Blog ini digunakan sebagai sarana pencurahan apresiasi dan ekspresi karya sastra siswa-siswi kelas XII SMA Xaverius 1 tahun pembelajaran 2010/2011. Karya sastra selalu bermula dari cita rasa seni verbal seseorang yang bermuara melalui rangkaian kata-kalimat-peristiwa. Berangkat dari kemuliaan cita rasa itu dihasilkanlah karya-karya agung dan mulia, menyuarakan keadiluhungan martabat manusia. Menulislah apa yang kita rasakan.
Rabu, 16 September 2009
PUISI KARYA SISWA-SISWI KELAS XII IPA 7
Blog ini merupakan hasil karya siswa-siswi XII IPA 7 0910 melalui karya puisinya. Melalui pusi kita bisa mengekspresikan diri dan jati diri berkaitan dengan pemahaman tentang hidup dan kehidupan, hakikat dan prinsip, serta motto dan filsafat. Berkreasi adalah kebebasan berkekspresi guna membentuk dan mewujudkan diri.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
52 komentar:
Marcella Cloudia Sitompul
Nomor Absen : 23
Wanita Bukan Keset Kaki
Ibu… Wanitaku…
Begitu triak yang kudengar saat melek mata
Bosan aku dengar tutur mereka…
Dasar mereka! Triak minta ini… Triak minta itu…
Pagi, siang, malam…
Sedikit pun tak kulihat harganya sang wanita
Bak robot diperintah
Begitulah nyata yang kulihat
Pagi beli sayur, beli ikan…
Pulang rumah, gegas tutup pintu
Langkah gelabakan, tak sadar rambut berantakan
Kerja itu, itu, dan itu…
Sungguh kasihan…
Hal apa buatmu begitu, Bu?
Kejar waktu takut pemimpin gubuk kita khotbah lagi?
Takut anakmu ngoceh karna tudung saji kita kosong?
Kau mau keluar, suamimu celoteh ini itu
Kau pengen cari kerja lain, anakmu gerutu
Apa bedamu dengan pembantu?
Jadi pembantu itu pilihan, Bu!
Bergerak pun kau tak leluasa
Ingin maju, dalih-dalih menusukmu
Mau sampai kapan kau tahan jenuh?
Kau mau hayatmu tak usai diatur?
Berdiri, Bu…
Buka matamu!
Aku satu-satunya anakmu yang mendukungmu…
Majulah! Bergeraklah! Asal benar yang kau acu…
Jangan biarkan pemimpin kita membudakmu!
Jangan izinkan anakmu terus mendikte!
Majulah!
Asal bagian dunia ini ada yang kau terangi
Satu yang harus kau tanamkan di benak
Tetap ingat gubuk kita!
Tetap layani ayahku!
Tetap ingat kami, buah hatimu!
Bangunkan Rakyatmu Oh Bangsaku
Sungguh bangga hatiku
Menjadi insanmu, bangsa Indonesiaku
Sejak dini kubuat cita-citaku
Ingin kudorong maju dirimu tanah cintaku
Tak ingin aku sia-siakan isimu
Tak mau juga aku hamburkan hartamu
Ingat janjiku!
Suatu saat kan ku bayar hutang inapku di waktu-waktu lalu
Tapi… Kenapa?
Aku merintih oh bangsaku….
Sekali lagi aku katakan…
Sakit… Sakit… Aku merintih bagimu…
Kala aku menuntut ilmu di tempat itu
Kau tahu khianat apa oleh manusia itu?
Dia yang aku pandang tuk beriku ilmu
Dia juga yang menghinamu
Kau tahu ucapnya?
Tahukah kau?
Rakyatmu diejeknya!
Tak sadar kalau dia sendiri rakyat bangsamu!
Tak hanya itu…
Dia tahu engkau kaya…
Dan dia! Dia sadar bahwa dia milikmu!
Tapi gerak apa dia? Hanya keluar cercaan untuk harta kita dari harimaunya!
Tak malu kau rakyat!
Itu baru satu realita, oh bangsaku!
Kau tahu kan betapa jahatnya nafsu itu?
Puas mereka menyantapmu.. Tapi balasannya?
Geram…
Kecewa…
Yah.. Itulah sejujurnya kata hatiku
Suara kecilku berbicara saat itu
Cukup hai rakyat!
Cukup! Cukup kerabat perjuanganku!
Aku ularkan tanganku dan aku pinta kau ulurkan tanganmu!
Satukan hati dan bangun Indonesia kita!
Jessica Natalia
Nomor absen : 20
Di Mata Tuhan
Wahai..
Para kaum hawa
Ingatlah akan kuasa Tuhan
Ingatlah di mata Tuhan semua sama
Tidak ada perbedaan martabat
Tidak ada perbedaan harga diri
Tidak ada perbedaan hak
Junjung tinggilah hal-hal tersebut
Tunjukkanlah semangatmu
Setiap orang dapat melakukan apa yang mereka inginkan
Lakukan apa yang ingin engkau lakukan
Berjuanglah untuk mendapatkan apa yang engkau inginkan
Buktikan bahwa kaum hawa dan kaum adam sama
Kaum hawa juga dapat melakukan pekerjaan kaum adam
Tidak ada batasan-batasan
Terlebih lagi di mata Tuhan
Kobarkan Semangatmu
Wahai..
Para pemuda-pemudi
Anak-anak bangsa
Penerus bangsa Indonesia
Kobarkanlah semangatmu
Janganlah engkau hanya berdiam diri
Menatap masa lalu
Anggaplah hal itu sebagai kenangan
Lihatlah pada masa depan
Buatlah rencana untuk masa depanmu
Kembangkanlah negara Indonesia
Agar dapat menjadi negara maju
Jangan mau kalah dari negara lain
Setiap negara punya keistimewaan masing-masing
Berusahalah dengan keras
Agar dapat menjadi saingan bagi negara maju lainnya
Chandra Iskandar
No. absen : 06
Merah Putih
Coba kawan ingat warna kebanggaan negeri kita
Coba kawan dengar suara gertak gigi meneriakkan "MERDEKA!!!"
Coba kawan rasakan perjuangan yang tiada hentinya dilakukan
Coba kawan tanyakan untuk apa semuanya itu???
Tak lain adalah untuk mendapatkan kemerdekaan abadi!!!
Kawan...
Kita sebagai anak bangsa
Kita sebagai pemegang tahta kekuasaan
Kita sebagai penerus teriakan MERDEKA!!!
Kita layak dan harus meneruskan semua yang telah kita perjuangkan selama ini
Hargai semua yang telah ada
Hargai perjuangan yang telah dilakukan
Hargai setiap nyawa yang melayang demi negeri kita tercinta
Hargai setiap nafas yang kita hirup
Hargailah!!!
Malu kita jika hanya duduk menopang dagu
Malu kita jika hanya duduk bersilang tangan
Malu kita jika hanya diam menatap nasib
Malu kita sebagai bangsa Indonesia!!!
Coba kita gerakkan tangan kita, mengibarkan kembali Sang Saka di udara
Coba kita gerakkan kaki kita meghempaskan debu yang ada
Coba kita putar otak kita untuk menggapai impian dan harapan
Coba kita berusaha dengan setiap tetes peluh keringat yang menetes dari kening kita
Mari kita bersama bangkitkan rasa cinta kepada tanah air kita!
Mari kita bersama bangun dari tidur lelap yang panjang ini!
Mari kita lakukan semua yang kita bisa!
Mari kita tunjukkan pada dunia bahwa Indonesia masih terbangun dan terjaga, dan terus berkarya!
Demi Indonesia Merdeka!!!
-----------------------------------
Saudara Kita yang Terlupakan
Kala kawan lihat mereka...
Mereka yang hidup penuh derita
Mereka yang hidup tak tentu arah
Mereka yang hidup apa adanya
Seucap kata yang hanya bisa terlontar dari bibir kita, "Kasihan..."
Setetes air mata yang hanya bisa keluar dari mata kita
Apakah hanya itu yang dapat kita lakukan??
Tanyakannlah pada dirimu kawan..
Jika dirimu yang begitu
Hidup penuh derita
Hidup tak tentu arah
Hidup apa adanya
Bagaimana kawan?
Rasakanlah setiap derita yang mereka rasakan, seakan terjadi pada dirimu
Rasakanlah setiap tusukan angin yang menembus dagingmu menyentuh tulangmu
Tanpa alas kaki, pakaian, makanan, apakah itu layak untuk mereka?
Benar hati teriris melihat derita mereka
Benar mata perih menangisi kisah hidup meraka
Benar rasakan yang mereka rasakan
Perih..Sakit..Derita..
Sadarlah ini bukan kehendak Tuhan
Sadarlah ini bukan kemauan mereka
Sadarlah ini kewajiban kita sebagai saudara mereka
Mereka adalah saudara-saudara kita yang telah terlupakan
Dekaplah mereka kembali
Dekaplah dalam hangat kasih sayang
Katakanlah bahwa kita saudara mereka
Berikan mereka harapan baru
Berikan mereka tujuan yang pasti
Berikan mereka kehidupan yang sesungguhnya
Berikan semua yang pantas mereka terima
Mereka..
Mereka adalah saudara kita!
Angeline Irawan
Nomor Absen : 1
Tak Tahu Malu
Semangatmu, merdekanya
Pengorbananmu, penyia-nyiaannya
Dan kesedihanmu,
adalah kebahagiaannya
Semua itu tentu
Tiada haru di hatinya
Tiada luka di benaknya
Dan hanya satu yang mereka tahu, Engkau sekedar orang biasa
Itulah semua yang dirasa
Bahwa tetes darahmu tak bearti baginya
Mereka selalu acuh dengan perjuanganmu dulu
Kar'na mereka insan tak tahu malu
---------------------------------
Harapan Mereka
Serangkaian tangisan merekah di telinga
Jeritan kesakitan seakan mendengung di jiwa
Bisik-bisik kecil bangitkan seluruh bulu kuduk
Goresan luka muncratkan darah
Penderitaan dan kesakitan tak akan ketinggalan
Seolah alam bosan
Tanah, air, udara, api menjadi lawannya
Hanya pasrah yang dilakukan
Tiada orang kasihan
Sekedar melihat lalu meninggalkan
Bahkan jijik untuk meliriknya
Kar'na mereka laksana pecundang dunia
Namun kepedulian kitalah yang mereka harapkan
Agar meningkatkan kehidupan dan kebahagiaan
Tuk itu mari kita anggap mereka saudara
Hingga semua berbahagia
Bobby Hartanto B.K.
Nomor Absen : 05
Nurani Indonesia
Indonesia..
Negara Indonesia..
Sebuah negara yang kaya
Kaya akan segala-galanya
Yang seumpama sebuah hutan belantara
Kaya akan semut-semut yang rajin & bijaksana
Kaya pula akan kancil-kancil yang cerdik
Banyak akan burung yang bermacam jenisnya
Banyak pula akan kupu-kupu yang indah dipandang
Kaya akan beo yang suka meniru orang lain
Kaya pula akan tikus yang suka memakan milik orang lain
Banyak akan kucing-kucing berhidung belang
Banyak pula ular sebagai peneror & pembunuh
Tapi tidak dapatkah sang raja hutan
Mengatasi sikap para penduduknya itu?
Tidak dapatkah ia membuat semuanya sadar?
Apakah aumannya tidak cukup kuat?
Tidak cukup kuat untuk membangunkan mereka?
Membangunkan mereka dari tidur lelapnya
Atau tidak dapatkah mereka terbangun sendiri dari tidurnya?
Perlukah alam yang berusaha membangunkan mereka?
Misalnya banjir yang memercikkan airnya ke mulut mereka
Puting beliung yang menggelitik gigi mereka
Gempa bumi yang mengelus-elus tubuh mereka
Tapi semua rayuan itu seperti tidak ada artinya
Tidak ada artinya bagi hewan-hewan itu
Karena hewan-hewan itu tidak memiliki hati nurani
Hati nurani untuk menjaga sebuah keutuhan
Keutuhan tempat tinggal mereka sendiri
Hmmm…
Tapi itu semua hanyalah sebuah perumpamaan belaka
Perumpamaan di dunia hewan
Dunia yang tak mungkin diterapkan di negara kita ini
Negara yang walaupun terdiri dari berbagai manusia
Tapi manusia yang PASTI memiliki hati nurani
Hati nurani sebagai sebuah kesatuan bangsa
Bangsa Indonesia…
----------------
Rubik Kehidupan
Kini..
Banyak sekali manusia tak berdaya
Dalam menuliskan skenario hidupnya..
Hidupnya yang fana ini..
Namun apakah arti hidup itu sebenarnya?
Apakah hidup itu serumit bermain rubik?
Yang hanya kelihatan mudah bagi mata
Yang kelihatan menarik untuk diselesaikan
Namun untuk menyelesaikannya secara baik
Dibutuhkan sekali ketelitian.. Ketekunan.. Kesabaran..
Tapi hidup itu memang seumpama sebuah rubik
Terbentuk dari berbagai macam warna
Terdiri dari berbagai macam bentuk
Terdapat berbagai cara untuk menyelesaikannya
Dan semuanya itu dapat menjadi satu kesatuan
Seperti layaknya kehidupan ini
Terdiri dari berbagai macam manusia
Dari bermacam ras, suku, agama, budaya, kulit
Terdiri dari berbagai kalangan
Dari yang miskin papa hingga kaya raya
Namun tidak dapatkah mereka semua belajar?
Belajar dari kompleksnya sebuah rubik
Apakah sulitnya mereka semua bekerja sama?
Bekerja demi suatu kesatuan yang utuh
Apakah mereka tidak dapat saling memperhatikan?
Memperhatikan kebaikan semua sisi kehidupan mereka
Layaknya sebuah rubik
Yang tidak hanya dapat dipersatukan
Dipersatukan dengan berkutat pada satu sisi saja
Namun juga harus memperhatikan semua sisi-sisinya
Baik yang berada di sebelah kiri mereka
Ataupun yang berada di sebelah kanan mereka
Baik yang berada di sebelah atas mereka
Ataupun yang berada di sebelah bawah mereka
Namun yang terutama perlu diperhatikan
Adalah dengan yang ada di bawah mereka
Karena dari kebaikan dengan kalangan bawah itulah
Permulaan kehidupan yang benar akan dimulai…
Marisa Oktaviani
Nomor Absen : 25
Tema : Emansipasi
" Bukan Lagi "
Bunga pajangan
Terendam dalam vas
Tak tumbuh namun mekar
Harumnya selalu tersiar
Sesekali tercampak
Tak segan untuk diinjak-injak
Bukan, bukan itu...
Cantik jika turut
Manis jika ikut
Sekali murka terhadap raja
Tiada lagi suka
Tiada lagi cinta
Diam tak brdaya..
Tanda menyerah
Pasrah..
Bukan, bukan lagi itu..
Kami bukan lagi itu
Siap berseru
Dengan semangat yang bukan semu
Berderu-deru
Nyata, gila, dan gagah
Muncul dari penjara
Dari perdagangan cinta
Dari penduaan rasa
Karena kami bukan lagi
Bukan budak tak berharga
Tapi WANITA bersahaja..
Tema : Semangat Kebangsaan
-Lalu Atau Kini-
Masa lalu indah tiada tara
Cucuran darah yang melekat dengan tanah
Tak luput keringat dari kepala
Tanda bumi telah berjaya
"Aku cinta Indonesia"
Berkumandang tanda bangga
Bangga masa lalu akankah kini?
Kini..
Safari melekat di hati
Tapi tiada rasa dengan hati
Luka yang membekas di raga dan jiwa
Karena kuasa
Ego yang membara
Kemunafikan yang berjaya
Buta jiwa terhadap kaul papa
Buta mata buta jiwa
Segera onggokkan kepedulian
Pulihkan keadaan
Demi kemajuan bangsa
INDONESIA...
Anthony Ali
Nomor absen : 02
Masihkah kita merdeka?
Ingatkah kau kebanggaan saat PROKLAMASI disiarkan?
Ingatkah kau kebanggaan saat INDONESIA dinyatakan MERDEKA
Dan seluruh dunia mengakuinya?
Ingatkah kau setiap teriakan kebahagiaan saat itu?
Ingatkah kau betapa dihargai dan berkuasanya kita saat itu?
Tapi…
Mungkin kita patut malu sekarang
Mungkin kita harus menutup muka dan membuang kebanggaan kita
Mungkin kita harus kembali mendapat tamparan keras untuk kita kembali sadar bahwa semua kebanggaan masa lalu itu, kini sudah hilang, tiada berbekas
Bangsa kita terpuruk!
Bangsa kita mulai digerogoti tikus – tikus kotor
Bangsa kita tak lagi dihargai! Tak lagi dihormati seperti dulu
Bangsa kita dilelapkan oleh masa lalu yang menidurkan kesadaran kita bahwa kita mulai hancur
Bangsaku…Indonesiaku…
Mari kita bangun dari tidur lelap ini!
Mari kita tinggalkan sejenak kebanggaan itu dan terus berjuang
Mari kita kobarkan semangat kita untuk kembali menata negeri, membangun negeri kita seperti saat kemerdekaan belum kita raih
Kita harus memandang ke depan!
Kita harus mengusahakan masa depan kita
akan jadi apa bangsa kita, akan berjayakah? Atau semakin terpuruk?
Kita sebagai manusia Indonesialah yang harus mengusahakan
Bangkitalah bangsaku…
Bangunlah negeriku dari hibernasi panjang ini…
Mari kita bangun lagi Indonesia yang besar dan dihargai semua bangsa!
+++++++++++++++++++++++++++++++++++
Manusiakah kita?
Ketika ditanya apa definisi manusia?
Dengan santai engkau menjawab “ makhluk sosial “
Ketika dipersoalkan apa itu makhluk sosial?
Dengan yakin engkau menjawab “ makhluk yang tak dapat hidup sendiri. “
Ketika dibutuhkan penjelasan lanjut tentang itu
Dengan pasti, engkau berkata “ manusia selalu membutuhkan manusia lain untuk dapat hidup”
Jikalau benar demikian,
Apakah kita masih manusia?
Apakah kita masih manusia ketika kita diam saja melihat manusia lain menderita?
Apakah kita masih manusia ketika kita merasa kitalah yang paling benar?
Apakah kita masih manusia ketika kita menutup diri dari orang – orang disekitar kita?
Bukalah mata hati kita…
Lihat, berapa banyak orang menderita
Bukan karena mereka malas
Bukan karena mereka tak berusaha
Bukan pula karena mereka mau
Mereka yang terlahir cacat
Mereka yang terlahir dalam keluarga yang mungkin tidak seberuntung kita
Mereka yang terkena bencana alam
Mereka yang menjadi korban kerakusan manusia lain, yang mementingkan diri sendiri
Mereka yang sudah berusaha dan terus gagal
Lihat mereka…
Banyak instansi yang telah memberikan kemudahan pada kita untuk menyalurkan bantuan…
Gunakan kemudahan itu…
Bantu manusia – manusia lain itu…
Agar kita tetap menjadi manusia – manusia sejati.
Juhanda Saputra
Nomor Absen : 21
Masih Adakah Arti Emansipasi?
Tertinggal di dasar sumur yang parau
Setitik hiasan yang kemilau
Lalu terbang.. melewati malam-malam yang takbir
Menuju ke takdir akhir
Rambut panjang, kerja tiada henti
Pagi buta hingga malam menanti
Terus diperintah bagai kerja rodi
Oleh para pemapah kaki
Hanya diam...
Tanpa ilmu dan tanpa harta
Dihari yang kian termodernisasi
Hanya diam...
Melayani para raja tak bermahkota
Di bawah atap istana jerami
Hanya diam...
Merunduk tanpa daya
Di bawah cacian sinis para lelaki
Tak ada seorang pun yang pernah bisa mengerti..
Tentang harga diri
Sepuntum mawar yang telah mati
Masih adakah arti emansipasi?
-----------------------------------
Semangat Indonesia Satu
Marilah Indonesia!
Ukirlah masa depan yang cerah
Melahirkan karya-karya yang indah
Di atas bumi tercinta
Hentikan pembodohan masyarakat
Yang membuat Indonesia semakin melarat
Hentikan penindasan bangsa
Yang membuat teman menjadi mangsa
Hentikan penyesalan masa lalu
Jadikanlah sebagai loncatan batu
Bukannya sebagai benalu
Berpikirlah masa depan yang satu
Jadikan hidup bagai raja dan ratu
bukannya pemerintahan yang bisu
Tanamkanlah Pancasila
Yang menjadikan tujuan negara semakin berarah
Tanamkanlah damai dan cinta
Agar Indonesia semakin cerah dan bernama
Arswendo Sepwal
no. absen : 03
-----------------------------------------------
PENANTIAN AKAN SEORANG
Ku buka lembaran masa lalu
Di mana banyak tersimpan kenangan,perjuangan,dan kepahitan
Terpikir di dalam benak ku
Betapa perihnya dunia ini
Menyiksa, membunuh, memfitnah orang-orang yang tak bersalah
Hari demi hari berlalu
Tahun demi tahun menepi
Hingga waktu pun terus berputar
sampai akhirnya yang dinanti
Maka lahirlah
Seorang pembawa kebenaran
Pemberi cahaya kalbu
Menerangi dunia yang gelap akan kemaksiatan dan kemunafikan
Seorang pembawa kebenaran
Yang tak pernah lelah akan peperangan, permusuhan, dan kebencian
Seorang pembawa kebenaran
Yang membawa kita menuju tempat yang lebih baik
Tempat yang penuh kenikmatan, kesenangan, dan kegembiraan
Di tempat itu kita bisa tersenyum, bahagia, dan damai
---------------------------------------------------
AKHIR HIDUP
Berjalannya nasib terukir di dalam sebuah lembaran
Sunyi, senyap, sedih, silih bergantian
Menghiasi hari seperti penderitaan yang tiada berakhir
Membuka sisi kelam di sebuah kehidupan
Tak punya arti jiwa yang tercipta
Berkelut dengan indahnya dunia fana
Tertawa lepas ketika melihatnya
Tangisan rintih jiwa menjalaninya
Kemanakah jiwa harus pergi
Meninggalkan hari-hari yang sepi
Menjalani hidup yang lebih berarti
Mengusir rasa sedih yang ada di hati
Tuk menjadi hamba yang lebih diberkati
Cinta datang membawa arti tenang
jiwa hilang telah kembali pulang
kenangan kelam tersibak oleh cahaya terang
seakan surga yang tiba-tiba datang
Mimpi
Apakah semua itu akibat dari sebuah mimpi
Apakah semua yang telah kulalui ini hanya sebuah ilusi
Mimpikah jiwa yang ingin mempunyai arti
Oh, sungguh pantaskah meratapi sebuah mimpi
Kekosongan yang belum sempat dijalani
Namun akhirnya satu hal yang hamba sadari
Jiwa dicipta bukan untuk bermimpi, jiwa dicipta untuk mengejar mimpi
Membuat sebuah ilusi mempunyai arti
Sampai datang panggilan ILLAHI
Nama : Iryandra Syafri
No : 18
PAHLAWANKU
Terimakasih wahai pahlawanku
Kau pertaruhkan hidup dan matimu
Kau korbankan jiwa dan ragamu
Kau bertempur waktu demi waktu
Jasamu tidak akan kami lupakan
Wahai pahlawanku
Jasamu tidak dapat tergantikan
Kau berjuang untuk kemerdekaan
Keluargamu kau tinggalkan
Hidupmu kau pertaruhkan
Jasamu tak terlupakan
Pendidikanmu kau tinggalkan
Tidur malammu tidak tenang
Hidupmu selalu tidak senang
Suarmu selalu berkumandang
Demi membakar semangat para pejuang
-----------------------------------
TUHANKU
Kau lah Tuahnku yang maha kuasa
Kau lah yang mengampuni dosa manusia
Kau lah yang memberikan segalanya
Wahai Tuhanku Yang Maha Esa
Maafkan bila hambamu yang berdosa
Maafkan bila hambamu ini yang tak sempurna
Keagunganmu sangatlah terasa
Baik di surga maupun di neraka
Alangkah indahnya hidup ini
Apabila kau ridhoi manusia yang berdosa ini
Ajaranmu disampaikan oleh para Nabi
Ajaranmu digunakan dalam dunia ini
Sadarkanlah setiap manusia mu yang berdosa
Duniamu ini sudah tua
Sebentar lagi kami akan menghadapmu
Kami yang berdosa akan masuk ke dalam nerakamu
Margareta Paulina Fariadi
Nomor Absen : 24
Wanita yang tangguh
Engkau tidak pernah mengeluh..
Tidak pernah lelah dalam menjalankan tugasmu..
Setiap hari melayani anak dan suamimu..
Semua kau lakukan dengan ikhlas..
Engkau bekerja tidak kenal waktu..
Adakah orang yang mempedulikan engkau?
Adakah mereka merasakan kelelahanmu?
Adakah mereka berterima kasih?
Mereka merendahkan mu!!
Mereka meremehkan mu!!
Apakah mereka sadar karena wanita lah mereka ada di dunia ini??
Wanita yang merawat mereka..
Dari mereka membuka mata hingga membuka usaha..
Betapa banyak yang engkau lakukan untuk mereka..
Bangkit para wanita!!
Buktikan bahwa engkau tidak pantas untuk diremehkan..
Engkau tidak pantas untuk direndahkan..
Karena engkau wanita tangguh dan tidak mengenal lelah..
Semangat Pejuang Bangsa
Berawal dari semangat yang berkobar
Memperjuangkan kemerdekaan Indonesia ku..
Betapa berharga setiap darah dan keringat yang menetes..
Engkau berikan seluruh hidup mu demi bangsa..
Kata terima kasih mungkin tidak akan berarti apa-apa..
Bukanlah sebuah imbalan yang setimpal dengan perjuangan mu..
oh..Pahlawanku..
Bangkit lah wahai generasi muda!!
Tunjukkanlah rasa terima kasih mu!!
Bangkitlah demi Indonesia!
Kobarkan semangat yang membara..
Semangat untuk mempertahankan Indonesia..
Memajukan Indonesia!!
Bersama kita memjaga Indonesia..
Dari tangan-tangan yang mencoba mengambil budaya kita..
Bersama kita bisa!!
Nama : Endika Hady Pratama
No. : 08
INI BANGSAKU
Pemuda,
Siapkanlah dirimu
Siapkanlah jiwamu
Siapkanlah ragamu
Untuk nusa dan bangsa
Demi kemajuan Negara
Pemuda,
Matangkanlah tekadmu
Matangkanlah semangatmu
Demi mengharumkan Negara
Demi mengibarkan bendera pusaka
Di dalam dada kita
Untuk membangun tanah air tercinta
Sebagai pemuda
Keadilan boleh tinggalkan aku
kekuasaan boleh menyakitiku
negara boleh melupakan aku
tapi...
hatiku jangan sampai lari dari tanah ibuku
kau ingat tanah kita berbau darah 63 tahun yang lalu ??
kekuasaan melimpah luas dari rawa hingga puncak gunung
jangan kau lupa muda belia bebas kita karna mereka..
pupuk segala rasa kebersamaan demi bangsa menjunjung tinggi merah putih yang berkibar di ujung tiang bendera..
==========================================================
BILA ALAM SEMPURNA
Bila angin
kehilangan desirnya
daun-daun kering
takkan mau
meluruhkan tubuhnya
Bila langit
kehilangan kebiruannya
burung-burung
takkan mau
mengepakkan sayapnya
Bila sungai
kehilangan kejernihannya
ikan-ikan
takkan mau
mengibaskan ekornya
Bila bulan
kehilangan sinarnya
malam-malam
akan gelap tanpa cahaya
Bila hutan
kehilangan pohon-pohon
hewan-hewan
kehilangan tempat tinggalnya
Bila bukit
kehilangan kehijauannya
sungai-sungai
akan kering selamanya
Bila petani
kehilangan sawah ladangnya
kanak-kanak
akan menitikkan air mata
Bila manusia
kehilang kemanusiaannya
alam semesta
akan tertimpa bencana
dan bertanya angin kering
"Perlukah memanusiakan manusia?".
Maria Magdalena
No.Absen 26
Tema : Emansipasi
Perjuangan
Diriku merintih
Tatkala ku rasakan kepedihan hati
Diriku meraung
Tatkala ku dengar jerit bergaung
Lihat
Lihatlah
Kami haus
Menantikan air yang menetes
Kami letih
Menantikan kebebasan yang tak kunjung kemari
Bilamana
Bilamana kami bebas
Engkau menutup pintu hatimu
Engkau sumbat telingamu
Matamu buta dengan angan-anganmu
Tangan-kakimu bergerak brutal kseluruh penjuru
Marilah manis, datang kemari
Rasakan kepedihan hati
Amarah hati
Dendam yang mengalun tinggi
Tidakkah engkau gentar
Ya, baiklah bila engkau sadar
Tetapi kamu, manusia buta
Perlawanan sudah tiba
Perjuangan tak akan kunjung henti
Sampai nanti, kami menginjakkan kaki kami di bumi ini
---------------------------------
Tema : semangat kebangsaan
NEGERIKU
Hai Negeriku
Tak perlu ku tanyakan bagaimana kabarmu
Mengapa engkau bergurau begitu
Kutahu apa yang ada dihatimu
Sudahlah, tak dapatlah kita putar kembali waktu yang telah lalu
Walaupun ngengat yang hitam berkilau semakin banyak di tubuhmu,
walaupun pasukan lebah menyerbu,
rasa sakit menggerogotimu,
tetap saja ada seyum di wajahmu
Oh Negeriku..
ku tak tahan dengan kemunafikanmu
tergugah hatiku untuk menolongmu
akan ku bawa pasukan Nusantara di seluruh penjuru
akan kami tumpas seluruh yang menyakitimu
Inilah harapanku
Agar ku dapat melihat senyum ikhlasmu
dan suatu hari nanti kita bisa menikmati kupu-kupu menyerbu
keindahan di seluruh penjuru
kebahagiaan bagi generasi baru
kemakmuran di masa baru
Nama : Meilinda
Nomor Absen : 29
-----------------------------------
DALAM KEHENINGAN
Bulan bagaikan cahaya menjelang kepunahan
Batu berjatuhan dari dasar bumi mendongak sombong
Di sana takdir berada
Pada tonggak langit dan cakar bumi menjeritkan nafas terakhir
Dalam keheningan mencari jawaban pada dosa yang telah terbuat
Ketika bulan sabit mencari akar-akar ilmu kehidupan ini
Ketika matahari senja mencabik isi kepala cemerlang
Ketika itu........semangat berubah
Dunia pengetahuan bangkit ketika mentari terbit
Biarkan ilmu ini menari dalam kegelapan malam
Biarkan inovasi ilmu ini bernyanyi dalam mimpi bangsa
Seketika dunia terbangun
Semakin bumi menjadi gemerlap malam
Semakin langit menjadi sinar dalam keraguan
Semakin bintang membentangkan jalan
Semakin dalam motivasi tumbuh dalam bangsa
Teriakan dan keramaian dalam kehidupan
Bercerita tentang kemampuan dan ingin tahu dalam hati
Senyum dalam hati bermekaran
Pengetahuan telah tiba
---------------------------------
EKONOMI KIAN MELEMBUT
Mereka menutup pabrik-pabrik
Memberhentikan para pekerja
Matahari tenggelam di lembah barat
Ekonomi seperti bantal lembut
Mereka mengatakan penyebabnya adalah kurangnya pengeluaran
Tetapi kami telah menghabiskan terlalu banyak
Nenek moyang kita memang pernah mengabarkan kelebihan dosa
Tetapi kita tidak mendengarkan
Kita tahu lebih banyak daripada mereka
Kita dibesarkan dalam usia muda
Dengan filsafat tanpa batas
Kecermatan dan bijaksana kehati-hatian.
Kami menggaruk gatal dengan kartu kredit
Mengambil risiko pada tepi tajam silet
Menjaga kejujuran dalam gelap
Sekarang tidak ada uang di bank
Mereka sedang berbicara tiga kali kerugian
Tidak seorang pun dapat memberitahu kita di mana semua pergi
Tak ada yang terlalu dalam saku
Tapi kita tahu di mana itu semua harus dihabiskan.
Semua kepercayaan telah hilang
Dalam kapitalis yang ditandai
Tidak dapat lagi melampaui biaya
Karl Marx itu berpredikat lama
Tetapi ia tidak tahu akan menjadi apa
Ke mana semua keuntungan akan pergi?
Keserakahan mata berubah hijau dan apa yang dilihat
Menjadi kebutuhan terbakar
Survei yang ditebar-toko dipenuhi
Kita sekarang harus memiliki segalanya
Mungkin ketika kita kehilangan segala-galanya
Pita dan semua barang-barang mewah
Kami akan berterima kasih atas apa yang tersisa
Dan apa pun yang kita punya akan cukup.
Nama : Harris.K
Nomor absen : 16
Anak-anak Bangsa
Apa lagi yang bumi perjuangkan
Di hari-hari senjanya
Dimana tak aku lihat kembali deru butiran mesiu
Untuk menggelorakan tinta merah dan putih di kain-kain itu
Apa lagi yang bumi harapkan
Di jejak-jejak rapuhnya
Dimana tak lagi ada yang lain kecuali kita, anak-anak bangsa
Yang mampu menyelamatkan pertiwi
Agar dia tak lagi sendiri, bersedih
-----------------------------------
Tobatku
Aku tak mapu lagi bersimpuh
Menyuarakan nama-Mu dan doaku pada kiblat-Mu
Karena kini riang dan candaku membisu
Malu..
Lama, tak pernah lagi kunafaskan bait-baitMu yang tenang
Mazmur surgawi kini sayup-sayup dan sepi
Karna jiwaku lupa akan jalan pulang...
Tuhan, bila telah Kau dengar tobatku
Izinkanlah aku melihat sedikit terangMu
Karna duniaku terlalu dalam, aku terlelap dan terkepung oleh kelam
Berteman angkuhku, tanpaMu..
-----------------------------------
Nama : Yosua Alexander
Nomor absen : 44
Bisakah
Para pegawai yang dibayar,
untuk menjalankan tugasnya,
tanpa dilakukan adanya pemilihan suara...
Semua kelihatan seperti biasa saja
bak lautan yang tenang...
Tapi tenang di luar,
apakah tenang di dalam juga?
Bekerja menurut kekuasaan atas jenjang jabatan,
berpegang pada hierarki,
sehingga menindas bawahan mereka dengan semena-mena,
bak seorang adik tiri yang hanya dapat merugikan.
Bisakah itu lebih baik?
Bekerja menurut tata aturan yang sangat primitif,
adat istiadat pekerjaan,
undang-undang yang dibuat secara mandiri di lapangan,
tanpa melihat efisiensi hal tersebut,
sehingga waktu menyelesaikan pekerjaan lebih panjang.
Dan akhirnya, waktu bagaikan hal yang sepele untuk dihamburkan,
bak sebutir pasir di hamparan gurun.
Bisakah itu lebih baik?
Para pegawai mengendalikan jalannya seluruh pemerintahan,
bak seorang sopir dengan brutal mengendarai kendaraan,
yang dinaiki seluruh masyarakat,
bak seorang raja bodoh yang naik takhta.
Bisakah itu lebih baik?
Bisakah? Bisakah? Bisakah?
Bisakah ketenangan lautan sebegitu tenangnya setenang awan putih di musim panas?
Bisakah seorang kakak tiri menyayangi adiknya seperti adik kandungnya sendiri?
Bisakah seorang sopir belajar mengemudi dengan baik?
Bisakah seorang raja berpikir panjang akan masa depan rakyatnya?
--------------------------------
Aliran Air Kehidupan
Aku tahu,
dirimu seindah ladang yang penuh bunga, tidak hanya sekuntum bunga,
ketulusan hatimu seterang matahari, tidak sekedar terang lilin,
kebaikanmu selembut awan putih, tidak sekedar kapas,
senyumanmu semenawan sayap burung merak, tidak hanya semungil kupu-kupu.
Aku sadar,
diriku sebanding dengan pohon jagung, yang tak setangguh pohon jati,
hartaku bagaikan sebutir pasir, yang tak sebanyak pasir di lautan,
diriku bak sapi kurus dalam suatu perlombaan sapi berkualitas.
Aku merasakan,
cintaku padamu sebesar lautan yang akan mengalahkan ombak terbesar sekalipun yang akan datang,
rasa sayangku sebesar atmosfer udara yang akan menghentikan angin puyuh sekalipun,
dan aku ingin menjadi bintang yang lebih terang dari matahari, yang akan menerangi kegelapan di hatimu.
Ku tahu keindahanmu,
Ku sadar kekuranganku,
dan ku merasakan rasa ini,
aku ingin kau merasakan rasa ini juga padaku.
Tapi aku sadar, bahwa aku mungkin tak sepadan bersanding denganmu, bak pengemis menginginkan tuan putri.
Namun rasa cintaku padamu akan selalu di hati,
dan jika engkau memang untukku, biarlah kehidupan kita berdua terjadi sesuai yang akan terjadi,
mengalir, seperti aliran air di dalam kehidupan kita berdua.
Aku cinta padamu.
Reynaldo Farera
Nomor Absen :33
Keterpurukan Ekonomi
Pemutusan hubungan kerja telah menerkam di mana-mana
walau baru menahan tiga bulan
malam tadi kami makan-malam
sudah mulai pakai lilin
bulan ini tagihan tarif listrik
sudah setengah mencekik
harga-harga mahal bukan kepalang
sedang pekerjaan sudah berbulan hilang.
Uang bagaikan Tuhan
yang sering di agung-agungkan sebagai sebuah lembaran kertas mahal
tak sadarkah bahwa itu adalah alat pembunuh massal
kapankah kami bebas dari ini semua?
Berapa lama lagi kami harus terbebas dari belenggu neraka ini?
Harus berapa lama lagi kita harus bertahan?
Aku ingin tertawa menyaksikan kekonyolan penderitaanku ini.
Tetapi aku ingin bangkit dari ini semua
Bangkit dari keterpurukan ekonomi
Bangkit dari penderitaan yang kami alami
Tetapi haruskah kami sendirian bangkit?
Kami tidak akan mampu bangkit sendirian
Kami membutuhkan bantuan kalian, pemerintah
Bantulah kami untuk bangkit dari kutukan ini.
Janganlah memikirkan perut kalian sendiri
Kami juga manusia ciptaan Tuhan
Kami butuh makanan, pakaian, dan rumah.
Kami sama seperti kalian.
Saatnya kita bersatu, bersatu untuk memperbaiki ekonomi bangsa kita yang tercinta
Kesadaran Belaka
Penjajah telah pergi meninggalkan bumi nusantara 64 tahun lamanya
Penjajahan secara fisik telah berakhir damai
Dan kita pun hidup di alam yang merdeka dalam waktu yang cukup lama
Apakah sekarang waktunya untuk bersantai?
Menikmati semua hasil perjuangan para pendahulu kita
Tidak lain dan tidak bukan adalah mengisinya dengan pembangunan
Pembangunan di segala bidang sudah menjadi kewajiban
Kewajiban semua komponen bangsa yang harus menjadi kenyataan
Kenyataan yang harus diwujudkan sesuai dengan impian
Impian untuk membangun negeri yang didambakan
Sadarkah kalian bahwa kita sedang dijajah?
Pejajahan yang menerjang bukan secara fisik
Melainkan dengan bentuk baru
Bentuk yang tidak kita sadari
Ketergantungan dan Kemalasan
Ketergantungan pada negara lain
Tidak bisa berdiri sendiri layaknya bayi
Hanya bisa melihat pesatnya zaman
Hanya bisa berpaku tangan dan terpesona dengan negara-negara lain
Padahal ajal sudah mendekati tubuh
Mengapa kita begitu malas dan bergantung pada yang lain?
Mengapa kita tidak berusaha bangkit berdiri?
Mencoba bersaing dengan yang lain
Agar dapat dihargai dan tidak di pandang sebelah mata
Maka genggamlah erat tangan kita
Satukan mimpi-mimpi kosong menjadi kenyataan
Hilangkan perbedaan
Hilangkan semua perasaan malas,dengki,sombong,egois,dan iri terhadap negara lain
Ingatlah akan janji-janji yang sudah dikumandangkan
Kita pasti bisa membangun bangsa sesuai harapan..
Hani Meiwita
no absen : 15
Semangat Anak Bangsa
Demi bangsa dan negara ini
Kau relakan waktumu
Kau taruhkan nyawamu
Maut menghadang di depan
Kau anggap sebuah kicauan burung
Tampak di raut wajahmu
Tak ada rasa takut
Semangat membara di jiwa
Menaklukkan penghalang negeri
Kisah hidup diwarnai rasa perih
Pembunuhan dan pembantaian yang dihiasi bunga api
Mengalir sungai darah disekitarmu
Bahkan tak jarang mata air darah itu muncul dari tubuhmu
Namun tak dapat meruntuhkan semangatmu
Bambu runcing selalu bersamamu
Kaki telanjang tak beralas
Pakaian dengan seribu wewangian
Kini menghantarkan negeri ke istana kemerdekaan
Penyesalan Hamba Allah
Dalam pelukan yang menguraikan keglamoran senyum Allah
Khusuk kalbu diatas persujutan
Mencapai hangat cintamu menuju kebahagiaan abadi
Saat jiwaku tenggelam
Luka pun seolah terbuka
masa silam terkemas dalam bingkai kelam
Air mata pun bergelinang dikesunyian
Aku tak dapat berbuat apa – apa
Selain sujud pada cahaya kebenaran
Tuhan,
Terangilah setiap langkah kakiku menapaki jalanmu
Menepuh segala rintangan yang menghiasi kehidupan
Meninggalkan bayangan gelap yang memberi gelisah
Sevilla Novita
No. Absen :37
Pendidikan Indonesia
Indonesiaku..
Mempunyai puluhan sampai ratusan suku
Teruslah bersatu padu
Memajukan pendidikan bangsamu
Masih banyak diluar sana anak-anak yang tidak mendapat pendidikan secara layak
Selalu merasa terhina, dikucilkan, dibuang, disampingkan
Hanya mendapat sedikit layanan pendidikan
Kelas yang kotor,
atap yang bocor,
meja berbolong,
dinding kotor,
aroma bau,
tidak adanya buku dan alat tulis lengkap
Sedangkan mereka yang mempunyai banyak uang, membuangnya secara tidak layak
Saat sekolah pergi bolos, sekolah hanya menjadi ajang pamer kelebihan
Berdosalah mereka yang menganggap uang adalah segalnya
Berterima kasihlah mereka yang bersekolah dengan tujuan mencari ilmu
Pemerintah seharusnya lebih tegas dalam hal ini
Karena pendidikan yang layak diberikan bagi anak bangsa
adalah suatu investasi keberhasilan bangsa di masa yang akan datang
Jangan sampai bangsa lain yang memanfaatkan anak-anak bangsa kita
Teruslah memajukan pendidikan bagi penerus bangsa
Kasih kepada anak cacat
Indonesia..
Suatu negara yang kaya
Bahkan sangat kaya
Tapi..
tak ada artinya selama para penguasa selalu mementingkan kehidupannya sendiri
Korupsi,korupsi, dan korupsi
Kemana uang negara yang bertujuan memberikan sumbangan kepada rakyat miskin?
Semuanya ditelan ke dalam perut para penguasa
Bukalah mata para penguasa!
Lihat!
Betapa banyak anak Indonesia yang mati karena kelaparan
Betapa banyak anak Indonesia yang lahir cacat mental
Betapa banyak anak Indonesia yang hidup tidak layak
Tidakkah mereka patut dikasihani?
Apaka mereka bukan manusia?
Merekapun juga manusia walaupun terlahir tidak sempurna
Mereka juga layak mendapat kasih sayang dari semua orang
Malahan
Kita harus memberikan kasih sayang kita secara lebih kepada mereka semua
Karena mungkin kitalah penyebab cacat mereka
Berikanlah kasih hatimu pada mereka secara tulus...
Willy Yanto Putra
Nomor Absen : 42
Nurani birokrat
Dunia sudah berubah
Semua telah ternoda
Tak ada lagi yang suci untuk di hargai
Tak ada lagi yang ingin kembali
Hanya egois yang tumbuh
Tumbuh dan terpendam
Di hati nurani para birokrat
Hanya kepentingan sendiri yang ada di benaknya
Masih adakah hati yang berisi?
Ketika logika sudah tak jalan
Ketika nurani kian terpuruk
Di kilatan hujan pesona yang tidak kunjung reda
Suara birokrat dan wakil berdasi
Penuh kegiatan untuk mengejar kursi
Ketika tikus sibuk pesta korupsi
Kucing hanya pamer gusi
Di atas jok-jok empuk
Gempita riuhnya birokrat
Menumbuhkan nurani yang semakin membeku
Saat rakyat butuh nasi..
Malah di kremasi
lukisan ajaib
Sebuah lukisan ajaib yang disebut cinta
Terlukis secara abstrak
Di atas hati yang luas
Dan lukisan itu tak akan pernah hilang
Dirimu yang telah terlukis di hatiku
Tak akan dapat hilang
Meskipun waktu menghapus jiwaku
Tapi, lukisan dirimu di hatiku tak akan terhapus
Sekalipun ragaku kembali menjadi tanah
Lukisanmu tak akan menjadi tanah
Dirimu akan selalu kekal di dalam hatiku
Di dalam hatiku yang terdalam
Batu karang akan hilang di terjang ombak
Dalam kurun waktu
Tapi dirimu tak akan hilang di terjang waktu
Sampai kapanpun
Walau semua tinggal cerita tentang kita
Dan tiada lagi tawamu
Untuk hapuskan sepi hatiku
Tapi dirimu kan selalu ku kenang
dan hanya dirimu yang kucintai…
Ria Pratiwi
Nomor Absen : 34
Rumah Dunia
Aku laksana rumah dunia
Menyapa insan tak hingga banyaknya
Matahari bersinar dari ufuk timur
Pertanda waktuku telah tiba
Rumahku bagai bangsal hatiku
Menyerah adalah musuhku
Aku jaring seribu insan
Tapi tak pernah ada
Dimana hati mereka
Dimana pikiran mereka
Dimana keyakinan mereka
Akankah aku merasa lega
Atas segala yang telah tiada?
Tidak!
Aku akan terus berjuang
Hingga matahari berhenti bersinar
Dan waktu berhenti berdetak
Kasih Dalam Diam
Pernah kali waktuku
Ku lihat kau di ujung jalan
Terbelengu tanpa daya
Tanpa tahu apa Jadimu
Kau diam dalam kata
Hatimu sunyi
Bergeming tanpa henti
Sedih lihatmu begitu
Namun apa dayaku
Kutahu ku tak mampu
Bantu mu langkahkan kaki
Adik kecil yang malang
Dalam hati ku berkata
Andai aku mampu
Ku kan isi waktuku dengan kasih tak hingga banyaknya
sampai letih dibawa kemari
Fenny / 12 / XII IPA 7
Ketika Amarah Telah Memuncak
Sebelumnya,
tak terpikirkan olehku
Ribuan mulut tak terkunci
Ribuan orang tak berhenti
walaupun sang saka telah berkibar
Entah apa yang dibicarakan
Entah apa yang dilakukan
Mereka tak mau tahu
Padahal, setengah mati kita merebutnya
Tetapi kini, mengingatnya pun sulit
Aku pun tak terpikir
Ketika ada yang mengaku
Ada pula yang merasa memiliki
Ketika budaya kita mulai digelorakan pihak luar
Kita hanya bisa memaki
Kita hanya bisa marah
Hal itu menunjukkan
Betapa menyedihkannya bangsa kita
Kita hanya merasa memiliki
Bukannya mencintai dan menghayati
Aku bukanlah menghujat
Aku juga tidak sedang menghakimi
Karena aku bukanlah manusia yang sempurna
Ini hanyalah sebuah curahan
Ini hanya sebuah curahan hati
Curahan hati dari seorang anak bangsa
Yang amarahnya telah memuncak...
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Hutan
Hutan...
adalah anugerah Tuhan
yang harus kita jaga
yang harus kita kelola
Tapi apa yang harus kulakukan ?
Melihat semua tindakan orang
merusak hutanku
membakar hutanku
Mereka hanya berpikir
keuntungan semata
kenikmatan sekilas
tanpa memikirkan dampak yang terjadi
Tuhan.. berikanlah pencerahan-Mu
bukalah pintu hati mereka
untuk menjaga hutan ini
Hutan yang kucinta
Yulianti
Nomor Absen : 45
Tahukah kau
Tahukah kau,
Sejak pertama kali jumpa dirimu
Bayang-bayangmu seakan tak pernah lepas dari ingatanku
Dalam keseharianku
Sekalipun dalam lelap tidurku
Tahukah kau,
Dikala ku sendiri dalam kesepian
Bayangmu selalu hadir dalam hatiku
Kau selalu membuatku tersenyum dalam tidurku
Dengan sosokmu yang menghiasi setiap mimpiku
Tahukah kau,
Kau adalah garam bagiku
Kau t’lah membumbui hatiku dengan rasa yang indah menawan
Dan jikalau garam itu hilang
Maka sirnalah keindahan itu
Tahukah kau
Kau bagaikan sebatang lilin dalam kegelapan
Cahayamu mampu menerangi gelap dalam hidupku
Cahayamu menerangi hatiku
Cahayamu mengusir rasa takutku dalam kegelapan
Cahayamu mengisi kekosongan dalam hatiku
Tahukah kau betapa dalamnya samudra?
Tahukah kau betapa tingginya angkasa?
Tahukah kau betapa besar dunia?
Seperti itulah rasa cintaku padamu
Tahukah kau,
Ingin aku menjerit hingga ujung dunia
Ku ingin semua orang tahu
Betapa besar cintaku padamu
Tulusnya cintaku padamu
Ku ingin semua orang tahu
Orang yang kucintai di dunia ini hanya kau seorang
Ku ingin semua orang tahu
Cintaku padamu bagai laut yang takkan mengering
Tahukah kau,
Jika kau air laut
Aku ingin menjadi garamnya
Aku ingin selalu di sisimu
Aku ingin kita terus bersama
Tak terpisahkan oleh apapun
----------------------------------
Birokrasi Kini
Menyedihkan
Sungguh menyedihkan
Lihatlah apa yang terjadi dalam birokrasi kita sekarang
Jabatan seakan hanya jabatan
Tanpa menjalankan tugas jabatan tersebut
Waktu demi waktu terus berlalu
Akankah birokrasi kita menjadi lebih baik?
Ataukah menjadi semakin terpuruk?
Bergaya dengan pakian rapi
Seakan mengemban tugas penting
Membuat semua orang kagum akan jabatannya
Tapi ternyata hanya duduk manis di kursi empuk
Para oknum tak bertanggungjawab
Kini menjamur di mana-mana
Dari yang berambut hitam hingga yang berambut putih
Dari atasan hingga bawahan
Kelakuan mereka bagaikan pinang dibelah dua
Mengambil keputusan dengan mengatasnamakan rakyat
Seakan-akan demi kebaikan rakyat
Agar dipandang tinggi oleh rakyat
Padahal hasilnya bukanlah untuk rakyat
Bagaimanakah birokrasi kita dimasa depan?
Akan dibawa kemanakah nasib rakyat di masa depan?
Akankah kepentingan masyarakat selalu di depan?
Mungkinkah birokrasi kita semakin terbelakang?
Eugenia Jeniffer J.
Nomor absen : 11
Teruslah Berjuang
Bergegaslah wahai engkau pemuda-pemudi
Engkaulah tumpuan harap seluruh negeri
Teruslah berjuang untuk negeri ini
Buatlah seluruh bangsa bersorak-sorai
Atas keberhasilanmu membangun negeri
Pemuda-pemudi negeriku
Teruslah berjuang dalam hidupmu
Mari kobarkan semangat juangmu
Bangkitkan semangat kepemudaanmu
Jangan biarkan orang lain menginjak-injak harga diri bangsamu
Hai para penerus bangsa
Janganlah buang waktumu sia-sia
Manfaatkanlah ‘tuk hal-hal yang berguna
Berjuanglah bagi negaramu Indonesia
Teruslah berusaha dengan sekuat tenaga
‘tuk mengharumkan nama bangsa
Teruslah berjuang menggapai cita-cita
Lakukan semua hal yang kau bisa
Tuntutlah ilmu setinggi-tingginya
Jangan sia-siakan perjuangan para pahlawan bangsa
Kobarkan semangat kepemudaan bagai api yang membara
Jangan sampai rintangan mengahambatmu menggapai cita
Teruslah giat dalam bekerja hingga akhir masa
Songsonglah masa depanmu hai tunas bangsa
Alamku sekarang
Tuhan menciptakan Bumi
Dengan alam yang begitu elok dan asri
Tempat yang nyaman ‘tuk ditinggali
Rindangnya suasana pepohonan
Udara yang begitu sejuk ‘tuk dirasakan
Kicauan burung yang terbang mengelilingi awan
Sekarang…
Lihatlah sekelilingmu
Bumi tak lagi seindah dulu
Tak lagi aman bagimu
Sampah berserakan dimana-mana
Semua pohon digunduli hingga tak bersisa
Begitu banyak polusi udara
Tak ada lagi indahnya pepohonan
Cuaca terasa begitu tak bersahabat
Tak ada lagi burung yang beterbangan
Sampai kapan hal itu terus dibiarkan?
Semua orang seakan menutup mata dan telinganya
Mereka tak berusaha memperbaikinya
Maka, marilah hai semua orang
Berilah bumi ini kasih sayang
Pelihara dan lestarikanlah
Agar kembali menjadi tempat yang indah
Erick Prasetya
Nomor Absen : 09
Nurani Hati Gadis Kecil
hutan pinggir kota tempat bersemayam berbagai kehidupan
kini hanyalah tempat arang-arang hitam legam
musnah di tangan si jago merah
bagaikan pasukan semut pmburu gula pekat
berbondong-bondong mereka ke seberang
mencari tempat penyambung kehidupan
matahari menyapa bumi dengan ceria
menandakan hari telah berganti
seorang gadis kecil yatim piatu
dengan wajah yang lugu dan pilu
melihat dataran hitam pahit di hati
maksud hati ingin menghidupkan hutan kembali
tapi apalah yang dikata
ia hanyalah gadis kecil lemah
lugu tak berdaya
namun,
keteguhan hati yang tak terbendung jua
menghapuskan keraguan yang meutus asa
semangat dan tekad membara
menjadikannya seorang yang tekun berusaha
hari berlahan mulai gelap
menandakan matahari akan pergi ke barat
saatnya gadis itu pulang ke panti asuhan
100 m jauhnya dari hutan
hari pun kembali berganti
ia kembali dengan membawa segenggam mimpi
berjalan melewati tanah kelam memilukan hati
dengan senyuman pelangi di siang hari
sampailah ia di jantung hutan
digalinya tanah pusat kehidupan
tempat butiran-butiran mimpi akan bersemayam
awal dari sebuah masa depan yang gemilang
pikirnya riang
siang itu matahari mulai mencekam
bermodal teko plastik dan air danau seberang
sang gadis kecil pun menari riang
tanpa beban
menghujani butiran-butiran mimpi dengan sejuta harapan
sekejap mata
siang telah berganti malam
sang gadis kecil tetap duduk terdiam penuh harapan
tanpa memikirkan jalan pulang
senyuman penasaran
berucucuran keringat panas ketidaksabaran
mata seakan dipaku dengan tanah
menanti butiran-butiran mimpi yang tak kunjung bersemi
detik telah berganti menjadi menit
menit telah berganti menjadi jam
jam pun telah berganti menjadi hari
tanpa sadar
ia tertidur lelap di bawah pancaran terang
sinar Sang Dewi Malam
senyuman penuh harapan masih melekat di wajah lugunya
burung-burung mulai bersenandung merdu
menyambut datangnya hari baru
gadis kecil pun bangkit dengan wajah sayup-sayup
tanpa pikir panjang menuju danau
membasuh mukanya yang kusam
kembalilah ia ke jantung hutan dengan wajah yang lusuh ceria
keajaiban datang menyapa
mimpi yang dulunya lemah tak berdaya
kini telah tumbuh menuju langit biru
dengan berjuta-juta harapan
melihat indahnya kehidupan
kegirangan terpancar di wajah di gadis kecil lugu
pulanglah ia mengabarkan kabar gembira
ibu asuh menyambut panik tak karuan
bangga tidak terkira mendengarkan kisah
perjuangan gadis kecilnya
cerita tersebut menyebar luas ke penjuru kota
hati mereka tergerak
esok hari yang cerah
bersama Sang Gadis Kecil
membawah segenap kehidupan panti asuhan dan warga kota
tak sabaran
menghidupkan kembali hutan secara besar-besaran
demi terciptanya hutan yang menjadi sumber impian dan harapan
masa depan yang gemilang
Erick Prasetya
Nomor Absen : 09
Alkisah Sang Pemuda
alkisah sang pemuda
paruh baya bersama sahabat lama
bersama hidup merana di tengah kota
di mana perang mulai mendunia layaknya berita
sahabat lama beserta berjuta-juta nyawa telah tiada
tanpa perlawanan
lemah tak berdaya
tiada meninggalkan banyak duka
alkisah sang pemuda
ialah pejuang masa depan bangsa
siap tegap berdiri memberantas hama penjajahan
mermodalkan tekad tiada tara
semangat yang menggebu-gebu
menjadikannya seorang pemuda dari ribuan semangat muda
fajar pun telah menyapa
saat berperang mempertaruhkan segenap jiwa telah tiba
di sini
ribuan semngat muda membara
siap menerkam mangsa
mengusir bau busuk hama penjajahan
berjuang menggapai indahnya kemerdekaan
kemerdekaan yang abadi
bagi Indonesia Tercinta
alkisah sang pemuda
ialah yang mengajarkan arti sebuah pepatah lama
satu lidi mudah dipatahkan
seribu lidi sangat sulit untuk dipatahkan
ibarat ribuan semangat muda yang sedang berjuang tak gentar
jatuh bangun
beribu-ribu bahkan berjuta-juta kali banyaknya
merekalah yang hanya membawa senjata ala kadarnya
dengan strategi sang pemuda yang cekatan
memberantas markas-markas hama penjajahan
musnahlah sudah mereka di segala penjuru nusantara
sayangnya,
semua itu tidak diberikan dengan cuma-cuma
berjuta-juta nyawa tak berdosa menjadi penebus sesuatu berharga
alkisah sang pemuda
terdengar kabar burung di telinga tajamnya
kepanikan melanda hatinya
masalah yang baru pergi
kini datang lagi berlipat ganda
ialah pusat dari segala angkara murka
induk dari segala hama penjajah
sayup-sayup mulai terdengar sang pemuda
markas bambu rahasia tengah hutan belantara
ribuan semangat muda kembali menyerang tak gentar
diiringi kekuatan yang berlipat ganda
pertahanan lawan tertembus dengan mudahnya
semudah membalikkan telapak tangan
ribuan amunisi pun dihabiskan
sampailah mereka di terowongan
benteng baja bertumpuk jebakan mematikan
satu per satu mereka berjatuhan
layaknya bunga sakura di musim gugur
hanya satu yang terselamatkan
ialah sang pemuda
pemuda dari segala semangat pemuda
alkisah sang pemuda
sendirian ia akhirnya
tibalah ia di sebuah ruang lingkaran arena
dengan cahaya lilin mengitarinya
samar-samar
tak asing di mata
berdirilah seorang pemuda tegap gagah di hadapannya
ialah sahabat lama sang pemuda
teman seperjuangan di masa muda
yang gugur di tangan para hama
seribu kali berpikir
seribu kali pula ia tidak habis pikir
ia bukanlah sahabat lama yang sebenarnya
bagaikan malaikat bersayap kelelawar
di wajahnya
tempat senyum sadis pembunuh berdarah dingin bersarang
pasti sesuatu telah mencuci otak sucinya
pikir sang pemuda
pertarungan pun berlangsung sekejap mata
sahabat lama terpuruk tak berdaya
terbaring tanpa nyawa
berlumuran darah merah
sang pemuda hampir kehabisan tenaga
dengan berlinang air mata penyesalan dan kesedihan
luka-luka goresan pun menempel pada tubuh layunya
inilah alkisah sang pemuda
dengan semangat abadi membara di dalam dada
rela mengorbankan segalanya demi sejuta asa
meskipun dilanda ganasnya ombak penjajahan
tidak akan pernah membiarkan bangsa jatuh pada lubang yang sama
tetap membentengi Indonesia dengan semangat kemerdekaan abadi
Ivan Lukito
Nomor Absen : 19
Semangat Kepahlawanan
Perang berkobar
Menampilkan kekejaman
Darah pahlawan pun bergejolak
Memberontak , mempertahankan kotanya
Dari kehancuran dan kemusnahan
Orang- orang berlarian
Tak tahu akan hidup atau mati
Musuh datang dengan senjata di tangan
Siap menggempur mengobarkan perang
Tak ada yang tersisa
Hanya desingan peluru yang terdengar di balik kabut asap
Namun kita tak akan menyerah
Tanpa melakukan perlawanan
Musuh memporakporandakan masjid , rumah dan sekolah kami
Perempuan dan anak-anak pun menjadi korban
Masa depan tak lagi jadi harapan
Tapi semangat kami tak akan pernah padam.
Pelita Terindah
Saat-saat di tengah kesendirian
Ketika kicauan burung tak lagi terdengar
Deburan ombak terasa begitu deras
Senjapun hadir mengusir sepi
Perlahan kupejamkan mata
Ingin kurasakan lebih dalam
Hempasan angin disetiap celah tubuhku
Oh . . . Seandainya jiwaku hadir disini
Sejenak aku bermain dengan pikiranku
Kulihat sahabat-sahabatku disana
Kemarahan, ego, kebencian, dendam, nafsu
Yang membuat jiwaku menjadi gelap dan kejam
Betapa memalukan
Seandainya semua orang tahu
Itukah aku yang sebenarnya
Sebuah pelita tanpa cahaya
Pikiranku terus berkelana
Jauh .. Jauh ... Jauh sekali
Bagai dunia tak berujung
Aku tersesat
Terlena asyik dalam keselapan sang maya
Terlelap tidur dalam kegelapan yang panjang,
Dari saat ke saat
Dari masa ke masa
Jiwaku mulai memberontak dikala itu
Aku harus menemukan jalanku
Sebuah jalan dengan perjuangan
Perjuangan melawan sahabat-sahabatku
Ternyata tekad dan perjuanganku belum cukup
Aku kembali dikalahkan
Aku lelah .. putus asa ..
Akankah kudapatkan kembali lenteraku
Ditengah keputus-asaanku
Tanpa kusadari
Sesuatu membawaku kembali
Kembali menjadi sebuah pelita.
Yang bersinar sangat terang
Indah dipandang mata
Dan membuatku meninggalkan kegelapan
Hingga akhirnya membuat aku bersujud dihadapan-Nya
Sebuah pribadi yang sangat agung
Kupersembahkan sembah sujudku
Terimalah penghormatanku yang tertinggi
Oh, Yesus Sang Juru Selamatku.
Loraine Pramuditya
Nomor Absen : 22
Bebaskan Negeri Ini
Dikala pagi menyongsong...
Pernahkah kau merenung?
Merenung tentang negeri ini...
Negeri yang kaya namun tampak miskin di mata dunia...
Disaat berjuta peluh menetes kala siang...
Pernahkah kau berfikir?
Berfikir tentang pembangunan negeri...
Negeri yang sebenarnya kokoh namun mudah runtuh terombang ambing...
Pernahkah kau menerka penyebab kemiskinan itu?
Pernahkah kau coba menyusuri penyebab keruntuhan itu?
Coba lihat dan pahami...
Telaah dan selami...
Itu semua karena ketergantungan...
Negeri kita bergantung pada negeri seberang..
Tak mampu bangun dengan kekuatan sendiri...
Tak sanggup melepaskan diri dan berdiri sendiri...
Ayo lepaskan ketergantungan itu!
Bangkitlah dengan kekuatan negeri kita...
Bangun emansipasi dan raih cita-cita bangsa...
Dan tunjukkan pada dunia bahwa kita bisa!
Bangkitkan Semangatmu
Wahai pemuda-pemudi...
Bangkitkan semangat mu...
Bagai ombak yang berderup kencang...
Yang tak pernah kehilangan kekuatannya...
Wahai pemuda-pemudi...
Tunjukkan semangat mu...
Bagai bintang yang tak pernah menyembunyikan kerlap kerlip nya...
Yang tak pernah tampak ragu-ragu...
Wahai pemuda-pemudi...
Tumbuhkan semangat mu...
Majukan Ibu Pertiwi...
Lindungi Tanah Air...
Pertahankan Kemerdekaan negeri...
Dan bawa bangsa ini ke masa depan yang lebih baik...
Berjuanglah wahai pemuda-pemudi..!
Susi Susanti
Nomor Absen:39
Pendidikan Indonesiaku
Pendidikan...Sekolah...
Apa yang ada di benakmu?
Menurutku...Masih sangatlah kurang
Banyak anak Indonesia tak sekolah
Mereka semua...
Duduk termenung dan diam di sana
Menunggu datangnya kebaikan hati...
Yang tak kunjung didapat jua
Akankah mesti terus seperti ini?
Tetapi...Apa daya mereka?
Apa kuasa mereka?
Sungguh malang nasib mereka
Membaca tulis tak bisa
Berhitung pun tak kuasa
Kapan?Sekolah gratis didapat rata
Bagi mereka yang tak mampu
Jika mereka tidaklah sekolah...
Tak berkembanglah pikirannya
Tak maju pula pandangannya
Seperti pisau tumpul tak terasah
Mereka...Anak Indonesia
Para penuntut ilmu bagi masa depan
Janganlah buat mereka termenung...
Pacu mereka terus maju ke depan
Karna sekolah...Mereka ada
Karna ilmu takkan hilang oleh zaman
Ilmu yang sangat berharga...
Yang tak ternilai harganya
Bangkitlah Bagaikan Terang Dunia
Hai para sahabatku terkasih...
Janganlah kau sedih...
Jeritan pilumu,rontaan hatimu
Terdengar olehku dan dunia
Sahabatku tercinta...
Bangkitlah,janganlah kau biarkan...
Sedihmu,deritamu,lukamu...
Terus menerus menghampirimu
Lihatlah...Duniamu yang terang
Disinari oleh sinar mentari
Tanda kehidupan di dunia ini
Sama sepertimu yang diterangi slalu
Sahabatku...Dunia peduli akan dikau
Hapus semua tangis dan resahmu
Jangan pula biarkan putus harap mu
Jangan takut...Teruslah maju
Taukah kau,kami slalu ada untukmu
Kan slalu temanimu di tiap jalanmu
Menemanimu tuk melangkah ke depan
Bangkitlah...Doaku slalu besertamu
Kasihku...Slalu terjalin untukmu
Sahabatku...Unjukkan terang cahyamu
Semangat hidupmu sahabatku...
Adalah spirit baru untuk hidupku
Clara Alverina Gozali
Nomor Absen : 07
Perjuangan yang Belum Selesai
Perjuangan kita belum selesai
Walau Indonesia telah merdeka
Pejajah pun sudah pergi
Perjuangan harus tetap diteruskan
Masa kelam penjajahan adalah guru
Guru untuk di masa sekarang
Masa lampau adalah pelajaran
Pelajaran untuk menjadi lebih baik
Perjuangan para pahlawan harus diteruskan
Jangan hanya sebagai kenangan
Gunakan bamboo runcing bela bangsa
Melanjutkan cita para pahlawan terdahulu
Membimbing Indonesia manuju kebebasan
Bebas dari belenggu penjajah
Hidup tanpa bayang-bayang bangsa lain
Hidup mandiri dan merdeka
-------------------------------------------------------
Perbedaan
Hidup dalam perbedaan satu dan lainnya
Mencari orang dengan tujuan tertentu
Hidup tanpa memikirkan sekitar
Tanpa melihat ke bawah
Namun membandingkan dengan yang di atas
Hidup dalam kebodohan akan hal tak penting
Melihat orang dari kaya atau miskin
Memberi salam pada orang kaya
Membuang muka dari orang miskin
Tuhan tak pernah membedakan kita
Kita sama di mata-Nya
Tanpa perbedaan kita dicitakan
Dengan tujuan yang sama kita diciptakan
Haruslah kita hidup dengan tolong menolong
Hidup dalam persatuan
Tanpa perang dan permusuhan
Hideup damai dan tetram dalm kebersamaan
Nabila Khairunisah Arinafril
Nomor Absen : 30
Tema : Motivasi (Pengembangan Ilmu)
Menggali Potensi Mewujudkan Bukti
Layaknya bayi yang baru lahir
Dengan membuka lembaran baru tiap waktu
Haruslah dirawat, dicurahkan, dan dilimpahkan kasih sayang
Agar ia tumbuh dan berkembang
Menjadi pribadi yang matang
Layaknya benih padi yang baru ditanam
Perlahan-lahan
Dengan perawatan penuh keikhlasan
Ia akan tumbuh dan berkembang
Menjadi tumbuhan yang memberi makan kehidupan
Bagaikan sebatang kayu
Apabila diukir dan dipahat
Akan menghasilkan karya seni yang menawan
Itulah ilmu
Fondasi dari sebuah pembangunan
Awal dari kesuksesan
Pengejaran mimpi menjadi kenyataan
Pembuktian janji akan kebahagiaan
Kunci akan keberhasilan anak manusia
Ia harus terus diasah
Ia harus terus dikembangkan
Ilmu tak datang dengan sendirinya
Ilmu takkan muncul begitu saja
Ia harus tetap dicari dan
Ia harus tetap dikejar
Hingga akhir kehidupan datang menghampiri
------------------------------------
------------------------------------
Tema : Kepedulian Ekonomi
Merajut Asa dan Harapan
Miskin harta mengubah jiwa
Perebutan strata memicu marah
Manusia lembut menjadi serigala
Sahabat tetangga tak bisa dibeda
Nafsu berkobar menutup hati
Benci murka penuh iri memenuhi sanubari
Negeri kaya masih slogan
Kekayaan alam hanya terlahir di atas kertas
Keadilan dan kemakmuran terhenti di bibir
Jutaan yatim dengan mulut menganga
Jutaan miskin dengan perut membusung
Puluhan bangsawan tertidur pulas
Puluhan cendikiawan asyik bercerita
Puluhan mobil mewah melaju kencang
Menyisakan debu bagi manusia jalanan
Menciprati baju dekil balita lapar
Di ujung makam tak bernama
Jasad pahlawan terbaring gelisah
Negeri merdeka yang direbut dari penjajah
Tak ada bedanya dengan dahulu kala
Manusia menjerit menahan dahaga
Manusia tertawa dalam tangis bayi tak berumah
Kemakmuran tak ada di benak mereka yang lapar
Kepedulian sesama tak ada di benak mereka yang kekenyangan
Pinta harap seorang anak jalanan
“Tuhan, hidupkan kami kembali di negeri seberang”
Flavia Angelina Satopoh
Nomor Absen : 13
Inilah Aku
Tanah Airku
Inilah diriku
Pemuda dengan hati beku
Pemuda dengan tubuh kaku
Melihat kekejaman dunia dengan terpaku
Terpaku...
Memandang dirimu
Yang semakin buruk
dan terpuruk
Di era yang tak menentu
Terpaku...
Menyadari dirimu
Tak utuh dan tak penuh lagi
seperti dahulu
Dahulu...
Dimana dirimu utuh
Dengan beribu-ribu pulau
dan beraneka kebudayaan
Dahulu...
Dimana dirimu penuh
dengan semangat perjuangan
dengan semangat pantang menyerah
Membasmi segala parasit bangsa
Ya...
Memang...
Itu semua masa lalu
Perjuangan yang telah berlalu
Sorak-sorai kemerdekaan yang telah berlalu
dan itu juga diriku yang dulu
Tanah Airku..
Skali lagi kuperkenalkan diriku
Inilah Aku
Pemuda dengan hati baja
Pemuda dengan tubuh perkasa
Pemuda yang dengan penuh semangat berkata
Bahwa Ia mempunyai cita
Bukan sekadar kata
Melainkan sebuah kerja nyata
Pemuda yang dengan sgala kerendahan hati berkata
Bahwa Ia adalah pemuda yang peduli padamu
Yang rela bercucuran keringat
Yang rela kulit menjadi kusam terbakar matahari
Yang rela berlangkah gontai karena lelah
Tuk berjuang ciptakan perubahan
Ya..
Inilah aku..
Pemuda Indonesia..
------------------------------------
Suara Hati Sampah
Dunia..
Apa kau tahu siapa aku?
Apa kau tahu bagaimana aku?
atau..
Apa kau tahu darimana asalku?
Dunia..
Aku adalah salah satu bagian darimu
Ya..
Bagian terkecil..
Bagian terbuang..
dan bagian yang dianggap tak penting
Aku akui diriku kecil
Semua kurasakan tak berarti
Aku mau diinjak
atau dicampakkan
Memang..
Sekarang kecantikanku
Tak serupawan dahulu
Hingga mampu membuat mereka membeliku
Memang..
Aku mengerti dan menyadari
Ketika aku tak berisi lagi
Aku akan dibuang
dan ditelantarkan
Dunia..
Aku terima nasibku itu
Tapi apa kau tahu
Aku juga punya sesuatu
yang aku ingini?
Dunia..
Beritahu mereka..
Ketika tiba waktuku untuk diabaikan
Biarkan aku..
tuk berkumpul bersama teman-temanku
Dalam sebuah kotak..
Kotak kehampaan..
Dunia..
Beritahu mereka..
Jangan biarkan aku ditelantarkan di selokan
Aku tak mau tubuhku menjadi hitam
Jangan biarkan aku ditelantarkan di jalanan
Aku takut dengan monster-monster jalan raya..
yang siap menerkamku
dan menggilas tubuhku..
Jangan pula biarkan aku ditelantarkan di sungai..
Aku tak bisa berenang
dan aku tak mau..
Tubuhku hanyut terbawa arus..
Dunia..
Katakan pula pada mereka
bahwa aku masih ingin berguna
bagi mereka..
Katakan pada mereka..
Aku masih bisa menjadi rupawan lagi..
Aku masih bisa menjadi berguna lagi..
Asalkan aku berada di tangan dan tempat yang benar..
Dunia..
Beritahu pula pada mereka..
bahwa aku bisa berbahaya..
Aku bisa menimbulkan derita
bila aku dan teman-temanku.. bersama-sama di tempat yang tidak seharusnya...
Karena itulah, dunia..
Peringatkan mereka..
Sebelum mereka menderita..
Sebelum semuanya terlambat..
Prima Yulisa
Nomor absen : 31
Kepedulian Ekonomi
Derita Pengemis
Sering kita jumpai anak jalanan
Perempatan lampu merah menjadi tempat mengais rezeki
Mereka bernyanyi
Menggendong bayi
Membersihkan mobil yang melintas
Semua mereka lakukan untuk mendapat rupiah
Sebagian mereka masih bersekolah
Seharusnya mereka dapat merasakan bangku pendidikan
Tapi demi mencukupi kebutuhan hidup
Mereka meninggalkan sekolah
Demi makan sehari - hari
Mereka berdiri di bawah sinar matahari
Mereka juga rela berpanas - panasan demi mendapat uang
Bukan hanya anak jalanan saja
Orang tua yang cacat ataupun orang tua yang telah diusir
Tidak peduli umur
Tidak peduli lelahnya
Mereka tetap mencari uang untuk menghidupi keluarga
Setiap hari mereka menghiasi jalan kota
Siang atau malam mereka tetap mencari rupiah
Uang
Mungkin bagi sebagian orang mungkin tidak berarti
Walau hanya 100 rupiah pun sangat berarti
Mereka dapat tersenyum hanya dengan 100 rupiah
Sebagian orang tetap meremehkan mereka
______________________________________________________________
Motivasi (Ilmu)
Matahari pagi tampakkan sinarnya dari ufuk timur
Mereka bangkit dari tempat tidurnya yang hanya beralaskan tikar
Seragam yang dipakai setiap hari
Dengan semangat untuk meraih cita2 yang tinggi
Mereka rela berjalan berkilo-kilo meter
Melewati sungai yang begitu keruh airnya
Hutan yang penuh penuh semak belukar
Hanya untuk meraih mimpi
Walaupun sekolah hanya berupa lahan terbuka
Yang hanya beralaskan daun pisang
Meja yang terbuat dari kayu lapuk
Mereka tetap semangat belajar dengan peralatan seadanya
Meski panasnya matahari menyengat
Dinginnya hujan menusuk sampai ke tulang
Mereka tetap menjalani kewajibannya
Meraih cita - cita setinggi langit
Sepulangnya dari sekolah
Mereka pun tetap harus berjalan berkilo-kilo meter
Membantu orang tua untuk meringankan biaya sekolah
Mereka tidak pernah putus asa
Sampai matahari menuju ke ufuk barat
Tetap terlihat senyuman dibalik penderitaan yang mereka alami
Mereka tetap menjalankan kewajibannya walau lelah
Mereka tetap mengerjakan pr walau dengan penerangan lilin
Terkadang istirahat tidak cukup
Mengingat kewajiban sekolah yang belum selesai dikerjakan
Tetapi kita sebagai anak yang terlahir di kota
Hidup yang berkecukupan
Bersekolah dengan fasilitas memadai
Tidak menghagai arti pendidikan
Sering tidak membuat pr
Sering terlambat
Malas dan tidak belajar saat ulangan
Apakah ini bukti bahwa kita tidak menyadari pentingnya pendidikan?
Yohanes Liu Putra
Nomor Absen : 43
Kepemimpinan Hanya Untuk Korupsi
Ketika segala bentuk musibah hadir
Saat itulah teater kepemimpinan digelar
Perang moral untuk berunjuk gigi
Perang hati untuk bersedih, Ngatur
Sok koordinasi
Sok mimpin
Sok nyumbang lagi
Mending kalau benar semua
Bahkan ketika Korupsi mulai merajalela
Anak dibawah umur juga berpartisipasi
Muda hingga tua pun mulai ikut-ikutan
Akhirnya banyak bermunculan korupsi
Lagi, masalah pendapatan uang dibahas
Uang, uang, dan uang
Sebuah lembaran kertas mahal
Tak sadar adalah alat pembunuh massal
Korupsi, kolusi bahkan nepotisme
Banyak dilakukan karena keuangan
Percuma lapisan bawah berteriak bertaruh nyawa
Tetapi mereka tetap memperkaya diri
Sebuah legalitas korupsi pun telah dibuat
Sosok pimpinan yang belum tentu cerdas
Namun jelas tak punya hati nurani
Seekor hewan pun tak bisa lagi dijadian persamaan
Kau Lah Harta Hatiku
Kaulah yang paling berharga
Yang pantas ku simpan
Agar tidak seorangpun
Bisa mengambilmu dari gemgamanku
Apasaja akan aku lakukan
Demi menjagamu
Karena kau rapuh
Mudah hancur
Dan emang pantas untuk dilindungi
Agar tak ada yang menyakitimu
Aku takkan Membiarkan
Seorang pun menyentuh lapisan terluarmu
Karena kau hanya milikku
Kaulah harta yang terindah
Yang tak akan habis dimakan oleh waktu
Begitu pula rasaku terhadap kamu
Akan tetap dan selalu utuh padamu
Rizky Permata Najatafani
Nomor Absen : 35
Pendekar Compang-Camping
Tuhan telah menegurmu dengan sopan
Lewat perut anak-anak yang kelaparan
Tuhan telah menegurmu dengan sopan
Lewat semayup suara azan
Tuhan telah menegurmu dengan sopan
Lewat teriknya matahari dan deras nya hujan
Apakah kau merasakan semuanya
Apakah kau peduli dengan semua itu
Apakah semua itu terlintas dibenakmu untuk membantu mereka
Dengan tabah mereka melakukan semuanya
Membuang rasa takut dan malu yang berkecamuk dihati mereka
Tak ada terlintas untuk mundur apalagi berhenti
Sungguh tinggi perjuangan mereka
Sungguh besar pengorbanan mereka
Semua itu mereka lakukan untuk hidup
Sangat malu rasanya...
Bila saya hanya bisa melihat mereka
Tanpa membantu apa-apa
Sangat pilu rasanya...
Bila saya hanya bisa mendengar keluh kesah mereka
Sangat miris rasanya...
Bila saya hanya bisa membayangkan nasib mereka
Mereka pejuang yang tak kenal lelah
Mereka pendekar yang tak kenal akan menyerah
Dengan memakai kaos compang-campingnya
Mereka bersiap bekerja untuk hidupnya
Bila ada keajaiban yang akan terjadi pada mereka
Semoga mereka dapat merasakan hidup yang sebenarnya
Dimana mereka dapat menikmati hidup
Dimana mereka dapat menyiapkan semuanya untuk hari tua nya.
Sungguh...
Aku benar-benar menginginkan semua itu terjadi
Melihat,mendengar,membayangkan mereka dengan perasaan lega
Sungguh..
Semoga hal itu terjadi
Semoga hal itu menjadi nyata
Semoga..
Semangat Mencapai Sesuatu
Sekolah megah dengan atap gedung yang mengkilap
Gedung bangunan yang tinggi dan besar
Fasilitas yang memadai dan lengkap
Deretan atrian mobil yang mewah
Dilengkapi dengan turunan nya murid-murid dengan pakaian yang wah..
Sangat bertolak belakang dengan pemandangan dilampu merah
Dimana anak kecil dengan pakaian yang tidak pantas lagi digunakan
Membawa tumpukan koran
Membawa kerincingan
Membawa mangkok plastik
Untuk bekerja
Dimana orangtua mereka
Bukankah seharusnya mereka yang mencari nafkah
Bukankah mereka seharusnya menyekolahkan anak-anaknya
Bukankah anak-anak ini lah yang akan meneruskan perjuangan para pahlawan
Anak-anak ini harus mendapatkan pendidikan
Mereka harus mendapatkan pengetahuan
Namun sepertinya hal itu akan sangat susah
Mungkin membaca saja mereka tidak bisa
Mereka hanya bisa menghitung uang
Harus ada perubahan
Harus ada pemberontakan
Harus ada pembaharuan
Untuk mendapatkan pendidikan
Untuk mendapatkan ilmu
Untuk memperjuangkan nasib bangsa
Untuk menjadi yang lebih baik
Yohanes Liu Putra
Nomor Absen : 43
Kepemimpinan Hanya Untuk Korupsi
Ketika segala bentuk musibah hadir
Saat itulah teater kepemimpinan digelar
Perang moral untuk berunjuk gigi
Perang hati untuk bersedih ngatur
Sok koordinasi
Sok mimpin
Sok nyumbang lagi
Mending kalau bener semua
Bahkan ketika koripsi mulai merajalela
anak dibawah umur berpartisipasi melakukannya
Muda hingga tua pun mulai ikut-ikutan
Akhirnya banyak bermunculan Korupsi baru
Lagi, masalah pendapatan uang dibahas
Uang, uang, dan uang
Sebuah lembaran kertas mahal
Tak sadar adalah alat pembunuh massal
Korupsi, Kolusi bahkan Nepotisme
Banyak dilakukan karena keuangan
Percuma lapisan bawah berteriak bertaruh nyawa
Tetapi mereka tetap memperkaya diri
Sebuah legalitas korupsi pun tlah dibuat
Sosok pimpinan yang belum tentu cerdas
Namun jelas tak punya hati nurani
Seekor hewan pun tak bisa lagi dijadian persamaan
Kau Lah Harta Hatiku
Kaulah yang paling berharga
Yang pantas aku simpan
Agar tidak seorangpun
Bisa mengambilmu dari genggamanku
Apa saja akan aku lakukan
Demi menjagamu, demi kau bahagia
Karena kau rapuh
Mudah hancur
Dan emang pantas untuk dilindungi
Agar tak ada yang menyakitimu
Aku takkan membiarkan
Seorang pun menyentuh lapisan terluarmu
karena kau milikku
Kaulah harta terindah
Yang tak akan habis dimakan oleh waktu
Begitu pula rasaku terhadap kamu
Akan tetap dan selalu utuh pada mu
Nama : Harsuadi Prastya T.
Kelas : XII IPA 7
No : 17
Dosa Manusia
Manusia diciptakan sebagai citra Allah
Tak tercipta nan sempurna
Punya tujuan dalam nafas hidupnya
Juga kelemahan dalam perjalanannya
Kehidupan manusia yang suci itu
Ternoda oleh bercak dosa
Berusaha untuk hidup bahagia
Menghalalkan segala macam cara
Doa dipanjatkan kepada Tuhan
Tobat diucapkan berulang kali
Memohon ampunan dari yang kuasa
Untuk lepas dari api neraka
Namun,
Semua ditelan kembali
Semuanya hanyalah kepalsuan
Hanya mendustai diri sendiri
Kehidupan yang sejahtera
Dan impian serta harapan setiap insan
Kita ciptakan dan wujudkan itu
Dalam naungan Tuhan Yang Maha Esa
----------------------------------------------------
Pejuang Kemerdekaan
Saat perang berkobar
Tak gentar engkau berperang
Tanpa kenal lelah
Terus berjuang untuk merdeka
Dengan bersenjatakan bambu runcing
Tetap berjuang demi rakyat banyak
Bertaktik guna mengusir penjajah
Demi menghapus penderitaan di bumi Indonesia
Di medan perang,
Walau peluru menembus dadamu
Satu pesan yang kau sampaikan
Untuk berjuang pantang menyerah
Wahai para pejuang kemerdekaan
Perjuanganmu akan dikenang sepanjang masa
Karena jasa-jasamu sebagai pahlawan kemerdekaan
Indonesia merdeka dapat tercipta
Tak Pernah Gentar
dimana kau menjawab
terlontarkan sebuah makna
yang khas mengendap
takkan terlupa
bagai tanah yang gersang
itulah untaian yang kubalas
membuatmu menangis
andai waktu dapat kembali
ku bagai anak hilang didapat kembali
menorehkan beribu hasrat
tuk membalas mu yang kuat
terus maju jangan gentar
pengabdianmu amat besar
kesemua anak bangsa
yang kau didik hingga berjaya
Jangan Menangis
kan ku ungkap semua rinduku
dalam dekap kasihmu
hai kawan yang sedang gelisah
kau kan dapat hari yang indah
sosok mata yang berbinar
mengingatkanku akan matahari yang bersinar
kan ku hapus semua lukamu
dan ku ganti menjadi sukamu
Siu Lie
nomor absen : 38
Tema : Peduli pendidikan
Pendidikan Mereka
kaki-kaki kecil melangkah
melewati durjanya daratan
ketika kulihat kedepan
pemandangan pilu nan menyedihkan
Mereka hanya anak-anak jalanan
tak lagi dapat mengenyam pendidikan
UAng kini menjadi tujuan
didalam setiap perjuangan
nurani pun seolah berbisik
bukan...
bukan ini tempat mereka
sekolah dasar lah penyelamat mereka
tak ada lagikah pendidikan untuk mereka
aku kembali melangkah
dengan pandangan yang makin enggan dilihat
sebuah sekolah
dengan lantai nan basah
meja dan kursi yang rapuh
dengan secarik kertas dan pena diatasnya
Pemandangan yang kian menyeramkan
tapi..
satu hal yang membuatku kembali tersenyum
mereka tetap berjuang
mereka tetap belajar
mereka terus bertahan
Meski hujan dengan derasnya
masuk dari atap sekolah
Meski kebisingan dan bau tak sedap
menghalau mereka
Mereka akan menjadi bunga bangsa
meski hanya secarik kertas dan pena
tapi masa depan menunggu di depan mata
nanti...
akan datang saatnya bagi mereka
memperbaiki pendidikan bangsa
____________________________________________
Siu Lie
No. absen : 38
Tema : peduli Kasih
Hanya kasih
Mereka hanyalah anak-anak
tanpa ibu dan ayah
tanpa masa depan dan harapan
Mereka berjalan kesana sini
mengais di antara tumpukan sampah
hanya demi sesuap nasi
Mereka hanyalah korban
ketika gempa dan bencana menyerang
rumah dan keluarga telah menjadi korban
kini mereka sendiri
terluntang-lantung tanpa tujuan
isak tangis tak lagi dapat menolong
mereka hanya berharap
ada sedikit bantuan dan harapan
tapi...
kemana perginya orang-orang
tak ada lagikah yang peduli
tak ada lagikah yang mengerti
luka batin yang menumpuk dalam hati
tak ada lagikah yang dapat menolong mereka?
ada...
masih ada yang bisa
hanya kasih
hanya kasih yang bisa
menghilangkan takut di hati mereka
hanya kasih yang bisa
menutupi luka hati mereka
hanya kita yang bisa
memberi harapan demi mereka
hanya kita...
hanya ketika kasih datang
di hati kita
sudah saatnya membagi kasih
membuka mata dan pintu hati
mengulurkan tangan dengan berani
karena hanya kita yang peduli
hanya kita yang mengerti
hanya kasih...
Wigati Cahyaningsih
Nomor absen : 41
Sosok Pemimpin
Siapa yang tau dengan sosok pemimpin?
Sosok dengan jas yang mahal
Sosok dengan sepatu yang berkilat
Sosok dengan parfum terkenal
Atau sosok dengan intelektual tinggi
Pemimpin bangsa
Dengan gaya konglomerat
Pergi menenteng tas
Layaknya banyak tugas
Padahal hanya sekadar formalitas
Masa keemasan ini
Kini menjadi masa yang pudar
Masa yang suram, penuh keharuan
Dimana birokrasi semakin buruk
Dimana kejujuran dapat dinilai dengan rupiah
Dimana semua tindakan kotor,
lenyap tersembunyi dalam kekuasaan
Pemimpin bangsa
Terus-menerus mengumbar janji
Terus-menerus mempermainkan kepercayaan
Selalu menuntut tanpa memberi
Selalu menguasai tanpa melayani
Jika kembali ke masa silam
Masa 64 tahun lalu
Saat sang proklamator mengumandangkan kemenangan,
menyerukan kebebasan, memproklamasikan kemerdekaan
Saat semua keinginan bangsa terwujud
Saat kejujuran tidak bisa dinilai dengan apa pun
Lalu....masih adakah sosok pemimpin sejati di negeri ini?
_ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _
Mengacu Rasa
Aku punya banyak tanda tanya
Tapi kau tak punya satu pun tanda titik
Aku punya banyak bulir air mata
Tapi kau tak punya seinci pun sapu tangan
Apa yang bisa kulakukan
Untuk membuatmu melihat aliran air mataku
Aku selalu menunggu
Tapi, kau membuatku menantimu lebih lama
Mataku selalu mencari wajahmu
Tapi pupilmu sama sekali tak mau melihat pupilku
Apakah aku harus membutakan mataku
baru kau ingin melihat wajahku?
Kau tau aku telah berikan jantungku
Tapi tetap merajam hatiku
Haruskah kuberikan paru-paruku?
Haruskah kuberikan lambungku?
Haruskah kuberikan empeduku?
Haruskah kau membunuhku?
Supaya kau tau, tanpa memberikan semua itu pun,
Aku sudah pernah mati karenamu
Kau memaksaku berjalan meraih hatiku
Berjalan merangkak pun aku mau
Kau menggantungkan hatimu untuk yang lain pun
Aku tetap mau mengais serpihannya
Kau tidak tau
Bahkan tidak mau tau
Betapa susahnya menutup mataku
Jika hatiku begitu sesak
Menyediakan tempat untukmu
Kau pun tidak pernah ingin tau
Raynaldi
Nomor Absen : 32
Lembaran Itu
Liang-liang kumuh mengiringi
senyum polosnya
Dekil... namun tulus
Begitu bangga...
Berlari ia menghampiri sang ibu
Diulurkannya lembaran itu
Lembaran yang kan mengubah segalanya
Wanita tua pun terhenyak
Tak mampu bersuara
Dada seolah menyempit
Air mata mulai mengalir
Bibirnya bergetar seraya berkata, "kok bisa?"
Tak istimewa
Hanya seorang anak tuli.. bodoh.. dungu..
Tapi apa hak mereka?
"Ia berhak tetap sekolah"..
Api jiwa berkobar
Bersama sang ibu, dan hanya dengannya
Dengan cinta kasih...
Dengan Kepercayaan...
Waktu bergulir
Si bocah belajar
Si bocah berusaha
Si bocah berjuang
Ribuan kali ia gagal, ribuan kali ia bangkit
Dulu...
Mereka bilang ia bodoh
Mereka bilang ia tuli
Ia dihina
Kini mereka terdiam
Kini mereka membisu
Kini...
Beliau dihargai
Beliau dihormati
Mereka belajar darinya
"Bukan masalah berapa kali anda gagal...
Tapi seberapa berani anda tuk bangkit dari kegagalan,"
tegas sang raja...
'SANG RAJA PENEMU'
-----------------------------------
Renungan Tukang Koran
Terpana menatapnya
Segalanya...
Ternganga ku ternganga
Ia mengunyah daging, aku mengecup ubi
Ia memikul buku, aku memeluk koran
Ia bersih, aku bagai tikus
Ia berjubah layaknya pangeran, aku bagaikan ketupat
Seumpama emas dan batu
Ia dielus, aku dihempas
Ia dimuliakan, aku dilupakan
Tak henti ku bergumam...
Kok Bisa?...
Letih didera kebimbangan
Langkahku makin berat
Duduk terdiam menatap awan
Berangan sahutan Sang Khalik
Desir debu berbisik halus
Menyuguhkan pencerahan
Aku tertawa kecil
Tiada emas istimewa daripada batu
Karna pada hakikatnya
Keduanya ialah benda
Satu kegalauan tak terpuaskan
Mengapa kami diperlakukan berbeda?
Bukankah kita sama...
Handi Usman
Nomor Absen: 14
Kemurkaan Alam
Aku ini adalah korban dari keserakahan saudara-saudaramu
Aku telah kehilangan semua harta yang aku miliki
Kekuatanki, keindahanku
Keasrianku, kekayaanku
Semuanya telah dirampas dan dicuri saudaramu
Saudaramu tak tahu berterima kasih
Mereka memang tak tahu diri
Mereka hanya merampas semua milikku
Tanpa membalas dan mengingat budi baikku
Ribuan tetes air mata telah mengalir
Tapi tak satu pun orang yang mau mendengarkan tangisanku
Seberapa piluhnya tangisanku ini
Mereka tidak akan pernah peduli
Bukan hanya aku yang menderita
Temanku pun ikut menderita karena saudaramu
Mereka telah kehilangan tempat tinggal mereka
Mereka juga kehilangan sumber kehidupan mereka
Kini aku sudah murka
Aku tak bisa lagi menyadarkan saudaramu
Aku sudah putus asa dengan kelakuan mereka
Kini biarlah hukum alam yang berbicara
Menghukum semua perbuatan salah saudaramu
----------------------------------------------
Surat Kata Untuk Pemuda
Kita bilang mereka dewa…..
Bukan dewa atas dunia, tapi dewa bagi pergerakan bangsa
Kita bilang mereka asa…..
Bukan asa yang menyerang hipebola…..
Tapi asa yang merayapi metafora
Pemuda…..
Bukan kumpulan dewa
Bukan juga kuota asa yang meraja
Hanya kaum nasionalis bangsa
Yang bergerak dan bertengger dalam demokrasi penuh makna
Pemuda…..
Dimana mereka berada
Tenggelam di antar sesaknya dunia
Atau tertelan bumi, lenyap, dan tak lagi mematri puluhan asa
Ketika proklamasi terpatri
Mereka merapatkan diri …, menagguk jiwa, lalu mengangkat senjata hati
Ketika Supersemar mengabdi
Mereka lenyap, tertelan dinginnya panggung demokrasi
Saat reformasi menari
Mereka bangkit, menghancurkan tembok-tembok otoritas penuh ilusi
Namun kini….
Mereka hanya diam, tapi bukan mendiamkan diri
Hanya terdiam dalam tak berlakunya suara hati
Bangkitlah pemuda….
Tunjukkan semangat jiwa yang menggelola
Semangat pemuda, semangat bangsa yang tak lekang dimakan usia
Semangat jiwa yang mendirikan Indonesia di atas dunia…
Jangan biarkan semangat itu padam dan meredam asa
Semangat pemuda….
Semangat kaum muda yang kaya..
Semangat kaum asa yang menari dalam kata-kata
Nama : Yunishia Elvira Lupita
Absen: 46
Kehancuran Negri Tercinta
Kulihat sudah tak ada lagi negri untuk rakyatnya
Yang ada hanya negri untuk seonggok uang
Sudah membatu semua jemari-jemarinya
Hingga hanya bersembunyi didalam remang
Mereka mengaku sekolah tinggi
Mereka mengaku kaum cerdik
Tapi rasanya tak berguna jabatan tinggi
Jika hanya digunakan untuk hal picik
Kasihan sekali negri ini
Hanya berisi manusia-manusia munafik
Birokrasi sebagai tameng, mereka bersembunyi
Tapi dari dalam, masyarakat dicekik
Perjuangan para pesohor kita
Menjadi kebodohan belaka
Dimana mereka mengganti nyawa
Dengan kehancuran belaka...
Hatiku Mati
Aku terdiam disini
Hanya ditemani burung yang menari
Matahari perlahan mulai pergi
Berganti malam dengan sepi
Hujan deras ini
Seolah ingin mengguyur habis semua sakit di hati
Angin kencang ini
Seolah ingin meniup habis semua perih yang terpatri
Tapi aku sangat mengerti
Walaupun langit memanggilku mati
Bayanganmu akan tetap di sini
Melekat di dalam hati
Tak ada yang perlu kau khawatiri
Hingga sekuat itu mencoba berlari
Semua ini akan segera kuakhiri
Hanya menunggu hatiku sepenuhnya mati...
Jika saat itu tiba nanti
Kupersilahkan engkau pergi
Namun tolong! bawa bekuan hatiku ini
Dan biarkan mayatku selamanya tersenyum disini...
Erwin Oktavian
Nomor Absen : 10
Tema : Semangat Kepemudaan
Otak atau Otot
Otot,
Itulah yang engkau utamakan
Itulah yang engkau manfaatkan
Itulah yang engkau banggakan
Wahai Pemuda...
Otak,
Mengapa tak engkau prioritaskan
Mengapa tak engkau dahulukan
Mengapa tak engkau banggakan
Wahai Pemuda...
Otak berbuah bahagia
Otot berbuah sengsara
Otak berbuah bangga
Otot berbuah derita
Biru di wajah tak buat jera
Luka tubuh tak buat kapok
Mungkin senja mampu merefleksi
Asamnya garam telah menumpuk
Mulai senja bermandikan sesal
Berbuah sakit berakhir tenang
Tak mampu beranjak hanya menatap
Tema : Kepedulian Lingkungan
Gerimis Menjadi Banjir
Jress..Jress..Jress..
Bunyi air di atas seng
Serbuan titik-titik air menghantam tanah
Mengalir menuju tempat terendah
Jarum di lingkaran terus bergerak
Genangan mulai terbentuk
Plastik beserta saudara mulai bermunculan
Air mencuat hingga keluar jalanan
Bukan salah plastik dan saudara
Bukan salah air menghantam tanah
Bukan salah jarum terus bergerka
Tak kan terjadi bila malu
Tak kan terjadi bila sadar
Tak kan terjadi bila peduli
terhadap lingkungan
Hani Meiwita
no absen : 15
Semangat Anak Bangsa
Demi bangsa dan negara ini
Kau relakan waktumu
Kau taruhkan nyawamu
Maut menghadang di depan
Kau anggap sebuah kicauan burung
Tampak di raut wajahmu
Tak ada rasa takut
Semangat membara di jiwa
Menaklukkan penghalang negeri
Kisah hidup diwarnai rasa perih
Pembunuhan dan pembantaian yang dihiasi bunga api
Mengalir sungai darah disekitarmu
Bahkan tak jarang mata air darah itu muncul dari tubuhmu
Namun tak dapat meruntuhkan semangatmu
Bambu runcing selalu bersamamu
Kaki telanjang tak beralas
Pakaian dengan seribu wewangian
Kini menghantarkan negeri ke istana kemerdekaan
Penyesalan Hamba Allah
Dalam pelukan yang menguraikan keglamoran senyum Allah
Khusuk kalbu diatas persujutan
Mencapai hangat cintamu menuju kebahagiaan abadi
Saat jiwaku tenggelam
Luka pun seolah terbuka
masa silam terkemas dalam bingkai kelam
Air mata pun bergelinang dikesunyian
Aku tak dapat berbuat apa – apa
Selain sujud pada cahaya kebenaran
Tuhan,
Terangilah setiap langkah kakiku menapaki jalanmu
Menepuh segala rintangan yang menghiasi kehidupan
Meninggalkan bayangan gelap yang memberi gelisah
Vincentcius Jeffrianto
Nomor absen : 40
Sekolah
Sekolah....
Harapan semua insan
Tempat untuk meniti ilmu
Tempat untuk berprestasi
Pendidikan adalah impian
Semua orang menginginkannya
Walau....
Tak semua orang yang mendapatkannya....
Kita harus bersyukur
Kita harus berterimakasih
Karena mendapatkan pendidikan
Pendidikan adalah harta
Bukan sebuah sampah yang tak berharga
Semoga..
Pendidikan dapat disalurkan
pendidikan dapat diwariskan
Dan pendidikan dapat disukseskan...
Kasih
Air mata...
Yang membasahi wajahmu
Hilang silih berganti
Matamu yang merang
Membuat hati menjadi yang luluh
Kau begitu kuat
Kau sangat tabah
Menjalani semua derita ini
Hanya uluran tanganmu
yang bisa memberikan harapan
peduli kasih darimu
adalah impian sahabatku
hanya belas kasihmu
hanya kasih sayangmu
kau berikan kepadanya...
kasihmu..
kan terukir abadi dihatinya
kasihmu...
tak ternilai sampai akhir hidup
Matius Andri
Nomor absen : 23
REVOLUSI PENDIDIKAN NAN SUCI
Inikah dia revolusi suci
Mendidik jiwa, aqal dan budi
Yang mekar subur di sanubari
Berakar umbi di qalbu, hati
Disinari wahyu kebenaran hakiki
Bertunjang rendang naungan Ilahi
Inikah dia erti revolusi
Cekal berjuang mengisi misi
Menimba ilmu bijak bestari
Meneroka alam yang penuh misteri
Biarpun jauh di kaki pelangi
Tabahkan azam ke lubuk nurani
Akanku lahirkan satu revolusi
Memupuk modal intelek insani
Sepaduan ilmu padat berisi
Sebagaimana perlakuan Al-Kindi
Al-Khawarizmi, Ar-Razi, Ar-Rumi
Peradaban sarjana terus diwarisi
Revolusi hadhari diatur strategi
Membina tamadun langkah berani
Pembangunan seimbang bernilai lestari
Mengukuh kepelbagaian kekuatan jati
Menzahirkan sejahtera masyarakat harmoni
Meniti kegemilangan cita-cita tinggi
Revolusi mental tonggak transformasi
Lincah berfikir penampilan kualiti
Bak obor penyuluh inspirasi
Mencipta ide cetusan kreativiti
Membuka minda melayari inovasi
Cabaran ditangkis sederas tsunami
Ayuh, perjuangkan revolusi ini!
Jangan waktu dibazir lagi
Ledakan maklumat takkan berhenti
Percambahan ilmu tangkas ditangani
Berlengah mengundang padah yang ngeri
Tergadai nyawa maruah pertiwi
Andai revolusi terbengkalai nanti
"Kami memimpin" akanku hayati
Meyakini hidayah ilmu nan murni
Menunaikan keramat seribu janji
Sebagai pemegang amanah di bumi
Agar hidupku empunya erti
Nah, bingkaskan sahaja revolusi ini!
Perkasakan perisai ilmu terkini
Benteng teknologi tangkas dirempuhi
Sempadan dunia mesti ditembusi
Demi memugar sebuah universiti
Demi kedaulatan nusa kucintai
Semoga revolusi kekal abadi
Dapatku terus menabur bakti
Iman di dada menjadi saksi
Melutut sujud ke hadrat Dhu-l-Jalali
Dunia akhirat mohon diredhai
Berkat revolusi pendidikan nan suci
KRISIS EKONOMI DUNIA
Pehaka - putus-kerja telah menerkam di mana-mana
walau baru menahan tiga bulan
malam tadi kami makan-malam
sudah mulai pakai lilin
bulan ini tagihan tarif listrik
sudah setengah mencekik
harga-harga mahal bukan kepalang
sedang pekerjaan sudah berbulan hilang.
Krisis ekonomi dunia sudah
merasuk ke kamar saya
kini menulis puisi dan prosa
diterangi lilin pengganti pelita
tahun 2002 sama dengan 1940 di kampungku
inikah yang katanya Eropa yang maju?
Kutarik nafasku dalam-dalam
lalu kulepaskan pelan-pelan
betapa inginnya aku pulang
walau di Holland baru saja satu pekan
rinduku akan kandang dan sarang
Paris - Parisku dan Paris
betapapun dan bagaimanapun
rumahku adalah istanaku
kecil mungil dan sedikit jorok
tapi kurasakan berseri dan manis
lalu kapan aku naikmu, Thalys?
Nama : Asian Sihombing
Nomor Absen: 04
Waktunya Kita Bersinar
Lama sebelum kita...
Mereka, mereka para pendahulu
Merebut kembali "Tanah Air" dengan berapi-api gagahnya
Walau tak sempat meneteskan air mata haru
Namun, entah apa yang terjadi
Setelah kegembiraan itu didapatkan kini
Kita hanya diam merenung sobat
Bagai air yang beku di antara genangan air
Sekarang tidak ada lagi alasan untuk bersembunyi
Mari Muda-Mudi
Kibarkanlah Merah-Putihmu
Sebagaimana jati cerminan dirimu
Dan inilah dadaku
Penuh goresan-goresan dan luka
Tunjukanlah teman,
bercak hitam-putih itu di dadamu
Beri tahu mereka
Yang telah tertawa menginjak kepala para pendahulu
Bahwa tanah ini ditumbuhi bibit uggul yang tak hentinya berbunga
Yaitu " Kau dan Aku "
Sekaranglah waktunya bagi bangsa kita untuk bersinar
Mari kawan kita mencuri...
Mencuri perhatian dunia ini
Supaya teman kita di atas birunya langit dapat tersenyum lebar
Meneteskan air mata, tampak bangga...
Tampak Cacat
Sepasang mata yang sedang menangis
Menari-nari mengikutiku perlahan
Sekejap akupun takut meringis
Sebab kuyakin sesuatu ditinggalkan untukku
Seketika kilatpun menyambar
Tak kuat menahan
Akupun langsung terjatuh
kira-kira 6 kaki jauhnya dari yang kuduga
Di bawah kesadaranku dan begitu jauh...
Huh...perbedaan ini begitu membakarku
Pantaskah kita tertawa di atas jerit tangis mereka
Mereka, yang hanya dapat tersenyum
mereka, yang hanya memiliki sepercik harapan
Untuk beroleh kupu-kupu kehidupan yang gulita
Akankah kita membuka mata?
Dan sadar bahwa kita ini satu tubuh
Bahkan kitalah sesungguhnya yang "Tampak Cacat" di hadapan Yang Agung
Yang terbahak-bahak dan acuh tak peduli dengan nasib mereka
Mereka yang tak seberuntung kita kawan
Biarkanlah, kita berbagi cerahnya pagi bersama mereka
Jangan biarkan mereka bertarung sendirian
Usapkan kusamnya keringat mereka
Biarkanlah kelopak bunga itu bersemi seketika segarkan panasnya
Hingga hari itu datang
Scolastika Cyntia Parimita
XII IPA 7 / 36
Puisi tentang PEDULI KASIH
Tak pernah terbayang,
Tak pernah terbersit
Jerit tangis dunia ini
Jerit tangis anak manusia
Jerit tangis ketidakadilan,
Tiadanya kesetiakawanan
Tiadanya kawan, tiada sobat
Hampa….
Kosong…
Alam berkecamuk, alam marah,
Alam murka…
Menghentakkan semua di bumi ini
Memuntahkan larvanya,
Ke manusia…
Tapi manusia tak tahu, tak tahu apa-apa…
Sama sekali tidak tahu…
Hanya ada tangisan, duka,
Dan kekosongan..
Kasih diabaikan, kasih nomor belakang
Kasih ditelantarkan
Kasihan manusia..
Hai Kamu manusia bodoh
Bodoh hati, bodoh perasaan
Di mana hati nuranimu?
Di mana kemanusiaanmu??
Lihatlah mereka,
Kasihanilah mereka, Kawan
Tunjukkanlah dirimu manusia
Berikan kasihmu kepada mereka…
Mereka itu kecil, papa…
Mereka itu tak berdaya
Tak punya satu apapun,,
Tapi mereka punya hati, punya perasaan..
Mereka butuh kita,
Butuh kasih kita,,
Butuh peduli kita…
Jangan kau tak tanggap hai, Manusia
Janagn Kau buang muka
Pandanglah mereka…
Mereka itu sama seperti kita,,
Yang butuh tangan kita..
Marilah Kawan,
Bersatu hati dalam kepedulian
Bersatu hati dalam kasih,,
Karena mereka butuh kita,,
Butuh kasih,,
Dan peduli kita…..
Nama : cyntia
Kls: XII P7
Absen : 36
puisi pendidikan
Kita, warga negara pendidikan itu segalanya kawan!
Belajar hidup, belajar kehidupan pendidikan yang membentuk masa
Belajar segalanya… pendidikan yang membentuk hidupmu
Untuk hidupmu yang laya
Belajar untuk dididik,
Belajar untuk mendidik,
Belajar demi pendidikan
Pendidikan yang mulai segalanya
Pendidikan memandu moral
Pendidikan memulai integritas
Pendidikan awal dari jabatan
Tak terbersit oleh dunia ini,
Jika pendidikanlah yang membentuk dunia
Dunia yang penuh globalisasi
Manusia terkapar di tengah kebodohan
Kebodohan dunia,
Kemiskinan bangsa, miskin harta
Miskin pendidikan
Karena apa??
Engkau manusia! Tak pernah berjuang,
Berjuang demi pendidikanmu,
Berjuang demi masa depanmu!
Engkau bodoh di masa lalu
Dikau malas di masa lampau..
Percuma penyesalan sekarang
Hanya membawamu pada tumpukan sampah
Yang kau pungut tiap hari…
Kasihan dirimu, sahabat
Kasihan masa depanmu
Kasihan akan pendidikanmu
Yang kau buang begitu saja
Pendidikan itu segalanya kawan
Pendidikan yang membentuk massa
Pendidikan yang membentuk hidupmu
Untuk hidupmu yang layak
Posting Komentar