Sekompleks cinta
Dan itu adalah sesuatu yang tak dapat pernah berubah
Aku senang kau mengerti
Aku membutuhkan seseorang sepertimu dalam hidupku
Berharap kau tak akan pergi
Karena semua
Semua yang tlah aku perbuat
Kau masih peduli, kau masih disini, kau masih mencintaiku
Kau adalah yang terbaik
Aku berharap aku tahu
Aku harap aku tahu banyak tentang apa yang aku tak tahu
Palembang, 02 Oktober 2009
PUISI KRISIS MORAL GENERASI MUDA
Karya : Rina (XII IPA 5 / 39)
Negeriku dengan sejuta pesonanya
Dengan beraneka ragam budaya dan bahasanya
Mengajarkan dan menanamkan berbagai hal
dalam hidupku
Darimu aku belajar
Darimu aku berkembang
Tapi kini semua berbeda
Semua telah berubah
Generasi penerus bangsa tak lagi sama
Caramu bertutur kata,
Caramu bersikap
Bagaikan dua kutub yang berbeda
Dulu
Bercita-cita membahagiakan ibu dan ayah
Menghargai orang lain
Bertutur kata yang halus
Berprilaku santun
Namun apa yang terjadi dengan semua itu
Bahagia digantikan dengan air mata
Rasa hormat habis kau injak-injak
Prilakumu layaknya banteng
Pernakah terpikir olehmu
Angan dan asa ayah ibumu
Harapan bangsa akan kepedulianmu
Pandangan seluruh dunia melihat tingkahmu
Di mana rasa malumu
Ke mana kau buang semua ilmu
Bagaimana pertanggung jawabanmu kepada-Nya
Sadarlah kawan
Tak ada yang abadi di dunia ini
Hidupmu pun tidak
Pikirkanlah dan renungkanlah
Nafas kehidupan yang diberi
Semua yang kau miliki
Tak pernah kau hargai
Kembalikan semua seperti semula
Negeri dengan sejuta pesonanya
Dengan beragam bahasa dan budayanya
Namun tetap satu
Dengarkan kata hatimu
Agar dunia tak lagi bercela dan palsu
PUISI PENDIDIKAN
Karya : Rina (XII IPA 5 / 39)
Beratapkan jerami
Beralaskan tanah
Kau teramat rapuh, namun tetap mulia
Terpaan angin dan hujan membuatmu goyah
Namun saat itu lah semakin kokoh kau coba tuk berdiri
Pagi yang cerah disambut dengan senyum manismu
Senyum bahagia dapat menjadi tempat berbagi ilmu
Tempat para generasi penerus dibina
Dan mandapat ilmu yang berguna
Belajar tak harus di sekolah mewah
Kecerdasan tak terbatas hanya pada kekayaan
Anak kecil menangis di pinggiran kota
Merenggek ingin sekolah
Tapi apa daya orang tua
Tak ada kemampuan untuk mewujudkan
Dunia kini telah berubah
Guru tak lagi ditiru
Bahkan murid tak lagi berotak
Tak ubahnya kerbau dungu yang mudah diadu
Harapan
Karya: Adrianus P./XII IPA 5/02
Tuhan
Engkau selalu menemani kami
Pada saat senang
Maupun saat sedih
Kami umatmu
Hanya dapat berserah diri
Dihadapanmu
Yang mengatur jalan hidup umatmu
Tuhan
Bimbinglah kami dalam rahmatmu
Agar umatmu terbebas dari dosa
Dan menuju jalan yang lebih baik
Palembang, 2 Oktober 2009
Negeriku Indonesia
Karya: Adrianus P./XII IPA 5/02
Pagi buta aku terbangun
Memulai kegiatan hariku
Berawal dari sebuah negeri
Disini, negeriku, Indonesia
Indonesia
Negeri yang kucinta
Dengan beribu-ribu pulau
Terbentang dari Sabang sampai Merauke
Dihuni berjuta-juta orang
Kau dukung kehidupan mereka
Dengan tanahmu yang subur
Dan hutanmu yang hijau
Tetapi sekarang
Gunung tidak berambut
Kejahatan dimana-mana
Apa yang terjadi
Pada negeriku tercinta, Indonesia?
Palembang, 2 Oktober 2009
Narkoba yang Menipu
Karya : Melisa Octavia /34
Narkoba..
Ia memang memberikan kenikmatan
Ia memang menawarkan kesenangan di kala orang berduka
Ia memang membangkitkan semangat di kala orang putus asa
Dan ia memang membuat orang elupakan semua masalah yang ada
Tetapi …..
Kenikmatan yang ia berikan hanyalah semu belaka
Kesenangan yang ia tawarkan berujung petaka
Semangat yang ia bangkitkan akan sirna dengan mudahnya
Hingga akhirnya ia hanya menimbulkan masalah
Masalah yang merusak kehidupan moral dan mental generasi muda
Oleh karena itu……
Waahai generasi muda, jauhilah narkoba !
Jangan Engkau dibutakan karenanya
Ingat……
Karena nila setitik rusak susu sebelanga
Karena narkoba sedikit rusak hidup selamanya….
Palembang, 2 Oktober 2009
Indahnya Pendidikan
Karya : Melisa Octavia /34
Pendidikan ……
ia seharusnya tidak pernah datang terakhir
melainkan harus selalu datang pertama
Pendidikan ……
membawa Anda ke tempat yang sangat tinggi
Tidak akan membawa Anda hidup tanpa jaminan
Tetapi membawa Anda menemukan kehidupan yang lebih baik
Tanpa pendidikan kita hanya berada di jalan tanpa tujuan
Pendidikan ……
mengajarkan kita bagaimana menjadi hebat
Tanpa pendidikan ,
Kita tidak akan pernah mencapai pengetahuan
Melainkan akan tetap bodoh
Dalam masa ini,
Pendidikan sering terlupakan,
Pendidikan menjadi beban,
Dan sebenarnya,
pendidikan adalah apa yang Anda kurang
Tanpa Pendidikan tidak ada awal
Tanpa pendidikan membuat kita kalah bukan menang
Wahai para remaja ,
Tunjukan pada bangsa kita
Jadilah penerus bangsa yang kaya akan ilmu…
Palembang, 2 Oktober 2009
Doa Seorang Anak Terlantar
Karya: Christoforus Sugito / 11
Tuhan
Aku sungguh berterima kasih pada-Mu
Sebab hari ini banyak yang mengasihani aku
Sungguh aku malu menjalani hidup seperti ini
Hidup dengan tangan di atas
Tapi apa dayaku
Tak ada yang bisa kulakukan
Ku hanya bisa terus meminta-minta
Agar tak dimarahi papa mama
Aku sungguh merasa kesepian
Di saat anak seumuranku menggali ilmu
Aku di jalanan yang ramai
Mengemis untuk mendapatkan sesuap nasi
Tuhan
Kata mama, aku akan mempunyai seorang adik
Bisakah Engkau jangan memberinya padaku, Tuhan?
Karena mama papa sudah tidak mempunyai waktu lagi
Untuk mengurusiku saja sudah tidak sempat
Bagaimana dengan nasib adik nanti?
Tuhan
Adik jangan dikirim ke sini
Walau adik belum lahir
Saya sangat sayang kepada adik
Tangan kecilku mungkin tak akan kuat menggendongnya
Dan juga aku tidak mau nanti adik dipukuli seperti aku
Tuhan
Bisakah adik kau berikan ke tempat yang lain?
Aku tidak mau adik menjadi seperti aku
Bau, jorok, dan kumal
Karena papa mama sering lupa mengajakku mandi dan mengganti baju
Juga karena aku tidak mau adik kelaparan
Untuk makan kami bertiga saja sudah susah
Bagaimana bila ada adik?
Palembang, 3 Oktober 2009
__________________________
Pahlawan
Karya: Christoforus Sugito / 11
Aku hanyalah pria biasa
Aku melakukan apapun demi kemerdekaan bangsaku
Meski apa yang kulakukan benar
Tak berarti ketakutan tak melanda diriku
Meski aku ketakutan
Kepedulianku membangkitkan hati kecilku
Aku mungkin saja bisa mati
Namun aku tahu
Aku tak bisa diam bertopang dagu
Lama kelamaan
Maut yang ada di depan mataku
Menjadi hiburan bagiku
Bila aku mampu melaluinya
Namun tidak untuk teman-temanku yang mati
Sungguh pilu untuk kehilangan sebuah teman
Tapi apa daya
Semuanya kami lakukan untuk mencapai kemerdekaan
Hari-hariku dihiasi pembantaian
Diperindah dengan bunga api
Sungai darah menjadi pemandangan yang biasa bagiku
Tak jarang aku ikut mengalirkan darahku di sungai itu
Namun semangat juangku tak akan runtuh
Aku yakin
Suatu saat nanti
Bambu runcing ini akan mampu menghantarkan bangsaku menuju kemerdekaan
Entah kapan
Aku tak tahu
Palembang, 3 Oktober 2009
Kursi Haus Kekuasaan
Karya Jimmy / 26 / XII IPA 5
Sempat ku lihat ia begitu berharga
Dari kejauhan begitu mempesona
Ingin duduk di atasnya
Kini kulihat....
Ia telah diduduki
Aneh...
Tapi selalu didamkan
Siapa duduk disana?
Setahuku semua orang punya kepedulian
Namun semua berubah...
Setelah orang duduk disitu
Haus....Haus....dan haus....
Bahkan takkan pernah puas
Kenapa demikian
Semua tlah berubah di tahta birokrasi
Mungkin suatu saat ada yang bisa mengubahnya
Dan menundukkan Sang Kursi yang haus Kekuasaan
-----------------------------------
Teguran Alam
Karya Jimmy / 26 / XII IPA 5
Kau tegur kami...
Dengan membawa bencana besar
Untuk menyadari kami
Kau kirimi kami banjir bandang dan longsor
Kau hanyutkan sisa kerakusan
Menggelamkan desa dan kota
Mengirimkan iklim yang berbeda
Teguranmu membuat kami mulai sadar
Kami yang telah melukaimu
Dan yang telah tak pedulikanmu
Alam....
Maafkan kami ini
Biarkan kami membalas budi
Maukah kau bersahabat dengan kami
Alam....
Selama ini kau telah banyak memberikan kami kehidupan
Tapi....
Kami tidak pernah menghargaimu
Seakan kau tidak ada gunanya bagi kami
Namun, sekarang kami mengerti
Akan kebutuhanmu
Kami berjanji untuk tidak melukaimu lagi
Kami mulai mencintai wajahmu yang hijau berseri
Kami datang membawa biji bijian
Kami datang untuk merawatmu dengan kasih sayang
Melindungimu dari pembalakan liar
Karena hidupmu yang terlindungi
Membuat kani bernafas lagi
Semangat bambu runcing
Karya : Fernando/20
Terang telah berubah menjadi gelap
Petang menjadi malam
bulan menggantikan matahari
mungkin...
saat itulah
saat yang engkau nantikan
saat dimana engkau dapat meneruskan perjalanan panjangmu
perjalanan meraih kemerdekaan...
Ya...
aku tahu...aku mengerti
hanya soal gelaplah
engkau dapat maju berperang
dan...
bersama bambu runcing serta tekad teguh kau menyerang para penjajah
demi kemerdekaan bangsa ini
tanpa sedikit pun rasa takut dihatimu tuk membasmi penjajah
hari harimu selalu penuh perjuangan
tak jarang pula tubuhmu ditembus timah panas
dan tak jarang pula darah bercucuran dari tubuhmu
namun hal itu tak menjadi penghadang bagimu
untuk berjuang merebut kemerdekaan bangsa
tak ada yang dapat meruntuhkan semangatmu
meskipun tubuh telah rebah di atas tanah
meskipun tubuhmu telah tertimbun tanah
semangat juangmu selalu membara dihatimu
Kini...
bangsa ini telah merdeka
bangsa ini tak lagi sengsara
bangsa ini telah berdiri sendiri
semua berkat pengorbananmu
oh... pahlawanku
terima kasih kuteriakkan padamu oh...pahlawanku
tanpamu tak akan ada kemerdekaan di bumi pertiwi ini
tanpa kegigihanmu tak akan pernah kami rasakan arti kemerdekaan
hanya dengan perjuanganmulah, Indonesia dapat tehantar ke dalam istana kemerdekaan
Tangisan Berselimut Tanah
Karya : Fernando / 20
Sore hari yang tenang
Seketika menjadi hari yang garang
Guncangan tanah dimana-mana
Menggemparkan seluruh jiwa raga
Runtuhan bangunan berdampak sengsara
Membawa petaka yang merajalela
Seketika tangisan seluruh orang pecah
Menangisi kesedihan berselimut tanah
Malam gelap telah datang
Angin malam berhembus kencang
Membawa seberkas ratapan sedih
Melalui debu berselimutkan tanah
Tiada lagi tawa bahagia
Menyelimuti tidur mereka
Jutaan nyawa melayang
Diratakan tanah gersang
Oh korban gempa…
Kembalilah tersenyum bahagia
Tetaplah bersemangat tinggi
Menanggapi hari esok yang lebih baik
Malaikat Hatiku
Karya : Vinsensius Viktor Limas / 43
Ku tahu ku takkan dapat sembuhkan luka hatimu
Atau hilangkan rasa sakit itu
Tapi, biarkanlah ku tinggal dan meraih tanganmu
Tuk temani harimu
Aku akan mendengarkan semua keluh kesahmu
Mencoba hapuskan air matamu
Aku akan hilangkan kekhawatiranmu
Mencoba menghadapi rasa takutmu
Aku ada disini dan selalu disini
Untuk selalu bersamamu
Cinta yang kurasakan ini
Takkan pernah terhapuskan
Karena kau adalah permata di hidupku
Aku akan selalu bersinar
Untuk menerangi jalanmu
Menuju hatiku yang setia menanti
Dimana kau kan tinggal selamanya
Kau seperti mawar yang semerbak
Membuatku nyaman ketika angin musim dingin bertiup
Kau menghangatkan hidupku dengan pesona dan keanggunanmu
Hatiku akan menjadi tempat tinggalmu selamanya
Kumencintaimu dengan segenap hatiku
Sepenuh jiwaku dan segala ragaku
Sejak kehadiranmu di hidupku
Hidupku menjadi sempurna dan seutuhnya
Cinta yang kau brikan ini
Aku tahu ini tak akan pernah berakhir
Maka kupersembahan seluruh hidupku kepadamu
Malaikat hatiku….
Palembang, 3 Oktober 2009
_______________________
Perjuangan Menuju Kebebasan
Karya : Vinsensius Viktor Limas / 43
Kami sangat menghormati hari itu
Prajurit-prajurit yang melindungi bangsa ini
Untuk pengabdian mereka sebagai pahlawan kami
Mereka layak untuk dikagumi
Bagi sekelompok orang, itu baru saja terjadi kemarin
Bagi sekelompok orang, itu sudah terjadi bertahun-tahun yang lalu
Di hutan atau padang pasir,
Di daratan atau di laut,
Mereka melakukan apa pun yang ditugaskan
Untuk menghasilkan kemenangan
Banyak yang pulang kembali, banyak pula yang tidak
Mereka membela kita dimana-mana
Ada yang bertempur ; ada yang berdiplomasi
Mereka telah mengambil bagiannya masing-masing
Tidak peduli apapun tugas itu
Tanpa bayaran dan secercah kemuliaan
Mereka memberikan kehidupan yang normal kembali
Demi tugas mulia dan duniawi
Biarkan setiap pahlawan dihormati
Jangan biarkan politik merusaknya
Tanpa mereka, tak akan ada kebebasan
Apa yang telah mereka perbuat, tak dapat tergantikan
Kita telah melihat semuanya
Dan kita tidak boleh membiarkan hal itu terjadi kembali
Mengabdikan hidup kita demi kebebasan ini
Kita akan lawan segala bentuk ancaman
Untuk melindungi bangsa ini
Untuk melindungi apa yang kita sayangi
Maka, mari kita bersatu kembali
Untuk menaklukkan musuh baru kita
Apapun yang harus dilakukan
Kemanapun kita harus pergi
Mari kita tunjukkan kepada dunia sekali lagi
Bahwa bangsa ini
bangsa yang memiliki semangat patriotisme!
Palembang, 3 Oktober 2009
Lestari Bangsaku
karya : Stefani Gunawan / 41
Waktu terus berlalu
begitu pula dengan kejayaan negaraku
lambat laun mulai memudar
menjadi negara terlantar
Kini generasi muda harus berusaha
dengan segala upaya membangun bangsa
agar kembali berjaya
layaknya negara merdeka
Beribu upaya telah dilakukan
berjuta semangat telah dikobarkan
hanya demi mewujudkan
negara nan penuh kesejahteraan
Kini upaya generasi muda
membuahkan hasil nan indah
negara yang ku cinta
telah kembali berjaya
Biarpun impian telah diraih
semangat bangsa jangan berhenti
usaha keras harus terus dijalani
guna mempertahankan harga diri
Harapku dalam Cinta
karya : Stefani Gunawan / 41
Cinta adalah apa yang kurasakan padamu
saat memikirkan dirimu
dan membayangkan dirimu di sisiku
tak dapat kuungkapkan kegembiraanku
Sebelum bertemu dirimu
aku bukan apa-apa
sekarang aku sangat berharga
semua karena dirimu
Aku belajar arti sesungguhnya
dari berbagi dan menyayangi
aku belajar arti jatuh cinta
dengan mencintai dirimu
Tempat terindah di dunia adalah di sisimu
Memiliki dirimu dalam hidupku
dapat melengkapi dan memenuhi
semua bagian hidupku
Aku berharap
suatu hari kau akan tahu
betapa sempurnanya dirimu di mataku
dan akan kuukir namamu di hatiku
selamanya...
Palembang, 3 Oktober 2009
GENERASI MASA DEPAN
Karya : Peniel Benammi/ 37
Ditengah berbagai krisis yang melanda negeri ini
Jadikanlah engkau sebagai generasi harapan
Bangkitkanlah negeri tercinta ini
Dari keterpurukan di masa depan
Di zaman yang semakin menggila ini
Janganlah engkau takluk pada persaingan
Semua baru akan di mulai di sini
Ketika engkau hadir dan mengisi kekosongan
Janganlah engkau krisiskan moralmu
Justru persiapkanlah yang terbaik daripada dirimu
Yakinlah bahwa engkau mampu
Selagi engkau mau
Ciptakanlah diri yang berpendidikan
Berpikir jernih jauh ke depan
Menjadi generesi andalan
Bertutur dan bertingkah laku sopan
Hilangkan kata pukul dari tingkah lakumu
Hilangkan kata kibul dari tutur katamu
Hilangkan kata cabul dari pikiranmu
Maka jadilah engkau seperti harapanmu
Sehingga hari esok tiada lagi ucapan
Bahwa generasi masa depan
Tak berpendidikan dan tak beriman
Maka engkau tetap di berkati Tuhan
Palembang, 2 Oktober 2009
WAJAH PENDIDIKAN
Karya: Peniel Benammi/ 37
Mentari pagi yang menyilaukan
Menyapa kita putra-putri Indonesia
Dinginnya pagi seakan juga menantang kita
Dalam menyongsong masa depan
Di awali dengan penuh semangat
Kita pergi menuntut ilmu
Tak ada satu pun… satu pun!
Yang dapat mengubah niat luhur
Kita sudah berhasil selangkah
Berhasil mengalahkan rasa malas
Berhasil menjadi harapan
Berhasil seperti yang kita inginkan
Itulah yang bangsa ini harapkan
Namun yang terjadi sebaliknya
Kita sebagai anak bangsa justru mencoreng
Merusak citra kita sebagai generasi penerus bangsa
Tawuran seperti menjadi hal yang biasa
Kenakalan remaja pun semakin parah
Bukan menunjukkan prestasi
Malah mencari sensasi dan gengsi
Guru yang seharusnya menjadi panutan
Justru ikut merusak nama harum pendidikan
Menjadi mafia pendidikan
Dengan mengorbankan citra baik pendidikan
Kita adalah masa depan bangsa
Kita adalah generasi penerus bangsa
Tunjukkanlah jati diri berpendidikan
Untuk masa depan bangsa yang lebih berkualitas
Palembang, 2 Oktober 2009
Garuda Emas
Karya : Wandi Wijaya / 45
Dia adalah pejuang bangsa
Terbang menembus langit nan tinggi
Mengawasi hidup kotor tak berarti
Cengkramannya membunuh tikus-tikus negara
Dialah garuda, kebanggaan Indonesia
Dia adalah penyelamat bangsa
Mengitari samudera nan kelam
Menjelajahi bumi pertiwi yang terluka
Senantiasa melindungi anak-anaknya yang lemah
Dialah garuda, kebanggaan Indonesia
Tapi sekarang
Dia hanya sekedar lambang
Harumnya sudah dilupakan
Semangatnya luntur dimakan waktu
Menua, sakit, dan hampir mati
Perlahan tapi pasti
Negeri ini akan kehilangan putra-putri terbaiknya
Kini hanya tinggal satu harapan tersisa
Berharap kepada anak-anaknya, para generasi penerus bangsa
Bukan sebagai pengganti tetapi penerus abadi
Yang tetap mecintai segenap bangsa Indonesia
Yang selalu memperjuangkan bangsa Indonesia
Kini tidak hanya satu tujuan semata
Berharap kepada anak-anaknya, para generasi penerus bangsa
Bukan lagi menumpas serdadu bersenjata
Melainkan menumpas kemiskinan dan kebodohan
Menebarkan harum ke seluruh dunia
Terbang tinggi layaknya seekor garuda
Bukan mengikuti yang lama tetapi melahirkan
Seekor garuda emas
Yang tetap abadi hingga sepanjang segala masa
==================================
Selamanya Cinta
Karya : Wandi Wijaya / 45
Ketika hujan lebat membasahi bumi
Saat itu aku tersadar
Hati sedang menangis
Menangis deras tanpa henti
Menenggelamkan cinta yang telah dijalani
Menghanyutkan rasa yang telah terukir di hati
Ketika hujan lebat turun ke bumi
Laksana jutaan jarum kecil datang menyerang
Saat itu aku tersadar
Perkataanmu telah menusuk hati kecilku
Membuat hati ini berlubang menyisakan duka
Ketika suara hujan ikut meramaikan dinginnya hari
Saat itu aku tersadar
Hatiku memekik rintih
Memecahkan kristal-kristal memori
Mengingatkan bahwa kita sudah tidak bersama lagi
Entahlah
Sampai kapan hati ini mendung
Sampai kapan air mata ini menetes
Tapi hanya satu hal yang ingin kuungkapkan
Walau kau dapat menghancurkan tubuhku dengan petir
Tetapi kau tidak akan pernah bisa menghancurkan hatiku
Yang selamanya ada dirimu
Di mana aku akan tetap selalu mencintaimu
Kuasa Terindah
Karya :Anton Halit (XII IPA 5/08)
Indahnya langit biru
Lautan yang membentang luas
Dan gunung yang menjulang tinggi
Semua adalah alam karya ciptaan Tuhan
Kita sebagai manusia yang punya akal budi
Salah satu makhluk ciptaan Tuhan
Kita patut bersyukur
Atas semua karunia yang telah diberi-Nya
Tiada yang sempurna selain Tuhan
Tapi kenapa banyak manusia yang tak tahu diri
Banyak yang melupakan Tuhan
Padahal Tuhan telah memberikan semua untuk kita
Biarlah Tuhan yang Menghukum mereka
Kita sebagai makhluk Tuhan
Harus selalu mengingat Tuhan
Dengan berdoa dan rajin ke tempat ibadah Tuhan akan selalu berada di dekat kita
Palembang,3 Oktober 2009
Indonesiaku
Karya :Anton Halit (XII IPA 5/08)
Sejak tahun 1945
Indonesia telah lepas dari penjajah
Masa penjajah telah musnah
Penderitaan telah terlewatkan
Kejayaan telah d tangan kita
Negeri yang telah kita raih dengan tumpah darah
Harus kita cintai dengan segenap jiwa
Tak boleh ada penghalang lagi untuk menghancurkan tanah air kita
Enam puluh empat tahun
Indonesia telah merdeka
Mari kita eratkan Bhinneka Tunggal Ika
Untuk memperkuat negeri kita
Mencintai tanah air seutuhnya
Indonesiaku
Negeriku tercinta
Palembang,3 Oktober 2009
Alam
Karya: Mangasa Tobing / 30
Bentangan Luas Indah mempesona
Hijau terhampar di Khatulistiwa
Elok permai ku pandang parasnya
Namun pesonamu memudar
Ditelan keserakahan orang tak bertanggung jawab
Khatulistiwa kosong
Alamku... kehidupanku
Aku hidup di dalam mu
Dan sungguh hancur hatiku
Melihatmu gundul, berasap dan tlah tercemar
Sungguh kurindukan alam lestari
Yang tak tercemar
Dengan udara segar dan pesona indahmu
Alam... alamku
Ku yakin kau akan tetap hidup
Pancarkan keindahan bentangan hijau
Gagahnya gunung perkasa
Lembutnya air sungai mengalir
Ku akan menjagamu
Hingga akhir hayatku
-----------------------------------
Permainan Sang Berdasi
Karya: Mangasa Tobing / 30
Permainan adalah tetap permainan
Sesuatu yang mengasyikkan
Tapi pasti ada yang kalah
Sang berdasi kuat
Dan yang lain lemah
Peluang menang selalu lebih kecil bagi yang lemah
Itulah permainan sang berdasi
Mungkin permainan lebih cocok untuk anak kecil
Yang memperebutkan sesuatu untuk mendapatkan permen manis
Tak disangka...
Sang berdasi pun suka bermain
Aneh... namun itulah faktanya
Bermain dalam suatu situasi
Mencoba memenangkan suatu permainan
Dan mengambil semuanya dari yang kalah
Apakah ini pantas
Jelas tidak
Perut buncit sebagai lambang kemenangan atas si lemah
Mungkin permainan takkan pernah selesai
Atau mungkinkah suatu hari
Itulah permainan sang berdasi
Palembang, 3 Oktober 2009
Terpasung
Karya : Kevin wijaya / 28
Kami terkekang
Oleh tembok eksekutif yang berdiri kokoh
Kami terbisu
Oleh benteng legislatif yang berkoar
Kami terpasung
Oleh ketukan palu yudikatif yang tak imbang
Suara kami ingin terdengar
Oleh kepala Negara sang legislatif
Suara kami ingin bergaung
Di parlemen legislatif
Suara kami ingin menentukan
Akan keadilan yudikatif di Negara
Biar kami bicara
Agar suara kami menyatu dengan Negara
Biar kami bergabung
Agar langkah kami turut menentukan nasib
Biar kami berdemokrasi
Untuk Negara kami tercinta
-------------------------
Bisikan Laut
Karya : Kevin wijaya / 28
Kutatap laut luas terbentang
Terpaku ku menatapnya
Jernih walau lama tak ku pandang
Membuat aku kagun melihatnya
Ikan ikan menari nari di sekitarku
Karang karang indah menenangkan pikiranku
Bisikan bisikan ombak yang mengusik telingaku
Terasa waktu berhenti saat aku di dekat mu
Waktu seakan cepat berlalu
Keindahan mu seakan berubah di makan waktu
Tangan tangan jahat merusak mu
Membuat mu hancur tiada arti
Apakah mereka sadar ?
Apakah mereka puas ?
Dengan kelakuan yang tak pantas
Dengan kejahatan moral mereka
Mereka tidak seharus nya melakukan itu
Karena laut adalah simpanan ibu pertiwi
Harta yang diperjuangkan pahlawan
Keindahan semesta yang tiada tara
Pemuda Indonesia
Karya : Adrian Dzikrillah
Tak ku sadari
Perjuangan para pejuang dulu
sangat lah sedih bila dingat
sedih yang membahagiakan
Perjuangan di medan perang
Perjuangan tanpa henti yang dilakukan
Semata-mata hanya untuk negeri ini
Negeri tercinta
Apa yang dibalas pemuda sekarang
Hanya membuat keonaran
Hanya membuat sedih para pejuang
Sedih yang menyakitkan
Kita sebagai pemuda Indonesia
Pemuda yang mencintai tanah air
Harus benar benar mencintai
Mencintai sepenuh jiwa dan raga
Kita harus berjuang untuk negara
Walau kita tidak perang
Kita dapat melakukan dengan berprestasi
Demi mengharumkan nama bangsa
Berkibarlah bendera ku
Bendera merah putih
Palembang, 3 Oktober 2009
Tuhan
Karya : Adrian Dzikrillah
Tuhan
Ku jalankan perintah Mu
Ku jauhi larangan Mu
hanya untuk Mu semata
Tiap hari aku menjalankan perintah Mu
Mengharapkan pahala yanh lebih
Agar hamba Mu ini dapat hidup senang di alam sana
Kesenangan abadi
Tuhan
Ku percaya akan adanya Mu
ku yakin akan perintah Mu
Tak ada keraguan pada Mu
Saya hanya hamba Mu yang lemah
Yang penuh dengan dosa
Yang takut akan azabmu
Yang takut akan keagungan Mu
Terima kasih tuhan
Tetesan Keringat Jasamu
Karya : Melia / 33
Beraneka ragam watak seseorang
Tidak satupun sama
Ada yang baik,buruk,dan sangat buruk
Hal itu menjadi tantangan
Bagimu oh Guruku
Kesabaranmu meleburkan keegoisanku
Raja siang muncul dari peraduannya
Menandakan pagi hari yang cerah
Wahai Guruku....
Engkau pahlawan tanpa tanda jasa
Canda tawamu kan selalu kuingat
Akan ilmu yang telah kudapat
Sedikit demi sedikit menjadi bukit
Bagaikan padi yang semakin merunduk
Seperti kami yang ilmunya terus bertambah
Guruku........
Engkau meneteskan keringat jasamu
Tanpa kenal lelah dan merasa kecewa
Suka duka yang kami buat
Menyakitkan hatimu Guruku
Namun engkau selalu sabar menghadapinya
Hanya ingin membuat kami pintar
Pengorbanan waktumu menjadi saksi
Sejak awal hingga ijazah akhirku
Tanpa jasamu oh.. Guruku
Raga ini tak berarti apapun
Hanya menjadi sampah masyarakat
Berkat jasamu yang mulia
Cita-cita pun bisa kugapai
Dengan semua ajaranmu
Menjadikanku orang yang berguna
Tahu akan jasa dan pengorbananmu
Setiap hari mengajarku
Dengan penuh pengertian
Bertekad kuat dan percaya
Menjadikan kami orang bijaksana
Dengan keahlian dan keuletan
Membuat kami tahu akan satu hal
Tidak ada orang bodoh di dunia
Dengan ilmu yang engkau berikan
Membuat ku lebih mengerti
Apa artinya hidup di dunia ?
Tidak lain hanya untuk belajar
Belajar dari kesalahan
Belajar dari kekalahan
Belajar dari kegagalan
Pelajaran itu pengalaman terbaik bagiku
Membawaku menelusuri kehidupan sebenarnya
Walaupun keegoisanku menyakitimu
Tapi engkau selalu mengajarku tanpa pamrih
Tetesan keringat jasamu
Membangkitkan semangat hidupku
Menggapai impian untuk masa depan
Terima kasih Guruku
Palembang,3 Oktober 2009
Padamnya Moral Remaja
Karya : Melia / 33
Alunan lembut bisikan suaramu
Telah kudengar dari kejauhan
Mendengar angin membawa berita
Namun tak berarti apapun
Hanya seperti angin ribut berlalu
Masa kecilku di bawah kehidupanmu
Semua hal kulakukan demi dirimu
Keotoriteran sikapmu membuatku takut
Hidup dalam bayang-banyang misteri
Pantaskah engkau merebut masa kecilku
Tersentak aku dalam keheningan
Suara bising menyelimutiku di tengah keramaian kota
Dikelilingi laju kendaraan di tengah masyarakat
Mencoba mencari kehidupan baru
Hidup bersama barang-barang kotor
Tidak lebih dari sampah masyarakat
Disinikah tempat bagiku ?
Mengisap ganja bagai di surga
Menyuntik narkoba menghilangkan kejenuhan
Minum obat-obatan menenangkan hati dan jiwa
Bersama teman menelusuri kehidupan baru
Apa daya tubuh dan pikiranku ?
Hanya bisa kubuat hancur belaka
Kubuat tubuh ini sangat kotor
Kualihkan pikiran menuju hawa nafsu
Menelusuri kehidupan remaja sekarang
Mengikuti gaya berpacaran yang bebas
Tanpa ingat nasehat orangtua
Pacar bagaikan jantung yang berdetak
Lalu,Apa artinya orangtua?
Setiap hari memeras keringat
Di bawah hujan.panas,dan petir sekalipun
Demi mencari sesuap nasi
Namun remaja sekarang tidak bermoral
Hidup dalam kesenangan duniawi
Tidak pernah menghargai orang lain
Merasa hebat dan bangga atas dirinya sendiri
Wahai engakau para remaja
Kesenangan hidupmu menyakiti dirimu sendiri
Hidup dalam gejolak lingkaran setan
Meninggalkan sikap moral buruk
Membuatmu menyesal seumur hidup
Hidup dalam bayangan kehampaan
Seperti hampa adalah kosong
Lau kosong adalah hampa
Bagaikan padamnya moral remaja
Palembang,3 Oktober 2009
Amperaku
Karya : Frengky Christianto
Ampera
Badanmu tampak lusuh
Kau tak dapat bekerja seperti dulu
Tetapi sekarang telah berubah
Engkau yang dulunya hampir dilupakan
Engkau yang hampir ditinggalkan
Kini telah bangkit dari masa kelam
Tiap malam dihiasi lampu-lampu
Membuat engkau terhibur
Terhindar dari kesepian
Namun, dibalik semua itu
Kaulah kebanggaan kami
Kau tetap berdiri sepanjang waktu
Mulai dari pagi hingga petang ke malam
Engkau menjadi saksi bisu
Sejarah di Bumi Sejarah ini
Saksi dari perjuangan rakyat Palembang
Oleh karena itu
Tetaplah berdiri kokoh
Sekarang
Kau telah menjadi monumen
Sesuatu yang amat beharga bagi kami
Rakyat Sumatra Selatan
Penjanji Palsu
Karya : Frengky Christianto
Kau hanya diam
Ketika semua orang berkumpul
Ketika semua orang berteriak
Ketika semua orang menangis
Di depanmu
Kau tetap diam
Ketika kepiluan melanda
Ketika tangis pecah di seluruh pelosok Indonesia
Ketika rakyat menderita dan mengeluh, bahkan meronta-ronta
Kau tetap diam
Bahkan terus terdiam
Seakan tak peduli kami
Tak peduli rakyat kecil yang telah memberikanmu kedudukan
Memberikan kemewahan
Memberikan semua yang enak padamu
Dimana janjimu ?
Janji yang terasa manis
Terasa sejuk
Terasa begitu indah
Sekarang kami tahu
Kau tidak lain adalah penjanji palsu
Kau dustai kami denagn janji-janji palsumu
Kau sungguh mengecewakan
Palembang, 3 Oktober 2009
Tanahku Sumatera
Karya : Andre Hidayat ( XII IPA 5)
Tanah airku yang sangat subur
Bertikar bersawah padi
Berladang berkebun kopi
Berharta di dalam hutan
Sejauh memandang hijau menghampar
Damai pun terasa di hati
O, tanah airku yang subur
Aku pintakan kepada Tuhan
Bagi Sumatera diturunkan cinta
Supaya tanah dan ladang pulauku
Diturunkan rahmat darimu
Agar tanah dan ladang subur
Sehingga yang lemah dan kecil
Dapat berteduh di kayu nan rindang
Oh Tuhan, limpahilah tanahku dengan cahaya
Dimana gunung berderet
Disitu ditumbuhi kayu dan kehijauan
Sumatera tanahku yang kaya
Dimana paya penuh berikan
Tempat itik berulang mandi
Sawah terbentang dengan suburnya
Perdu pun buahnya besar dan bernas
Pohon buah hidupnya rindang
Sumatera tanah airku yang tidak dilupa
Tetapi kudengar seru sayup bahasa
Amarahmu mengoyakkan dirimu
Kemarahanmu membuat dunia terdiam
Insan tak berdosa pun menjadi korban amukanmu
Hatiku hancur melihatmu
Hendak direnungkan dan diratapi pun tak bias
Ini akibat perbuatan mereka menodaimu
Aku turut bersedih
Tetapi apa yang terjadi biarlah terjadi
Permailah hidupmu dalam bahagia
Dibawah langit tanah yang mulia
Kesuburanmu tak berkesudahan
Harapanku oh pulauku
Bahagialah budimu rata dikunjung
Di hati rakyat berbagai roman
Sukma untuk negeri tercinta
Mengarungi tanah dan langitmu
Di ujung pemikiranku
Hartaku
Tubuhku
Jiwaku
Kan kupersembahkan untukmu negeriku
Palembang 3 Oktober 2009
Iman
Karya : Andre Hidayat ( XII IPA 5)
Dengarlah langkah itu
Serombongan hewan ternak menangis
Sebagian manusia berlari
Serombongan makhluk-makhluk menghampiri
Setiap kejadian yang ada di depanku
Mudah untuk kupersalahkan
Apa yang tidak sesuai dengan nalarku
Semua yang hadir tampak adalah masalah-Nya
Dan tidak padaku
Aku selalu mendebat
Berulang-ulang Engkau sampaikan perkataanmu
Aku tak kunjung mengerti
Inilah kesalahanku yang mendasar
Sebagai orang yang ingin diajari hidup oleh Tuhan
Tetapi aku malah sibuk sendiri
Tidak peduli kanan kiri
Orang beriman adalah
Yang mentaat perintah Allah dan Yesus
Dan belajar mencontoh pribadi mereka
Yang selalu membersihkan rumahnya
Dari berhala zaman sekarang
Yang belajar mempersiapkan kematiannya
Dan keluar dari tempat kelahirannya
Yang meletakkan kitab di hati
Bukan di kaki
Sehingga Tuhan pun berkenan disembah
Yang mengerjakan perintah-Nya
Yang menyebarkan sabda-Nya
Yang berkorban demi-Nya
Yang rela mati demi-Nya
Tanpa banyak bertanya
Apalagi keluh kesah
Dan melihat semua usaha ini
Ia akan tersenyum
Karena Tuhan
Telah berkenan
Untuk membawa dirimu
Menuju kebahagian surga
Bersama-Nya
Selamanya
Palembang, 3 Oktober 2009
Nyanyian Pohon
Karya : Joas V.D. (27)
Cekikikan daun
Matahari berbisik mesra
Sayang, aku pulang
Gapai- gapai tangan gemelai
Kuncup dan muncul malu- malu
Awan tersenyum maklum, terharu
Burung bersiul senang
Kuncup- kuncup menari riang
Bersemi
Bermekaran
Degup jantung hutan
Memburu
Membunuh
Gelitik nakal jahanam
Merayap, mencabik, merobek
Kami teriak
Burung hantu bersiul panik
Mentari makin lama makin nyalang
Awan, permen gulali putih
Asap mengepul- ngepul
Kami menangis
Ketika dahan berubah kering kerontang
Darah gosong berceceran
Daun menjadi debu
Kami menjadi abu
Dunia menangis ?
Kekuasaan palsu
Karya : Joas V.D. (27)
Engkau berdiri di balik meja kebesaranmu
Berlindung di balik topeng palsu
Yang kau pakai atas nama orang banyak
Demi kepentingan semua umat
Senyum dan tawa berkembang
Di keluarga yang kau bina
Atas segala kemewahan dan kemakmuran
Yang kau beri dengan kerja keras palsu
Apakah kebahagiaan yang kau dapat ?
Apakah kekuasaan yang kau nikmati ?
Apakah kau merasa bangga ?
Ketika menerima uang kotor itu ?
Aku di sini hanya sebagai pendengar
Jerit dan tangis orang- orang
Yang kau pakai sebagai tameng
Kekuasaan palsumu
Palembang, 04 Oktober 2009
Tanah Airku Indonesia
Oleh : Angela Astrid P. (06)
Kau tempat hidupku
Tempat aku pertama berpijak
Tempat aku menghela nafas
'tuk pertama dan terakhir kalinya
Begitu banyak cerita fenomenal,
seni budaya,
sandang, pangan, papan,
yang mencerminkan kreatifitas rakyatmu
Aku bukan pujangga
yang pandai merangkai kata
Aku hanyalah manusia
yang ingin mengungkap kata
Bahwa kau itu satu
Tanah Airku yang takkan terpisahkan
Kaulah zamrud khatulistiwaku
Kaulah satu Indonesiaku
-----------------------------------
Kau Tuhanku
Oleh : Angela Astrid P. (06)
Tanpa-Mu, aku tak pernah ada
Tanpa-Mu, keindahan hanya fatamorgana belaka
Tanpa-Mu, kehidupan hanya cerita fiktif
yang takkan pernah ada
Dengan nafas-Mu, aku hidup
Dengan darah-Mu, kau selamatkan aku
Dengan kasih-Mu, aku berserah
Di saat aku jatuh
Kau kan datang menopang aku
meski aku manusia laknat, yang tak berkawan
Kau tetap datang padaku, menyadarkan aku
Cinta-Mu dan kasih setia-Mu takkan pernah kandas
Meski aku tak pernah datang untuk-Mu
Dosaku Kau ampuni, jiwaku Kau lindungi
Syukur dan terimakasih
ku haturkan hanya pada-Mu
Tuhanku...
Palembang, 5 Oktober 2009
Posting Komentar