Selasa, 21 September 2010

PUISI KARYA SISWA-SISWI KELAS XII IPA 1 2010-2011

Puisi merupakan luapan pencurahan persaaan hati seseorang melalui media kata-kata nan indah dan bermakna. Maka, apa pun yang dirasakan oleh seeorang dapat dicurahkan dalam bentuk puisi sebagai karya sastra yang bermakna dalam hidup dan kehidupan.

Dalam sebuah puisi seringkali seseorang mencurahkan gagasannya yang memliki makna penting, baik bagi diri maupun orang lain. Konsep atau gagasan tersebut pada umumnya berupa landasan praktis-bahkan pragmatis tentang hidup dan kehidupan, yang kadang mengarah pada kaidah filosofis yang mungkin amat bermakna bagi kita semua.

Oleh sebab itu, sebagai manusia beradap dan berbudaya. marilah kita tulis apa yang ada dalam benak kita ke dalam dunia seni bermain kata lewat media ini. Selamat berkarya!

45 komentar:

fransisca vina wijaya mengatakan...

Puisi Cinta Monyet

Aku Bertanya Siapa Dia
Karya: Fransisca Vina Wijaya

Matahari pagi membakar semangatku
Menyinari langkahku menuju dirimu
Sejak pertemuan pertama itu
Wajahmu, senyummu, tatapanmu
Bayangmu terus mengusikku
Merasuk ke dalam lingkaran benakku
Membaur di setiap detik nafasku
Membuatku ingin terus mencari jejakmu

Kuyakini rindu ini telah menghantuiku
Dirimu hiasi semua khayalku
Setiap waktu demi waktu
Ingin kutahu bagaimana kabarmu
Dimanakah kamu
Sebab kini hatiku terpenjara olehmu
Bagiku…
Kehadiranmu adalah kekuatan ragaku

Dirimu adalah permata bagiku
Kehilanganmu menjadi racun yang mematikanku
Aku tidak mampu
Walau hanya sejenak lupakanmu
Oh Tuhanku…
Aku tidak tahu
Apakah ini cinta semu masa mudaku?
Atau dia sungguh pangeranku?


Palembang, 2 Oktober 2010

fransisca vina wijaya mengatakan...

Puisi Kesenjangan Sosial


Hitam Putih Kehidupan
Karya: Fransisca Vina Wijaya

Di tengah malam yang sunyi
Kududuk sendiri di depan istana ini
Gedung megah yang patut ditangisi
Bagaikan pejuang yang telah mati
Itulah gambaran lembaga bergengsi

Tiada hari tanpa mengobral janji
Kebusukan pun hanya ditutup-tutupi
Kekuasaan menjadi penuh misteri
Kesejahteraan rakyat dimonopoli
Kini demokrasi menjadi teka-teki

Wahai dirimu orang pintar penuh kreasi
Manusia- manusia penuh imajinasi
Tak bisakah kau sedikit peduli
Tak bisakah kau berhenti mengkhianati
Pada rakyat kecil yang berdemonstrasi
Yang berjuang demi sesuap nasi

Di pojok hati yang sepi
Aku berharap perubahan yang berarti
Kunanti hak rakyat untuk mengadili
Namun satu hal yang sungguh kusadari
Aku harus tegar berdiri, melewati hari
Dalam dunia politik yang penuh basa-basi


Palembang, 2 Oktober 2010

Tri Fanny mengatakan...

Cinta Satu Menit
Karya : Tri Fanny (41)

Kuingat saat aku bertemu denganmu
Saat melihat senyumanmu
Hatiku tergerak
Saat aku bertatapan dengannya
Aku memalingkan wajahku tersipu malu
Disaat aku tidak sengaja menyentuh tangannya
Wajahku merona, merah menghiasi pipiku
Saat kau panggil namaku
Disitulah aku merasakan cinta sesaat
Cinta satu menit yang kurasakan

Namun,
Seiring dengan berlalunya waktu
Akupun melupakanmu
Lupa akan semua perasaanku saat itu
Saat dimana aku berjumpa denganmu
Saat dimana aku merasakan perasaan manis
Yang menghiasi waktuku
Menghiasi hidup masa mudaku
Masa yang telah aku lupakan
Cinta satu menitku yang terlupakan



Sang Cahaya
Karya : Tri Fanny (41)
Bagaikan tersayat pisau
Saat melihat mereka
Para rakyat kecil yang kesepian
Betapa pilu hatiku
Melihat betapa malangnya kisah mereka
Mereka yang menunggu harapan
Lihat apa yang kita lakukan
Bersenang-senang di atas penderitaan mereka
Sesuap nasi yang merupakan secercah cahaya hidup bagi mereka
Kita sia-siakan
Berfoya-foya seakan melupakan mereka
Itulah yang manusia lakukan
Manusia yang tamak akan kemewahan
Manusia yang terjerat nafsu keduniawian
Kita tidak sadar
Bahwa mereka t'lah bekerja keras
Mereka yang terlihat seperti tulang berlapis kulit
Menunggu dan terus menunggu
Kehadiran Sang Cahaya yang akan menyelamatkan mereka

Kevin Harmen mengatakan...

Karya : Kevin Harmen (31)

Tema : Cinta
Bingung

Engkau datang
Engkau pergi
Saat kumendekat
Engkau menjauh
Saat kumenjauh
Engkau mendekat

Kaubiarkan aku sendiri di sini
Kautinggalkan aku tanpa sebab
Aku memerlukanmu engkau biarkan aku
Aku membutuhkanmu engkau tinggalkan aku

Di sini aku sendiri
Bingung memikirkanmu
Di sini aku merenung
Bingung akan dirimu

Aku bingung
Aku terbangun
Aku sadar
Aku tahu engkau bukan milikku

================================

Tema : Kesenjangan Sosial
Pemakan Tanah

Kau ambil yang menjadi milik mereka
Kau buang janji-janjimu
Kau hancurkan gubuk mereka
Kau ambil tanah mereka

Mereka yang hidup di tanah
Kau siksa tanpa belas kasih
Mereka yang tinggal di tanah
Kau usir tanpa hati nurani

Engkau bukanlah seorang pemimpin
Engkau bukanlah seorang panutan
Rakyat kesusahan kau senang
Rakyat hidup menderita kau senang

Kau usir mereka
Kau tendang mereka
Kau ambil milik mereka
Kau makan tanah mereka

Monica Kurniawan mengatakan...

Jangan Lupakan Aku
Karya : Monica Kurniawan

Tiba-tiba kau datang lagi dalam ingatanku
Saat itu aku masih ingat
Genggaman tanganmu yang hangat
Pandangan matamu yang teduh
Ucapan terakhir yang kau ucapkan hanya untukku

Kini jarak dan waktu sudah memisahkan kita
Tapi tidak untuk hati dan pikiranku
Walau kita berada di langit yang sama
Namun sekarang aku tidak bisa berjumpa denganmu
Tapi pada langit itulah aku berdoa
Agar aku bertemu denganmu
Hanya untuk menggenggam tanganmu
Hanya untuk melihatmu
Hanya untuk mendengar candamu yang bisa membuat hatiku tersenyum

Tak bisa jika bukan kamu
Tak bisa jika tanpa kamu
Bisakah aku hidup tanpa menggenggam tanganmu?
Bisakah aku hidup tanpa melihatmu?
Bisakah aku hidup tanpa mendengar suaramu?

Hari demi hari...
Aku terus berdiri di ambang pintu
Berharap kau datang dari seberang sana
Aku tidak akan melupakanmu

Dinginnya angin membuat bibirku membeku
Dinginnya angin membuat aku tidak bisa berkata-kata
Apakah sekarang kau mendengar suara hatiku?
Bahwa aku rindu padamu..
Jangan lupakan aku..

Palembang, 2 Oktober 2010



Hati Berlapiskan Harta
Karya : Monica Kurniawan

Aku tidak tahu...
Apakah kau punya hati?
Apakah kau punya mata?
Banyak anak kecil yang tidak berdosa
Harus menanggung kesengsaraan akibat ulahmu
Hanya akibat ulahmu..

Apakah mereka malas?
Tidak..
Apakah mereka hanya berdiam diri terus di dalam gubuknya?
Tidak..
Mereka membanting tulang setiap harinya
Tanpa mempedulikan sekitarnya
Mengais-ngais hanya untuk mencari
Apakah ini makan siangku?
Apakah ini makan malamku?

Bagaimana bisa segelintir orang rakus sepertimu bisa membuat ratusan anak kelaparan?
Hanya nasib yang tidak berpihak pada mereka
Setiap hari mereka hanya bisa berharap
Seorang malaikat memberikan mereka sebuah pelita
Pelita yang bisa memberikan terang bagi kegelapan
Pelita yang bisa menemani kesepian
Pelita yang bisa menghibur saat menangis kelaparan maupun sakit yang ditanggung

Nyatanya..
Perbuatanmu itu sudah melukai hati mereka
Tidak seharusnya mereka menerima itu semua
Belum saatnya mereka menderita
Yang kau pikirkan hanya untuk mengisi perutmu sendiri
Tak pedulikah kau?
Tak punya mata kah kau?
Tak punya hati kah kau?

Palembang, 2 Oktober 2010

Anonim mengatakan...

Puisi Cinta Monyet

Kamu dan Dia
Karya : Fenny Oyong

Hari ini hari pertama aku mengenakan seragam putih abu
Tak sengaja aku melihatmu di koridor itu
Tertawa ceria bersamanya dengan gaya khasmu
Pembawaanmu tenang berwibawa
Kacamata menambah kharismamu
Suara baritonmu menggetarkan jiwaku
Sungguh ku terpesona padamu

Ingin ku meraihmu
Namun kau seperti fatamorgana bagiku
Dengan sejuta harapan aku berdoa
Berharap kamulah orang yang dikirim Tuhan untukku

Matahari pun pergi di sambut bulan
Bayanganmu,senyummu, bahkan suaramu belum enyah dari pikiranku
Kamu bersama dia sekarang
Aku relakan perasaan cinta yang baru bertumbuh tanpa sempat berbuah ini


Puisi Kesenjangan Sosial

Tanpa Sisa
Karya : Fenny Oyong

Uang, uang, dan uang
Satu kata beragam guna
Tiada yang bisa dilakukan tanpanya

Kami di sini tak berdaya
Kami berjuang, berharap keesokan hari dapat menikmati sesuap nasi
Agar kami dapat melihat matahari terbit keesokan hari

Kalian dengan seenaknya menikmati tetesan keringat kami
Kalian cukup duduk santai tanpa terbeban memikirkan nasib kami
Di tengah terik matahari yang membakar kami bertahan
Kalian dengan enaknya merasakan udara dingin dari jerih payah kami
Bercanda tawa di tengah perundingan akan nasib kami yang tak berdaya ini

Kalian bukanlah Robin Hood yang mencuri dari yang kaya untuk kaum kami
Kalian mencuri untuk keperluan kalian sendiri
Kalian merampas hak-hak kami
Kalian mengambil semuanya
Tanpa sisa

Herdwin mengatakan...

Puisi Cinta Monyet:

Cinta Pertama Ku
karya : Herdwin Limas (25)

Untuk pertama kalinya aku sedih
Untuk pertama kalinya aku senang
Untuk pertama kalinya aku ragu
Untuk pertama kalinya aku takut

Rasa apakah ini ?
Semua bercampur jadi satu
Semua teraduk-aduk dalam hatiku
Dunia bagai hancur lebur

Rasa apakah ini ?
Jantungku berdetak cepat
Darah mengalir cepat
Tubuh ke bergetar

Rasa apakah ini ?
Apakah ini cinta ?
Cinta pertama ku ?
Cinta perdana ku ?

Aku tahu sekarang
Aku yakin sekarang
Aku mengerti sekarang
Dialah cinta pertama ku

-----------------------------------

Puisi Kesenjangan sosial:

Jauh
Karya : Herdwin Limas (25)

Betapa jauhnya engkau
Betapa tingginya engkau
Betapa berbedanya engkau
Betapa rendahnya aku

Kaulah yang terbaik
Kaulah yang tertinggi
Kaulah yang utama
Akulah sisanya

Kau dapatkan semuanya
Kau dapatkan apapun
Kau dapatkan yang kau inginkan
Semua yang kuinginkan terbatas

Engkau ambil semuanya
Engkau ambil yang kau inginkan
Engkau ambil dariku
Semua yang aku punya

kristian sudana mengatakan...

Patah Hati
Karya : Kristian Sudana Hartanto

Sadarkah dirimu hai kekasih bahwasannya cinta itu hanya ilusi
Ia sama seperti dopamin dan morphin yang hanya membuatmu teradiksi
Ia hanya akan membuatmu terkontaminasi
Dan akhirnya membuatmu merasakan sakitnya patah hati

Engkau yang sedang patah hati
Menangislah dan jangan ragu ungkapkan
Betapa pedih hati yang tersakiti
Racun yang membunuhmu secara perlahan

Engkau yang saat ini pilu
Betapa menanggung beban kepedihan
Tumpahkan sakit itu dalam tangismu
Yang menusuk relung hati yang paling dalam

Hanya diri sendiri, tak mungkin orang lain akan mengerti
Bila air mata dapat cairkan hati
Kan ku cabut duri pedih dalam hati
Agar kulihat, senyum di tidurmu malam nanti
Engkau yang hatinya terluka
Di peluk nestapa tersapu derita
Seiring saat keringnya air mata
Tak mampu menahan pedih yang tak ada habisnya

Palembang, 2 Oktober 2010







Bangsa Kita Kaya
Karya : Kristian Sudana Hartanto

Kemiskinan itu bak rumput ilalang
Dibabat pagi, sore tumbuh lagi
Dibabat sore, pagi tumbuh lagi
Tiada pergi tiada menghilang

Kaum papa akan selalu ada
Hidup susah, mau mati berdosa
Berdoa sudah, jawaban tetap tak ada
Apakah Tuhan itu ada?

Inilah kehidupan di zamrud khatulistiwa, yang susah selamanya tetap kan tak berdaya...

Hatinya sedih siapa yang peduli?
Tak makan tiga hari siapa yang peduli?
Tidur beralas aspal siapa yang peduli?
memohon belas kasih, siapa yang risih?

Bangsa kita adalah bangsa yang kaya...

Hijau meribuni daratannya
Indah nan elok panoramanya
Biru lautan mengelilinginya
Emas, intan permata ada padanya
Ikan – ikan seakan tiada habisnya

Ya, bangsa kita adalah bangsa yang kaya...

Kaya akan rakyat miskin jelata dan koruptor uang negara
Kaya akan pengemis, kaum duafa, dan tuna wisma
Sejatinya seluruh harta kekayaan negara hanyalah untuk kemakmuran rakyatnya
Namun hatiku selalu bertanya-tanya mengapa kehidupan selalu tidak pernah merata
Inilah Ampera, semoga jurang pemisah itu menghilang dan tak akan kembali ada.

Palembang, 2 Oktober 2010

Unknown mengatakan...

Bergulir
Karya: Heny Handayani


Bergulir,
tetesan mataku bergulir
Menyatu dengan kepedihan bisu ini
Bergetar,
ujung jariku bergetar
Hanya kehampaan yang menjagaku disini

Mereka bilang,
jika kau jatuh cinta, kau bertambah cantik
Mereka bilang,
jika kau jatuh cinta, kau bertambah manis
Apakah yang harus kulakukan untuk membuat cinta ini semakin cantik?
Ketika kupikirkan hal itu
Air mataku bergulir
Ketika air mataku bergulir
Yang hinggap hanyalah bayangan biasmu

Detak jantungmu masih menggema
Bibirku terkunci semakin rapat
Sejak kita saling menjauh
Jarak ini pun terisikan air mata

Perlahan mataku meredup
Aku masih memimpikan gemerlap senyummu
Bergulir,
cintaku merenggang, bergulir lagi
Seperti awan yang berarak, kau pun pergi




Perampok Negeri
Karya: Heny Handayani


Lagi,
mereka terus beraksi…
Mencengkeram kemelaratan ini
Simfoni pedih negeri ini
Terngiang abadi
Keretakan moral para pemimpin bangsa
Membasmi kami, anak negeri

Mereka haus harta
Mereka haus tahta
Menyedot hak-hak kami
Menghisap hidup kami
Menyisakan janji palsu tak berarti

Raga kami terbakar sang mentari
Jiwa mereka tersepoi kibasan materi
Penipu ulung berkedok pejabat resmi
Melahap mimpi
Mimpi kami, tumpuan negeri
Kini tinggal alunan sepi menderu
Mengalir di darah kami


Palembang, 2 Oktober 2010

Firyal Athif mengatakan...

Puisi Cinta
Kecantikan melewati Ingatan
Karya:Firyal Athif Adandi(18)

Ingatan menangis
Ketika ingatan menghilang mati

Aku akan menjadi tua
Penderitaanku
Penderitaanku yang teramat sangat
Rasa cintaku berubah

Hatiku akan terus mengalir dan mencair.lava cinta
Dengan namamu lava ini mengalir melewati nadiku
Hatiku berdetak untukmu
Hatiku takkan pernah mencoba mengalahkan namamu

Ketika aku kehilangan daya tarikku
Ketika aku kehilangan fisikku
Ketika aku tua dan tidak berdaya
Ketika aku tak bisa melihat diriku di cermin
Aku akan tetap melihatmu

Ketika ingatan menghilang
Ketika aku melupakan hari-hari dari 1 minggu
Dan bulan-bulan dari 1 tahun
Ketika aku menggabungkan nama-nama
Dan semuanya
Ingatan tentang dirimu
Akan selalu bersinar terang benderang
Dirimu
Telah terngiang di ingatanku
Aku takkan pernah melupakan kecantikkanmu dan sinarmu

Aku akan selalu bahagia
Dengan senyuman manismu
Di benakku
Dan cintamu di hatiku

Puisi kesenjangan sosial
Andaikan
Karya:Firyal Athif Adandi(18)

Masalah,bukan merupakan menemukan sebuah penerimaan
Penerimaan ada di pikiran yang terdalam
Banyak di antara orang.Masalah seperti melihat ke dalam lembah
Yang telah muncul lama
Dan melewati bertahun-tahun dilupakan

Pakaian dan deretan sepatu yang bagus
Gudang di penuhi gandum dan mentega yang bagus
Semua bisa di dapat dengan jawaban yang benar
Jawaban sangat penting,lembah berkata,
Tetapi jawaban bukanlah pemecahan

Penglihatan ke depan telah menunjukkan padang rumput
Dimana rumah berdiri tegak
Bumi sangat murah hati,dan sinar matahari bersinar cerah
Gelandangan bermimpi akan istana dan kekayaan
Para binatang tidur seperti batu

Itu merupakan surge yang susah di dapat,hasil sebuah andai-andai
Dari para petualang,dan sering,di luar padang rumput
Keindahan dating dari air terjun.rusa,dan barisan tanah yang subur
Tapi tak seorang pun berhenti minum dari air fiktif
Air yang sebenarnya telah berlimpah,mereka tidak haus

Sedikit,membuat peruntungan dari keindahan alam
Lainnya dari kekuatan alam,tetapi kebanyakan dari pengetahuan
Ketidakpastian di sains bisa ditulis di nasib
Nasib itu hal yang religious dan fisik dari kehidupan biasa
Dan spiritual adalah sebuah lagu yang tak kunjung datang

Dina mengatakan...

Karya : Dina Amalia (13)

Aku itu Aku

Aku memang bukan Cinderella
Yang harus disiksa dulu baru bertemu Prince Charmingnya

Aku bukan Snow White
Yang harus makan racun untuk mendapatkan cinta sejatinya

Aku bukan Aurora
Yang harus mati suri sampai bertemu Philipnya

Aku juga bukan Belle
Yang jatuh cinta dengan manusia buruk rupa

Bukan pula Mulan
Yang sampai harus ikut perang dan menyamar sebagai pria

Aku ya aku

Cinta ini awalnya semanis cokelat
Tapi lama-lama sesakit granat

Awalnya terasa menyedihkan, penuh air mata
Waktu berlalu, ya sudah, ternyata hidup ini indah

Tanpa dia, hanya aku saja



Malaikat Pengamat

Malam ini aku berkunjung dari rumah ke rumah (lagi)
Di sini aku lihat satu keluarga kaya
Tampaknya bahagia, tapi ternyata tidak juga
Banyak harta tapi bahkan tidak ada cinta
Aku lewati rumah itu, masih belum ada perubahan, aku bosan

Aku lihat di ujung jalan
Pengemis miskin yang kelaparan
Masih muda belia
Merindukan selimut hangat dan boneka
Tiba-tiba teringat rumah megah tadi, aku jadi berdecak sendiri

Padahal mereka hidup di dunia yang sama
Benua yang sama, negara yang sama, bahkan kota yang sama
Mereka pun sama-sama manusia
Herannya, nasib sungguh jauh berbeda
Kesenjangan yang makin terasa

Aku kasihan, tapi apa boleh buat
Aku bukan Tuhan, aku hanya malaikat
Malaikat baru sebagai pengamat
Aku tidak menentukan, tapi mencatat
Mencatat apapun yang kulihat

Unknown mengatakan...

Puisi Cinta Monyet

Permata Hati
Karya : Benny Tantawi Swardi

Dalam hidupku ini,
Apalah yang aku cari?
Kesenangan ?
Harta benda yang berlimpah ?
Ternyata semuanya tak berarti sama sekali
Sekalipun semua itu terpenuhi,
Aku masih tetap mencari, mencari dan mencari,
Mencari sesuatu yang hilang dalam diri ini,
Suatu yang sangat berarti melebihi apapun di dunia ini,
Sampai suatu hari,
Kutemukan hal yang amat berarti itu,
Hal yang tak bisa kupegang dengan tangan ini,
Hal yang tak bisa kulihat dari mata ini,
Tapi hati ini berkata lain
Saat kulihat sosok nya yang lembut,
Saat kulihat senyum nya yang manis,
Hatiku berdebar dengan kencang,
Semuanya terasa sangat cepat,
Semuanya terlihat samar-samar
Dalam kesamar-samaran itu
Hanya dirinya seorang yang kulihat dengan sangat jelas
Berkilau dengan segala kharisma yang dia punya
Menghampiri diriku yang dalam kekosongan itu,
Dialah sang permata hati,
Permata yang berkilau dalam hatiku,
Permata yang telah lama aku cari,
Oh sayang, engkaulah sang permata hati.


Palembang, 2 Oktober 2010



Puisi Kesenjangan Sosial

Syukur
Karya : Benny Tantawi Swardi

Dalam hidup ini,
Pernahkah kita menyadari bahwa kita adalah orang yang beruntung?
Pernahkah kita mensyukuri apa yang telah kita punya?
Pernahkah kita melihat sosok seseorang yang tidak seberuntung kita?
Mereka bekerja siang dan malam,
Hanya untuk menafkahi hidup merekapun mereka tak sanggup,
Mengharapkan sesuap nasi pada hari-hari yang mereka jalani

Pernahkah kita melihat betapa bahagianya orang itu?
Walau hidup mereka susah, mereka tetap tegar dan berusaha menikmati hidupnya
Sesuap nasi pendorong semangat,
Dari sesuap nasi itu pula dia bersyukur,
Tidak pernah sekalipun mereka merasa tidak puas
Walaupun mereka tidak dapat menikmati lauk seperti apa yang kita makan
Tidak pernah sekalipun mereka mengeluh,
Yang ada dalam diri mereka hanyalah semangat untuk terus berusaha
Berusaha untuk mempertahankan hidup mereka,

Sadarkah kita betapa kuatnya mereka?
Sadarkah kita setiap perbuatan yang kita lakukan pada mereka?
Pantaskah caci maki anda kalian lontarkan pada mereka?
Jika kita dalam posisi mereka,
Dapatkah kita bertahan pada diri kita sendiri?
Menerima setiap caci-maki orang-orang terhadap diri kita.
Kita harusnya iri melihat betapa bahagianya mereka di dalam kekurangan yang mereka miliki
Kita seringkali menuntut apa yang melebihi kemampuan kita
Dengan kondisi kita sekarang, kita harus nya malu kepada mereka
Mereka mengusahakan semuanya sendiri
Mensyukuri semua yang mereka miliki
Menghargai satu dan lain nya
Kita ini tidak lebih dari mereka yang berada dalam kekurangan
Karena mereka dapat menikmati dan mensyukuri semua nya.


Palembang, 2 Oktober 2010

felisiayang mengatakan...

Pemimpin – Pemimpin Negeri
Karya Felisia

Aku tak bisa berkata-kata
Tak bisa tertawa melihat nasib rakyat jelata
Hati menjerit dan jiwa meronta
Kemiskinan merajalela
Kelaparan di mana-mana
Yang miskin semakin miskin, yang kaya semakin kaya
Seolah terbentang jurang pemisah, di antara keduanya
Semuanya itu tak lepas dari mereka,
manusia egois yang meski berakal namun tak berbudi,
meski berhati, namun tak pernah peduli
Punya telinga namun tak berfungsi
Bagai ular tedung yang tuli,
yang tak peka pada alunan melodi
Wahai para pemimpin-pemimpin negeri
Janganlah engkau berpura-pura tuli
Dengarlah suara rakyat negeri ini
Rakyat tak perlu janji-janji,
namun mereka butuh bukti
Wahai pemimpin-pemimpin negeri,
sampai kapan ini terjadi
Kini rakyat sudah menanti
Kapankah kau akan mengerti?
Bukalah telinga dan hati,
tuk mengasihi mereka yang tersisi,
demi perbaikan nasib negeri ini


Palembang, 1 Oktober 2010

Bersamamu
Karya Felisia

Saat bersamamu,
hatiku terasa hangat
Senyum manismu,
tatapan lembut di matamu,
membuat jantungku berdebar kencang
Saat tak bersamamu,
terbayang wajahmu di pelupuk mataku
Ku ingin segera bertemu
Ku ingin menggenggam erat tanganmu
Berjalan bersamamu,
Tertawa bersamamu
Ah, mungkinkah aku jatuh cinta ?

Palembang, 1 Oktober 2010

Adiguna Darmanto mengatakan...

Cintaku
Karya : Adiguna Darmanto/ 02

Cintaku, selembut kain sutra
Cintaku, sebesar dan seluas jagad raya
Cintaku, sekuat intan permata
Cintaku, takkan hancur oleh bencana

Walaupun hidupku akan berakhir
Cintaku akan selalu hidup dalam hatiku
Walaupun dunia akan hancur
Cintaku selalu ada untukmu

Dirimu dan Diriku
Karya : Adiguna Darmanto/ 02

Air mengalir dari mataku
Saat aku melihat penderitaanmu
Sesak dadaku memandangimu
Menelingkup di puing-puing rumahmu

Manusia memang tidak sempurna
Monopoli dan intimidasi sering mereka lakukan
Bahkan dirimupun menjadi korbannya
Rumah, tanah, dan harta benda habis mereka rengut

Sabar dan tawakal terus kau lakukan
Menunggu keajaiban datang menghampiri dirimu
Doaku ku haturkan untukmu
Semoga selalu ada kebaikkan untukmu

Palembang, 3 Oktober 2010

Ni Made Restianing Rimadhanti mengatakan...

Hanya Topeng
Karya : Ni Made Restianing Rimadhanti (36)

Berawal dari senyuman yang indah
Kau mampu membawaku ke angan-angan
Angan-angan yang tinggi tak terbatas langit

Tutur katamu yang manis
Menggelitik hatiku yang paling dalam
Membawaku melayang ke pelangi cinta

Cara matamu menatap wajahku
Mengisyaratkan bahwa kau yang terbaik
Membuat ku meleleh seperti es dipadang gurun

Namun, caramu mencintaiku
Tak jauh berbeda dengan lelaki lain yang telah menyakitiku
Mengangkat hatiku tinggi dalam beberapa saat
dan menjatuhkanku dalam lubang kesedihan yang berkepanjangan

Senyumanmu, tutur katamu, tatapanmu, cintamu
Hanyalah sebuah topeng tebal
Topeng untuk menutupi semua keburukan dan kejahatanmu
Menduakan cinta didepan kedua bola mataku

Aku tak pernah menyesal karena telah mencintaimu
Karena aku yang telah memiliih hatimu
Untuk mengisi hidupku dan hatiku
Walau hanya sesaat

Palembang, 3 Oktober 2010









Tak Tahu Malu
Karya : Ni Made Restianing Rimadhanti (36)

Dibawah jembatan itu mereka berlindung
Berlindung dibalik dinding kardus dan berlantaikan tanah merah
Mengais botol dan koran untuk ditimbang
Hanya untuk menyambung hidup esok hari
Tak peduli sang mentari menusuk tulang dan pikiran

Disana mereka terlelap tidur dalam gedung dan mobil mewah
Duduk santai tanpa membawa suara dan beban
Berbicara namun tak tahu apa yang dibicarakan
Menghabiskan uang yang bukan milik mereka
Menjual janji membeli ingkar

Pedulikah kalian wahai wakil rakyat?
Nafsu dan keinginan kalian menjadi jurang yang tajam
antara rakyat dan kalian
Rakyatmu berjuang untuk sesuap nasi
Sedangkan kalian berjuang untuk segenggam berlian
Malukah kalian?

Ah, aku rasa kalian tak punya malu
Karena kalian selalu menutup mata dan telinga kalian
Lari dari jeritan kesengsaraan dan penderitaan rakyat
Yang hanya ingin meminta sedikit saja hak mereka.

Palembang, 3 Oktober 2010

Anonim mengatakan...

Puisi Cinta Monyet


Mengagumi dalam Hati
Karya: Dian Indah

Ketika memandang wajahku sendiri, wajahku memerah
Ketika memandangmu, hatiku berdebar kencang
Aku malu-malu seperti anak kecil berkata-kata
Ketika kumelihatmu, aku tersenyum tanpa arah
Kupikir cinta t’lah datang

Kaulah raja di hatiku
Kaulah bintang di relungku
Kau membuat seolah berhentinya waktu
Karena kumencintaimu
Tak ada alasan atas cintaku, kau tahu itu

Kaulah kasihku
Kau indah melebihi bintang di atas langit malam itu
Berkilau dalam di hatiku
Kaulah cahaya cintaku

Ketika kumelihatmu, aku seperti di atas awan nirwana
Mungkin ini kekanak-kanakan, tapi aku tetap melakukannya
Kupikir cinta t’lah menyapa
Kau menerangi sisi gelap di hati yang lelah

Tapi kutinggalkan kata ‘kumencintaimu’ di dasar hatiku
Dan meletakkannya di ujung bibirku
Kutakut waktu terlalu cepat berlalu untuk melihatmu
Kutakut waktu terlalu lambat, sewaktu-waktu kubisa kehilanganku
Paling tidak kubisa mencintaimu


--------------------------------

Puisi Kesenjangan Sosial


Limpah Batin
Karya: Dian Indah

Bukan karena Tuhan tak adil
Bukan karena ini takdir
Sengsara bukan akibat miskin
Menderita juga bukan karena miskin

Tak pantas mereka berkeluh kesah
Tuhan yang disalahkan
Tak layak mereka marah
Bahagia juga bisa disebut kaya
Tergantung cara memandang

Miskin bisa berarti berhasil
Limpah bukan sekedar materi
Tapi juga kekayaan batin
Bersyukurlah atas hidup ini

Aku terkesima melihat mereka yang tak untung
Mereka makan dengan penuh syukur
Tak peduli apapun itu
Kita si mampu, tak ada daging pun menggerutu
Hati tak ucap syukur

Valensio Ryandi L. mengatakan...

PERGI DAN KEMBALI
Karya : Valensio Ryandi Limarga

Jangan biarkan rasa sakit terpendam dalam hatimu
Rasa sakit yang telah kugoreskan dalam hatimu
Hapuslah air mata yang mengiringi kepergianku
Karena itu semua tidak berarti ketika aku kembali padamu

Ketika diriku mengalami cobaan berat
Hatiku tak kuasa menahan duka yang menyayat
Namun itu semua tak berarti ketika aku kembali padamu
Karena aku tahu dirimu akan selalu setia menungguku

Suratmu membuat hariku menjadi bermakna
Membantu diriku melalui bermacam-macam badai cobaan
Tapi dengan semua yang telah aku lalui itu
Akhirnya aku kembali dalam hangatnya dirimu

Diriku menunggu begitu lama untuk datang memelukmu
Sudah terlalu lama kumemendam rasa ini di hatiku
Namun cinta dari waktu ke waktu begitu kuat
Mempersatukan kita di dalam semua cobaan yang ada

Terlalu lama aku sendirian
Aku telah pergi terlalu lama meninggalkanmu
Tapi setelah sekian lama telah kita lalui itu semua
Akhirnya aku kembali pada dirimu untuk selamanya

---------------------------------------
KORUPSI
Karya : Valensio Ryandi Limarga

Engkau yang mencuri
Engkau yang membunuh
Engkau yang menghancurkan
Engkau yang menjajah
Engkau yang dihujat rakyat
Engkau yang dihina rakyat
Engkau yang dikutuk rakyat
Engkau yang dicaci-maki rakyat
Engkau yang menindas rakyat jelata
Engkau pula yang merebut kedamaian bangsa
Engkau yang menjatuhkan martabat bangsa
Engkau juga yang menenggelamkan moral bangsa
Indonesiaku....

=======================================

Novilia Ispendi Yahya mengatakan...

Kenangan yang Abadi
Karya : Novilia Ispendi Yahya / 37

Melupakanmu mungkin adalah suatu hal yang paling sulit bagiku
Kau telah memberi warna pada hidupku
Mengajariku banyak hal dalam hidup ini
Kau membuat aku berpikir bahwa hidup ini begitu berarti
Tapi terkadang kau membuatku ingin pergi dari kehidupan ini

Kau selalu mengisi hari-hariku
Kau membuatku tertawa
Kau juga yang membuatku menangis
Begitu banyak tawa yang sudah tercipta karenamu
Begitu banyak air mata yang jatuh juga karenamu

Namun sekarang kau pergi
Meninggalkan aku sendiri disini
Membawa serta hati dan jiwaku pergi bersamamu
Aku merasa hidupku hampa
Seakan-akan hidup ini sudah tak ada artinya

Lama sudah aku sendiri menunggu mu kembali tanpa adanya kepastian
Dan kini aku sadar bahwa hidup tetap harus berjalan
Walaupun dirimu telah pergi meninggalkanku
Kenangan akan dirimu akan selalu abadi
Tersimpan dalam di lubuk hatiku.

Palembang, 3 Oktober 2010
===================================

Penguasa dan Bangsa
Karya : Novilia Ispendi Yahya / 37

Tidakkah sedikitpun kau peduli dengan bangsamu?
Mereka menangis, menahan rasa lapar, menahan rasa sakit
Sedangkan engkau berlimpahan harta
Harta yang kau ambil dari mereka
Tidakkah kau punya hati nurani
Begitu banyak bangsamu yang tidak dapat bertahan hidup
Mereka berjuang untuk mendapatkan hak-hak mereka
Namun secepat kilat kau merampasnya dari mereka

Tidakkah kau berpikir akan nasib bangsa ini?
Begitu banyak rakyat yang bahkan tidak sempat memikirkan masa depan mereka
Begitu banyak rakyat yang hanya berani memikirkan apa yang akan mereka makan hari ini
Begitu banyak penderitaan yang telah kau timbulkan pada bangsa ini

Apakah kau pantas untuk di katakan sebagai manusia?
Aku bahkan ragu apakah kau layak untuk hidup di dunia ini
Terlalu banyak penderitaan yang telah kau berikan pada bangsa ini
Sementara kau bersenang-senang di atas penderitaan yang kau timbulkan itu

Sadarilah para penguasa
Semua yang kau lakukan dihidup ini akan kau pertanggung jawabkan di akhirat sana
Semua penderitaan yang kau ciptakan juga akan kau terima nantinya
Semua rasa sakit yang mereka rasakan juga akan kau alami pada saatnya nanti

Palembang, 3 Oktober 2010

Dessy Carmelia mengatakan...

Puisi karya Dessy Carmelia Nurhadana (10)

Puisi Cinta Monyet

Tapi Dia Cantik
Karya Dessy Carmelia N.

Dia cantik
Andai aku sepertinya, mungkin aku berani untuk bisa kenal..
Untuk bisa dekat denganmu
Dengan begini, jangankan bertemu, bermimpi pun rasanya..
Aku tak kuasa

Aku takut
Aku terlalu takut. Aku takut akan jatuh.
Tertendang kenyataan bahwa aku bukan siapa-siapa
Tergerus fakta bahwa aku bukan dia
Terhempas realita bahwa kau takkan pernah ada

Dia cantik
Menjadikanmu hanya sebuah bayang semu bagiku
Menjadikan kau sebuah impian
Impian yang sampai sekarang masih kuragukan
Impian yang tak kan sanggup kukhayalkan

Hatiku sempit.
Tak muat bila dijejal nama lain..
Karena telah penuh dengan namamu
Pikiranku terbatas.
Tak mampu memikirkan hal lain..
Karena telah terisi olehmu

Tak tahukah kau?
Aku kenal kau..
Wajahmu, senyummu, tawa dan tangismu..
Aku tahu kau..
Sifatmu, tingkahmu, gayamu, seringaimu..

Tapi kau tak pernah tahu aku
Tapi kau tak pernah menggubrisku
Karena aku bukanlah dia
Bahwa aku hanyalah aku
Seorang aku yang masih kan terus menunggu
Hingga bulan tak lagi bersinar
Hingga matahari telah sirna
Hingga tak ada lagi hari demi hari..

Palembang, 2 Oktober 2010

===================================
Puisi Kesenjangan Sosial

Bocah Sampah
Karya Dessy Carmelia N.

Bocah itu menyeka keringat di dahi
Dengan lelah ia berjalan menantang matahari
Kulitnya legam.. rambutnya hitam..
Dipeluknya setumpuk koran di tangan

Bocah itu menyeka keringat di dahi
Di depannya menyala sebuah televisi
Seorang petinggi mengobral janji
Dia bilang, ”Perbedaan takkan ada lagi!”

Bocah itu menyeka keringat di dahi
Di depannya, sebuah gedung besar menjulang tinggi
Seorang pria berseragam menghampiri
Dia bilang, ”Ini bukan tempatmu, sampah!”

Bocah itu menyeka keringat di dahi
Di depannya, sebuah mobil mewah berhenti
Seorang gadis muda menutup hidung setengah berlari
Dia bilang, “Jangan dekat-dekat! Dasar sampah!”

Bocah itu menyeka keringat di dahi
Terduduk menyongsong hari
Tertegun menanti bukti
Menunggu.. entah sampai kapan berhenti

Bocah itu menyeka keringat di dahi
Di depannya berjajar tumpukan sampah sana-sini
Bocah tersenyum dalam lelah.. Mencoba tabah..
Dia bilang, ”Inilah rumah.”

Palembang, 3 Oktober 2010

Unknown mengatakan...

Yang Termanis
Karya : Dewi Noviyanti

Dengan halus kurasakan ucapanmu bahwa kau mencintaiku
Setelah merasakannya masih saja kau berikan kelembutan
Pelan-pelan kurasakan wangi harum yang sangat menarik
Hal yang kusukai, semuanya ada pada dirimu

Kau suka berjanji padaku hingga melewati batas
Ingin memberi ku bagaimana rasanya hidup seperti madu
Letakkan satu gelas susu, ku mengaduknya dengan malu-malu

Cintamu terlalu menginginkan ditemani seseorang
Merindukan kehadiran dirimu seperti satu mulut dengan penuh makanan
Kehangatanku seperti selimut kapas
Suatu kekhawatiran akan menurunkan temperatur

Aku merasakan di dalam ucapanmu ada rasa krim yang lembut
Mendengar setiap kalimat rasanya semua sangat lezat

Di matamu hanya ada aku
Dengan halus kurasakan ucapanmu bahwa kau mencintaiku
Benci untuk memakan permen yang tersenyum
Pelan-pelan ku merasakan jumlahnya walaupun tidak banyak
Dan kurasakan cintamu seluruhnya telah diserap

Tawaku menciptakan wangi harum yang tinggal untuk sementara waktu
Alasan untuk berpisah juga mempertahankan untuk tetap tinggal
Seperti merasakan biskuit yang manis rasanya


Tanah Sengsara
Karya : Dewi Noviyanti

Kau tampung seluruh rakyatmu
Untuk tinggal dan memenuhi tubuhmu
Kau berikan tempat bernaung
Engkau menjadi saksi
Betapa sedihnya kehidupan rakyatmu
Alammu kaya, namun rakyatmu sengsara

Kekayaan alammu diserahkan kepada tanah lain
Tanpa sepeser imbalan
Yang ada hanya duka
Dari wajah-wajah sengsara yang menderita
Kelaparan, penderitaan, kesengsaraan
Semua terkumpul jadi satu

Semua duka telah engkau saksikan
Betapa kejamnya tindakan-tindakan yang ada
Kekayaan yang ada telah dirampas
Tak ada lagi yang dapat diandalkan
Yang tersisa hanyalah tanah kering
Tanah yang tak berkembang lagi

Unknown mengatakan...

Puisi Cinta Monyet:

Cinta yang Sia-sia
Karya : Regina Maria Prista

Cinta..
Kau hadir dengan sejuta rasa..
Kau isi hatiku dengan cintamu..
Kau buang cinta yang lain dalam diriku..
Kau menyakinkan aku, walau ku terus ragu akan penantianmu..
Kau cinta yang kuinginkan..

Kau seolah - olah pangeran hidupku..
Kau buat aku menjadi penguasa hatimu..
Aku mulai luluh…
Benteng diriku hilang perlahan - lahan…
Ku percayakan hidup dan cintaku kepadamu..

Namun…
Ketika ku jauh memasuki relung hatimu…
Cintamu tak beratahan lama…
Kau berubah dengan semua topengmu…
Kau sayat hatiku dengan lidahmu…
Cintaku sia –sia…

Sekarang…
Aku bagai matahari yang tertutup awan kelabu…
Bagai pasir di tepi pantai yang dihempas ombak..
Aku hanya sebuah fatamorgana di tengah kehidupan..
Inilah kisah cintaku..
Cinta yang sia – sia..
Sungguh sia – sia…


===================================
Puisi Kesenjangan Sosial :

Penguasa Rendah
Karya : Regina Maria Prista

Engkau di atas..
Aku di bawah…
Kau hidup layaknya raja abadi..
Tak pernah sekalipun kau perdulikan aku…
Aku selalu kau hisap tanpa ampun…
Kau sebut aku rendah dengan lidah pisaumu..
Karena kau tahu, kau lebih rendah dari semuanya..
Silahkan serap semua yang kau bisa…
Hebatkah kau?
Kau bangun semua sesuai dengan kebutuhanmu…
Semua kecewa, semua marah, semua berontak..
Apa yang kau lakukan?
Tidak ada, kosong, hampa…
Kecewakan aku dengan semua tingkah munafik mu..

Tidak ada yang abadi di dunia…
Suatu saat karmamu akan datang dan menghantui hidupmu..
Menghantui di setiap langkah kakimu..
Dan aku…
Akan hidup damai di kediaman abadinya..
Dengan Yang Kuasa..

Unknown mengatakan...

Puisi Cinta Monyet


Rasa yang Tak Akan Hilang
Karya : Joseph S.W. (29)

Matahari terbenam menutup hariku
Berganti bulan menyertai tidurku
Parasmu hadir dalam mimpi-mimpiku
Menimbulkan cahaya yang membutakanku

Kilauan senyumanmu menuntun hariku
Tatapan tajammu menembus jendela hatiku
Suara indahmu terngiang-ngiang dalam telingaku
Nafas kehidupanmu menyatu pada setiap nafasku

Kini engkau meninggalkanku
Menangis sendirian tanpa kehadiranmu
Namun cinta akan tetap tinggal di relung hatiku
Untuk terus mengenangmu

Rasa ini terus menerus mengekangku
Mengikuti arah langkah kakiku
Meski engkau tak di sisiku
Tapi bayangmu selalu hidup dalam benakku

Palembang, 2 Oktober 2010



Puisi Kesenjangan Sosial


Bukalah Mata Hati
Karya : Joseph S.W. (29)

Tangis rakyat kecil yang memilukan hati
Tangis anak terlantar yang menyayat nurani
Mereka berusaha setengah mati
Demi sesuap nasi

Apakah kalian mendengar suara tangis ini?
Suara dari dalam hati yang sepi
Apakah kalian memiliki hati?
Hati dengan sedikit rasa peduli

Untukmu manusia-manusia penuh kreasi
Jangan hanya duduk sambil diskusi
Wakil rakyat kumpulan orang penuh imajinasi
Bukan kumpulan sanak famili

Rakyat telah menanti
Menanti kalian membuka mata hati
Demi perubahan yang berarti
Yang membangkitkan negeri ini

Palembang, 2 Oktober 2010

Deonardo Hermawan mengatakan...

Puisi Cinta Monyet

Aku Telah Jatuh Cinta
Karya : Deonardo Hermawan

Aku selalu memikirkanmu
Sedikit lebih setiap harinya
Teringat semuanya
Semua kata-kata yang kau ucapkan

Setiap hari aku rindu padamu
Melebihi hari-hari sebelumnya
Aku rindu akan kebersamaan kita
Ku ingin kau selalu di dekatku

Aku mulai terbiasa untuk memimpikanmu,
Saat aku berbaring di tempat tidur setiap malam
Sekarang kaulah mimpiku
Bahkan di siang hari

Hati ini pun seolah bergetar
Setiapkali aku bertatap muka denganmu
Hari ini hatiku sedang bersinar
Terisi penuh oleh sinar-sinar cemerlang

Aku malu untuk memberitahu segala sesuatunya
Sesuatu yang kurasakan di dalam hatiku
Sekaranglah waktunya yang tepat untuk aku jujur
Tak perlu ada yang disembunyikan

Kau adalah seseorang yang spesial bagiku
Sejak kita bertemu untuk pertama kalinya
Dan setiap harinya secara bertahap
Kau masuk ke dalam hatiku

Aku selalu merasakan sebuah ikatan
Setiap saat hati kita terus bersama
Ketika jiwa kita juga terikat
Barulah kusadari betapa pedulinya dirimu

Aku menyadari bahwa hati ini membutuhkanmu
Menghargai segala sesuatu yang kau lakukan
Sekarang, aku tak takut lagi
Tak takut mengakui bahwa aku telah jatuh cinta kepadamu

Palembang, 3 Oktober 2010
-----------------------------------
Puisi Kesenjangan Sosial

Aku Malu
Karya : Deonardo Hermawan

Mendekatlah padaku
Izinkan daku membacakan seuntai kisah negaraku
Karena kau harus tahu ini
Hari ini, negaraku membentangkan secuil amanat detak kehidupan
Esoknya, negaraku mencumbu kuitansi berdarah itu
Lusanya, negaraku berkutik dengan kalkulator luar negeri
Tuhan apa aku diizinkan memakai topeng ini
Aku tak kuasa menahan sedih dan malu, Tuhan
Cacing-cacing mengais kelaparan
Sedangkan tikus-tikus itu merajalela menguasai ladang emas
Biarkan mereka, Tuhan
Biarkan mereka mengisi panggung drama ladang itu
Tapi izinkan aku memakai topeng ini, Tuhan
Aku malu

Palembang, 3 Oktober 2010

felecia sabtuharini mengatakan...

Lelaki di Balik Jendela itu
Karya : Felecia Sabtuharini Handrawan


Detik demi detik terus berlalu
Namun aku tetap setia di sini
Dalam sunyi senyapku
Hanya bisa terus memandangi
Lelaki di balik jendela itu
Lelaki yang telah mencuri hatiku

Aku hafal semuanya
Rambut hitamnya
Senyum manisnya
Kehangatan di balik mata birunya
Bahkan kebiasaannya menggambar di embun jendela
Terekam jelas dalam benakku

Hatiku terus berteriak
Ayo menoleh padaku! Ayo!
Tapi ia tak bergeming
Tetap terpenjara dengan anggunnya di balik bingkai jendela
Haruskah selamanya aku begini?
Selamanya hanya bisa mengagumi
Lelaki di balik jendela itu

Palembang, 1 Oktober 2010



Belenggu
Karya : Felecia Sabtuharini Handrawan


Aku tak percaya akan apa yang kulihat
Hatiku perih, sungguh sangat perih...
Melihet kenyataan yang teramat hebat
Indonesiaku, ibu pertiwi

Anak-anak kecil berkeliaran
Meloncat dari satu bus ke bus lain
Yang lainnya mengais-ngais bak sampah
Mencari sesuap nasi untuk perut-perut kecil mereka

Di lain pihak oran-orang besar semakin berkuasa
Mengambil unag negara dengan seenaknya
Merampas hak rakyat jelata
Hanya untuk kepuasan belaka

Di mana letak keadilan?
Di mana hati nurani kita?
Mereka kini tengah menjerit
Bebaskan kami dari belenggu ini!

Haruskah kita diam melihat hal ini?
Haruskah kita terus berpura-pura tuli?
Sampai kapan ini terus terjadi?
Tanya hatimu sendiri

Palembang, 1 Oktober 2010

Andre Wijaya mengatakan...

Cinta
Karya : Andre Wijaya (03)


Cinta adalah perasaan terhebat
Cinta adalah permainan terasyik
Cinta adalah perasaan hatiku terdalam padamu
Setiap detak jantungku, setiap kali, dan setiap hari...

Cinta adalah senyuman
Cinta adalah lagu
Cinta adalah hal terbaik yang pernah kurasakan
Membuatku menjadi lebih kuat...

Aku mencintaimu dengan hatiku,
Dengan ragaku dan dengan jiwaku
Aku mencintaimu bukan karena siapa engkau,
Bukan karena apa yang engkau punya,
Namun karena kau apa adanya...


Wakil Rakyat
Karya : Andre Wijaya

Tuan, kau datang dengan janji-janji manismu
Untuk membebaskan kami dari hidup yang berat ini
Namun masih ada dari kami yang tertindas, teriak namamu
Untuk membuat keadilan
Namun tetap ketidakadilan masih merajalela di duniamu..
Kau datang dengan cinta, tetapi masih banyak terjadi pertumpahan darah
Kau datang dengan damai, namun peperangan tetap terjadi dimana-mana

Bagaimana kami dapat mengakui engkau peduli kepada kami, kepada dunia yang kacau ini?

Kau berkata :
Dimana engkau tertindas, biar aku yang mewartakan kebebasan
Dimana ketidakadilan terjadi, biar aku yang membuat keadilan itu
Dimana ada kekerasan, aku akan memberikan engkau kedamaian
Dimana ada kebencian, aku akan memberikan engkau cinta

Tuan tunjukkan kepedulianmu kepada kami melalui orang-orangmu yang mungkin dapat :
Membuat kebebasan dengan menentang penindasan
Membuat keadilan dengan melawan ketidakadilan
Membuat kedamaian dengan membumihanguskan kekerasan
Membuat cinta dengan membunuh kebencian.

Hadi Prastya Utama mengatakan...

Tema : Cinta

Pengecut
karya Hadi Prastya Utama

Jika ku berani
Ku ingin menatap wajahmu
Melihat ke dalam mata indahmu

Jika ku berani
Ku ingin duduk bersamamu
Menghabiskan waktu berdua, berbagi canda tawa
Berdua, memelukmu

Aku pengecut
Yang tak tahu apa yang ditakutkan
Diakah?
Sehebat inikah Cinta itu?

Aku memohon, jika ku bisa
Aku hanya ingin mengatakan satu hal
Aku cinta kamu…

===================================

Tema : Kesenjangan Sosial

Negeri Rimba
karya Hadi Prastya Utama

Ku Merana…
Burung Gagak pun tak menemukan kilauannya
Cuma sekedar karat dan jamur rumah kami

Menyakitkan…
Tikus menari dan berpesta di atas kita
Tak berhenti makan, tak kenyang-kenyang
Ikan sudah disumpalkan tikus ke mulut Si Kucing

Melelahkan…
Berbicara dengan badak-badak
Jawabannya sama saja

Menyesakkan…
Melihat gajah membabi buta
Menginjak-injak atap rumah dan tanah kami

Apalah yang bisa kami lakukan?
Mereka hanya tahu Hukum Rimba
Mereka cuma Binatang

David_Kurniawan mengatakan...

Nama : David Kurniawan
No : 8
Kelas : XII IPA 1


Tema: Cinta Monyet

Harapan Menjadi Keyakinan
Karya : David Kurniawan (8)

Aku tak mengerti
Apa yang sebenarnya kurasakan saat ini
Hanya saja
Perasaan ini terasa berbeda
Saat kau ada di dekatku
Saat kumelihatmu
Mendengar suaramu
Aku merasa sesuatu yang berbeda

Mereka bilang ini cinta
Tapi aku tahu ini bukanlah cinta
Tepatnya
Perasaan ini belum menjadi cinta
Belum menjadi cinta yang seutuhnya

Aku merasa bahagia dengan peraasaan ini
Aku merasakan kedamaian darinya
Namun terkadang
Aku bingung dan ragu akan apa yang kurasakan
Tak jarang aku membenci perasaan ini
Sungguh sebuah dilema yang menyesakkan dada
Bagaikan berjalan di jalan sempit dan gelap
Yang entah apa tujuannya

Mereka tak tahu
Hanya aku yang tahu
Hanya diriku dan perasaanku
Biarlah rasa ini kupendam dalam hati
Agar harapanku dapat menjadi sebuah keyakinan
Untuk dapat melihat rasa ini tumbuh menjadi cinta
Cinta yang seutuhnya
-----------------------------------------------------

Tema : Kesenjangan Sosial

Cobalah Kau Sadari
Karya : David Kurniawan (8)

Dunia begitu luas
Jauh lebih luas dari apa yang kau bayangkan
Kebahagiaan dalam hidup
Telah membuat manusia lupa
Akan apa yang harus disadari
Akan apa yang harus kau pahami di dunia ini

Bayangkan
Perbedaan yang ada di sekitarmu
Kesenjangan yang ada
Antara yang tua dan yang muda
Si kaya dan si miskin
Sang penguasa dan rakyat biasa
Bagaikan sebuah pelita dan gelap malam

Saat kau mendapat sesuatu
Sesuatu yang kau anggap remeh
Mungkin saja itu hanya sesuap nasi
Atau sepotong roti kecil
Yang sama sekali tak kau anggap
Mungkin hanya sampah bagimu
Namun
Sadarkah engkau
Betapa banyak orang yang membutuhkannya
Mereka bahkan merindukannya

Ya
Memang sulit untuk kau pahami
Sulit untuk disadari
Namun
Cobalah kau sadari
Apa yang seharusnya kau sadari
Akan karunia yang telah Tuhan berikan
Akan saudaramu yang berkekurangan
Hargailah apa yang kau dapatkan
Cobalah
Sekali saja kau sadari

Unknown mengatakan...

Puisi cinta monyet

Menatapmu saja
karya : Steven Liyanto (40)

Kau berdiri jauh di sana
Bermesra ria bersama dirinya
Sedangkan aku di sini terdiam percuma
Menanti datang nya sang Cinderela

Senyum indah merekah di pipi
Saat kau bersama si pujaan hati
Kupasang raut berseri
walau ku-menangis di dalam hati

Kini kau datang berdiri di depan
Tanpa dirinya berada di genggaman
Kurasakan secercah harapan
Mengalir masuk membawa denyut kehidupan

Namun harapan itu sebentar hilang
Dibawa pergi angin bertiup kencang

Memang benar aku manusia lemah
Yang tak tahu kata menyerah
Yang mengejar bulan tanpa lelah
dan tenggelam di laut asmara



Puisi kesenjangan sosial

Duniaku, Dunia mereka
Karya : Steven Liyanto (40)

Pernahkah terpikir bagimu
Akan mereka yang berdiri di pinggir jalan
Bersimbah keringat, mengadu nasib
Menahan terik, demi sesuap nasi

Pernahkah kau bayangkan
Betapa susahnya hidup mereka
Bekerja mempertaruhkan nyawa
Dengan imbalan yang tak setimpal

Tak kan bisa mereka menjadi seperti pejabat
Yang dibayar untuk tertidur saat bertugas

Katanya negara kita negara demokrasi
Keadilan dan persamaan hak dijunjung tinggi
Tapi kenyataannya itu cuma basa basi
Yang ditujukan demi reputasi


Palembang, 03 Oktober 2010

Intan Permata Sari mengatakan...

1. Tema 1 : Cinta “Monyet”
Sosok Ilusi
Karya : Intan Permata Sari
Aku tak bernyawa
Tak juga bersuara
Aku tak berbayang
Tak juga berbekas

Aku menggapai
Namun tak tergapai
Aku melihat
Namun tak terlihat

Kucoba menyapa
Namun tetap tak tersapa
Kucoba meraihnya
Namun tetap tak teraih

Tiada lelah terus kucoba
Menggapainya, menyapanya, melihatnya, dan meraihnya
Namun sampai kapan harus kucoba?
Apakah menunggu adalah satu-satunya jalan?

Tiada keringat dari setiap peluh usahaku
Hanya airmata yang menggenangi jiwa batinku
Membuat sosoknya kabur dari pandanganku
Membuatku takut untuk menangis

Aku pun berteriak
Memanggil dirinya ‘tuk menangkap keberadaanku
Menuntun dirinya berjalan di jalanku
Namun, apakah artinya jeritan batinku?

Aku tak ingin melepas mimpi
Tak ingin menerbangkan sejuta khayalku akan dirinya
Agar raganya ‘kan s’lalu ada di bayangan mata ini
Tapi, apa kuasa yang kumiliki?

Aku bagaikan bayangan kalbu baginya
Bagaikan kabut putih yang samar terlihat
Bagaikan jiwa yang tak berwujud
Bagaikan semilir angin yang lalu lalang


Pasir waktu t’lah berulang kali berputar
Menandakan waktu yang terus berjalan
Namun aku masih menutup mataku
Membuat seolah waktu adalah milikku

Kini, iringan waktu t’lah pergi begitu lama
Bahkan berlari pun takkan mampu mengerjarnya
Namun aku tetap seperti dulu
Sejak aku pertama menangkap sosoknya

Dia pun tetap sama seperti dulu
Saat ia pertama tersenyum padaku
Senyum pahit seorang teman
Karena matanya t’lah menangkap sosok yang lain

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
2. Tema 2 : Kesenjangan Sosial

Hidup dan Mati
Karya : Intan Permata Sari

Hidup adalah mati
Mati adalah hidup
Hidup adalah palsu
Mati adalah nyata

Mati bagaikan sepi penuh suka
Hidup bagaikan ramai penuh duka
Mati bagaikan hambar
Hidup bagaikan pahit

Hidup dan mati bagaikan saudara
Menempuh jalan yang sama
Namun arah yang berbeda
Hidup penuh dengan larangan, sedang mati penuh dengabn kepastian

Jadi apakah gunanya hidup?
Di kala mati menawarkan hal yang lebih menggoda?
Mati berati damai tanpa sesak
Hidup berati ramai penuh duka

Beribu suara menjerit murka
Memaki, mengutuk, dan menghujam diriku
Menyiratkan seolah aku penyebab kekacauan hidup
Alasan terjadinya rentetan tragedi

Getaran bumi yang meraibkan beribu kepalsuan
Gelombang laut yang menghantam karang kehidupan
Ribuan angin yang menghancurkan kepingan harapan
Semua menjadi salah kuasa yang Ku-miliki

Tak pernahkah engkau merasa?
Kapankah engkau akan berpikir?
Tak pernahkan engkau melihat?
Kapankah engkau akan tersadar?

Bahwa kekacauan hidup adalah ulahmu
Sedang keabadian jiwa adalah kemurahan hati-Ku
Engkau menghancurkan dirimu sendiri
Sedang Aku menyelamatkan sisa runtuhan dirimu dari sengsara abadi

Kehidupan tak selalu bagaikan padang rumput yang indah
Mati pun tak selalu bagaikan padang gurun yang gersang
Apakah yang kau inginkan dari kehidupan yang fana ini?
Dan apakah yang kau hindari dari kematian yang abadi?

Unknown mengatakan...

1.Bukti Cinta
Karya: M.Ichiko Abdussalam

Sejenak ku menatapmu
Terasa ada getaran dalam hatiku
Sejujurnya ku tak ingin merasakan itu
Tapi aku tak kuasa menahan hatiku

Setiap hari ku bertanya
Bertanya pada hatiku sendiri
Apakah yang kurasakan ini cinta
Cinta yang tulus dari lubuk hatiku

Kalau memang itu cinta
Aku ingin membuktikannya
Membuktikan kepadamu
Kalau aku sedang terkena
mabuk cinta

Palembang, 3 Oktober 2010


2. Di Antara Dua kehidupan
Karya: M.Ichiko Abdussalam

Ketika aku melewati jalan
Masih banyak aku melihat
Para pengemis dan anak jalanan
Setiap hari berkeliaran
Tanpa arah dan tujuan
Siapakah yang peduli dengan mereka?

Semua pejabat mengatakan
Rakyat pasti akan sejahtera
Tapi kenyataanya
Mereka haus dengan harta semata
Apakah mereka peduli dengan rakyat?

Begitu berbeda dua dunia
Padahal pejabat juga rakyat
Tapi kenapa mereka membedakan diri
Apakah ini yang namanya kehidupan?

Palembang, 3 Oktober 2010

adella kurnia sari mengatakan...

Hilang
Karya : Adella Kurnia Sari

Waktu berlalu dan tak akan kembali
Penyesalan datang tanpa henti
Diriku kini telah sendiri
Hilangnya dirimu membuatku sepi sendiri

Berdiri sendiri disini seakan Harapan telah terhenti
Seorang diri tanpa kekasih hati
Merasakan pengharapanku tlah jauh pergi
Menanti dirimu yang kini telah hilang

Terus melangkah menghadapi hari demi hari
Menatap matahari yang seakan telah kehilangan sinarnya
Dimana dirimu telah pergi ?
Menjauh pergi meninggalkan diriku sendiri

Kekasih hatiku
Hilang..
Menjauh pergi



Palembang, 3 Oktober 2010

===================================
Derita Mereka
Karya : Adella Kurnia Sari

Hangat nya malam tak lagi terasa
Sejuknya pagi menjauh pergi
Tak ada lagi canda dan tawa
Yang tersisa hanya keluh dan kesah

Peluh membasahi raga
Tarikan nafas tak lagi sempurna
Bekerja keras tak kenal lelah
Demi uang yang tak seberapa

Apakah kita sadar betapa susah hidup mereka ?
Apakah kita merasakan penderitaan yang mereka hadapi ?
Kita berfoya-foya menghabiskan harta
Sedangkan mereka membanting tulang dan memeras keringat mencari sepeser uang

Dimanakah hati nurani kita ?
Melihat kaum yang sengsara di depan mata
Peduli kita tak kunjung datang jua
Mereka yang sengsara, hidup terlunta-lunta

Sadarkah kita ?
Inilah derita hidup mereka...


Palembang, 3 Oktober 2010

Franky Eddy mengatakan...

Cinta
Karya : Franky Eddy (19)

Ketika aku membutuhkan teman berbagi
Engkaulah yang kucari
Ketika aku sedang sendiri
Dirimulah yang ada di benakku


Pertama kali aku bertemu denganmu
Kuanggap engkau hanyalah teman biasa
Kupikir rasa ini hanya sebatas kekaguman
Ternyata semua ini lebih daripada itu

Kini barulah kusadari
Bahwa rasa ini bukanlah perasaan biasa
Kuingin menyatakannya kepadamu
Tapi kutakut merusak rasa yang selama ini ada

Palembang, 3 Oktober 2010

Hidup
Karya : Franky Eddy (19)

Kehidupan kini memang serba sulit
Cenderung mengarahkan orang untuk bersikap egoistik
Bagi mereka yang berkecukupan
Banyak hal sederhana yang diremehkan

Namun bagi mereka yang berkekurangan
Hal tersebut sangat mereka butuhkan
Hidup ini..
Bagaikan rintangan yang harus mereka jalani

Wahai engkau yang berkecukupan
Marilah kita berbagi
Saling memberi apa yang kita miliki
Agar hidup ini lebih berarti

Palembang, 3 Oktober 2010

Unknown mengatakan...

Puisi Cinta


Apa Itu Cinta
Karya : Callista Theodora (06)

Semua orang berkata
Cinta itu indah
Semua orang berkata
Cinta tak akan musnah

Tapi
Cinta itu apa?
Darimana datangnya?
Siapa yang memulainnya?
Mengapa hal seperti itu ada?

Ada juga yang berkata
Cinta itu kelam
Ada juga yang berkata
Cinta itu kejam

Kenapa?
Kenapa cinta tak sama?
Kenapa ada yang bahagia
dan ada yang menderita
karena cinta?

Masih ada lagi yang berkata
Cinta hanya menghabiskan waktu
Mereka juga berkata
Banyak yang lebih berharga dan sampah itu

Jadi,
Cinta itu apa?
Harta berharga layaknya permata?
Belenggu tajam pembawa bencana?
Setitik debu tak berguna?

Tak ada yang mengerti?
Tentang cinta
Yang datang tanpa disadari
Dengan semua duka dan sukanya



Puisi Kesenjangan Sosial


Apa Aku Salah
Karya : Callista Theodora (06)

Aku meminta
Meminta kepada orang-orang itu
Untuk memberiku sedikit saja
Makanan untuk menyambung hidupku hari itu

Mereka menolak

Mengapa mereka mengusirku?
Apakah aku kurang sopan meminta?
Apa salahku?
Apakah aku mengganggu mereka?

Mengapa mereka mamaki aku?
Apa yang telah kulakukan?

Apakah mereka juga menderita sepertiku?
Apakah mereka tak punya sesuap pun untukku?
Apakah mobil mewah dan rumah bagai istana
Tak cukup untuk menghidupi mereka?
Apalagi untuk berderma kepadaku?

Apakah aku salah meminta kepada mereka?
Apakah aku salah meminta?
Apakah aku salah karena tidak punya apa-apa?
Apakah aku salah ingin hidup?
Apakah aku salah karena aku hidup?

Kapan semua ini akan berakhir?
Apakah semua ini bisa berakhir?
Apakah semua ini takkan pernah berakhir?
Apakah suatu hari nanti
kepapaan ini akan berakhir?
Apakah hanya aku yang ingin kesenjangan ini berakhir?

Harapku hanya satu
Harapku tak muluk
Harapku hanya agar semua berakhir
Ketidakadilan yang menginjakku
agar semuanya berakhir

William Halim mengatakan...

Karya: William Halim(44)

Puisi Cinta Monyet

Isi Hati

Dulu aku bersamamu merasa bahagia
Bagiku dirimu adalah segalanya
Namun sekarang semua berubah
Kini diriku serasa hampa

kau hujam aku dengan perkataan sadismu
Bagaikan pedang yang menembus dadaku
Kau ubah aku menjadi abu
Yang hilang seiring jalannya waktu

Kau jatuhkan aku ke dalam jurang kesepian
Tanpa ada pelita yang menerangi jalan
Bagaikan malam tanpa terang rembulan
Diriku serasa ditelan gelapnya awan

Meski sedih kurelakan kau pergi
Biarlah aku sendiri dalam kesepian sunyi
Lalu biarlah puisiku ini
Mengahantarkan hasrat dan isi hati

===================================

Puisi Kesenjangan Sosial

Pencuri Harta

Tahukah kau tentang mereka
Mereka yang mengemis demi sesuap nasi
Mereka yang hidup tanpa rasa kasih
Karena kau curi harta terindah ini

Pernahkah kau membuka mata
Melihat mereka hidup melarat kelaparan
Tanpa sandang dan pangan
Kau ambil uang mereka

Wahai kau pencuri harta
Tanpa hati dan pikiran layaknya manusia
Seperti setan mencari harta
Yang menghalalkan segala cara

Wahai kau pencuri harta
Bekukah hatimu bagai bongkahan es
Dapatkah kau merasakan jerit tangis mereka
Tetapi kau malah membuang muka

Wahai kau pencuri harta
Bangunlah dari tidur panjangmu
Lampuilah masa kelammu
Dan bukalah mata hatimu

Jeffy Lukito Chang mengatakan...

Bintang di Hatiku
Karya : Jeffy Lukito Chang (27)

Sejak aku bertemu dirimu
Aku selalu menghitung bintang
Ada 1000 bintang
Tapi tadi malam, Cuma ada 1 bintang yang memikat diriku
Yang paling indah
Aku melihat secara dalam dan hati-hati
Aku sangat menginginkan bintang itu
Tapi tak bisa kuraih
Terus ku coba, tak pernah menyerah
Tapi tak ada gunanya
Lalu kau datang, kau bantu aku dan berkata kita bisa melakukannya bersama
Aku sangat senang
Ketika kulihat titik di bintang itu
Aku terkejut, itu telah menghilang
Perasaanku sedih dan kau tersenyum kepadaku
Tetapi kau bersinar, sinar yang indah, lebih indah daripada pelangi
Pandanganku kepadamu mulai kabur dan kau menghilang
Lalu aku sadar
Bintang yang memikat aku adalah kau

================================

Kehidupan yang tak Sempurna
Karya : Jeffy Lukito Chang (27)

Bulan melindungiku dalam kegelapan
Dan cahaya bintang selalu membimbingku ke dalam genggamanmu
Walaupun angin mulai bertiup kencang
Aku terus jalan tanpa bimbang

Rumput adalah bantalku
Dan awan memberi perlindungan
Aku percaya Tuhan membiarkanku membentuk hubungan ini
Untuk membuatmu menjadi milikku

Apakah ini kebetulan yang menyebabkan kita bertemu
Ataukah ini sesuatu yang orang katakan takdir

Aku terus berjalan di jalan takdir ini
Walaupun angin menyuruhku menghilang
Waktu terus menghancurkan nasibku

Ketika jalan hampir berakhir
Aku mulai menghilang
Semua perasaan yang terus kusembunyikan
Telah diungkapkan dari tulisan ini

Unknown mengatakan...

Puisi Cinta Monyet

Cinta yang Hilang
Karya : Freshca Silvano

Hitam biru gelap dan sesak
Kata yang keluar dari hati
Cerah dan penuh warna
Kebohongan dari mulut ini

Sungguh sepi hati
Terkunci dalam kegelisahan
Senyum yang gembira
Hanyalah dusta dari bibir

Tertetes air mata ini
Membanjiri seluruh ruangan
Luka sakit perih
Menyatu tatkala patah hati ini

Matahari tak bersinar lagi
Bunga tak mau merekah
Langit biru terselimut awan kelam
Diguncang angin yang menusuk

Bagai burung merpati kesepian
Tak punya teman seperjalanan
Gemuruh laut terdengar bening
Membawa jejak cinta menghilang


Puisi Kesenjangan Sosial

Mereka juga Manusia
Karya : Freshca Silvano

Panas terik menyengat kulitku
Macet dan polusi tak terhenti
Mobil mewah bergantian lewat
Aku masih berjalan sendiri di trotoar yang berdebu

Sementara pengemis meminta di perempatan
Ada yang tua
Ada yang muda
Bahkan anak balita

Mengapa bisa begini?
Sementara mobil mewah terus bergulir
Memadati jalan raya
Terasa beda nuansanya

Aku tak bisa menjawab
Aku berlalu
Segera mempercepat langkahku
Tapi wajah pengemis itu seperti mengikutiku

Aku menoleh
Dia masih bercanda
Bagaimanakah masa depanmu wahai teman?
Aku terus melangkah tanpa tahu jawabannya

Edwin Juanda mengatakan...

Tema : Cinta monyet

Cinta Sejati
Karya : Edwin Juanda/14

Cinta
Satu kata yang susah untuk diungkapkan
Satu bahasa yang memiliki banyak arti
Cinta, bukan hanya kata tapi perlu pembuktian

Wajahmu bagai rembulan
Langit malam seusai hujan
Membuatku pilu dan tersipu malu
Tapi, aku sadar aku hanya manusia biasa

Ketika kubuka dua mataku
Kuingin selalu memandangmu
Kuingin selalu didekatmu
Kuingin selalu menemanimu

Tapi aku sadar semua hanya sebatas mimpi
Mimpi yang akan terbang jauh diterpa angin
Kuingin ungkapkan satu kata padamu
Tapi mulut ini berkendak lain

Kuingin kau tahu isi hatiku
Bukan hanya hitam diatas putih yang membutikan
Kuingin utarakan sendiri
Tapi betapa sulit tuk mengungkapkan

Sedih hati ini
Tak bisa ungkapkan maksud hati ini
Seandainya hidup bagai membalikan telapak tangan
Semua akan mudah untuk dijalani

Biarkan maksud hati ini tersimpan dilubuk hatiku
Kujaga persaan ini baik-baik
Biarkanlah waktu yang menjawab
Kalau aku sayang kamu

------------------------------------

Tema : Kesenjangan Sosial

Hidup Sengsara
Karya : Edwin Juanda/14


Bertahun-tahun hidup dijajah
Berusaha melepaskan dari penderitaan
Pada akhirnya Negara lepas jajahan
Banyak masyarakat hidup melarat

Pertama kali kulihat
Gedung-gedung dibangun
Bisnis disana-sini
Hanya segelintir orang yang menikmati

Dengan uang 5ribu ditangan
Mencari tempat layak hidup
Tanpa alas kaki
Mencari nafkah tuk penuhi hidup

Alangkah sedihnya nasib ini
Banyak masyarakat perut besar
tetapi hanya banyak omong kosong
Tak peduli rakyat miskin

Tak kasihan engkau melihat penderitaan kami
Kami hidup bagai mencari sebutir nasi dalam tumpukan jerami
Seandainya banyak orang peduli kepada kami
Mau menoleh kebelakang
Pasti hidup tak sesudah ini

hendry dh sinurat mengatakan...

Kenangan yang Dulu
Karya Hendry D.H. Sinurat

Hari-hari itu terasa terngiang kembali
Terukir sempurna di dalam memori
Memancing rindu yang ada dalam hati ini
Membuat perasaan yang dulu meluap tiada henti

Hari kemarin hanya zaman,
yang dibelah tiga bagian
Setiap bagian terkecap rasa hambar di awal
Adakah yang salah?
Semakin dikecap semakin bercita rasa

Kini dan yang akan datang
Terkuburlah kebodohan!
Bersamamu ketidaktahuan
Yang hanya bisa membunuh cita rasa,
yang penuh sensasi

Genggaman tangan yang begitu erat sangat kurindu
Pelukan yang hangat itu sangat kutunggu
Gejolak hati ini begitu riuh
Membuatku tak snggup berpikir jauh

Bingkai tua melekat di tanganku
Lukisan wajahmu membuat hatiku bergemuruh
Akankah dirimu datang lagi mnemaniku?
Mengukir kembali setiap kenangan yang telah rapuh

Mulai
Merangkai cermin kehidupan
Karena zaman tak bisa meretakkannya
Ada jalan meraih emas dan berlian
Mengganti pecahan cermin lama dengan pijakan kaki yang kokoh

Kenangan denganmu menyisakan makna
Membuatku mengenal arti cinta
Membuatku berharap untuk tidak terpisah
Tapi kutahu hanya kenangan itulah yang tersisa sudah

Palembang, 1 Oktober 2010

==================================

Inikah Hidup?
Karya Hendry D.H. Sinurat

Terdengar suara tangis bergema
Keluh kesah yang tiada tara
Pandangan serasa hampa
Hati ini gelisah
Terus berjalan dengan tidak memegang apa-apa
Dengan arah entah kemana
Tak berdaya

Batu yang menghambat perjalanan
Duri yang menusuk harapan
Kerikil-kerikil yang berserakan
Kepahitan yang tak ingin dirasakan
Sebuah kemiskinan

Mengganggu hari demi hari
Menimbun rasa takut di hati
Ia tak kompromi
Kepada mereka yang enggan berdiri
Kepada mereka yang berusaha berdiri
Ia akan pergi

Kenikmatan palsu yang fana
Kemalasan memulai sebuah rencana
Rencana yang mampu mengubah dunia
Bahasa kepuasan yang munafik
Pertahanan diri yang sia-sia
Langkah malangnya

Ketegaran menghadapi fakta
Memposisikan diri tetap berada di dunia nyata
Bukan khayalan belaka
Melangkah dengan percaya
Berusaha dan berdoa
Membalikkan pahit dan getirnya dunia
Menjadi indah dan bercahaya

Di manakah dirimu?
Si penikmat kemiskinankah?
Atau mencoba keluar dari jeratannya?

Perangi dengan kemantapan hati
Belajar melangkah dengan pasti

Hadapi ia sebagai proses
Musuhi ia sebagai lawan
Lawan yang seharusnya bukanlah menjadi bagian dalam hidup kita
Karena kita dibekali yang terbaik olehNya

Bulatkan hati, mantapkan diri
Perkatakan dengan pasti
Selamat tinggal kemiskinan
Dan selamat datang kekayaan

Palembang, 1 Oktober 2010

Cardia Ivana mengatakan...

Puisi Cinta Monyet

Pelajaran Pertama
Karya : Cardia Ivana

Kamu memang yang pertama
Yang membuat aku bertanya-tanya
Kamu juga yang pertama
Yang membuat mataku mencari-cari

Semua tentang dirimu
Siapa kamu? Dimana rumahmu?
Aku mencari tahu
Dan akhirnya aku tahu

Ternyata kamu adalah kamu
Dan tanpa sadar aku cinta kamu
Kupikir kamu pun begitu
Sampai kamu pergi menjauh

Saat itulah kudapat luka pertamaku
Kupikir aku tak akan pernah sembuh
Tapi ternyata aku hanya perlu waktu
Karena sekarang duniaku tak lagi hanya kamu

Cinta pertama boleh jadi menyakitiku
Cinta kedua bisa jadi mengecewakanku
Tetapi itu hanya kerikil-kerikil pelajaran
Sepanjang jalan menuju cinta terakhirku

= = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = =

Puisi Kesenjangan Sosial

Keluhan Para Gubuk
Karya : Cardia Ivana

Gedung-gedung pencakar langit
Tinggi menjulang menantang angin
Haus memamerkan kehebatan kalian
Berbangga akan kebesaran diri

Andai saja tidak harus mendongak
Mungkin kalian sempat menengok ke bawah
Karena di bawah sana ada yang goyah
Gubuk-gubuk gemetar yang diancam angin

Gedung-gedung anggun nan rupawan
Apakah kaca jendela kalian buram?
Saat mengagumi cahaya yang merembes masuk
Tak terlihatkah kerumunan gubuk reyot renta?

Kalian subur dengan badan tinggi tegap
Disirami cahaya mentari keemasan
Sementara bayangan kalian tanpa ragu jatuh
Menimpa mereka yang di bawah dengan kegelapan

Puisi ini puisi yang menangis
Karena para gubuk juga ingin cantik
Mereka bosan dengan debu
Mereka punya hak untuk takut akan gelap

Air mata mereka luruh seiring hujan
Diam mereka tidak berarti kedamaian
Mereka menangis hanya saja tidak terdengar
Karena kalian ini gedung-gedung yang mendongak

Palembang, 2 Oktober 2010

JeniceChandra mengatakan...

Nama: Jenice Chandra
Kelas/absen: XII.IPA.1 / 28

Tema: Cinta Monyet
Mengapa Mencinta?

Senyuman terukir dari bibir mereka
Matanya memancarkan cinta
Saling memandang penuh kehangatan
Keramaian tidak membuat mereka sungkan bermesraan

Batinku mempertanyakan pemandangan ini
Bagaimana mereka bisa sebahagia itu?
Bagaimana mereka bisa begitu mencinta?
Keyakinan cinta mereka membuatku bertanya

Keluguan usia muda atau pertemuan dua pribadi?
Cinta monyet atau cinta sejati?
Apapun itu, cinta memberikan segala rasa
Rasa yang takkan pernah terlupa

Cinta memberikan yang indah
Cinta membuat kita gundah
Cinta buat hati berdarah
Cinta juga membawa penyesalan yang tak sudah

Berlomba-lomba manusia mencari keindahan cinta
Aku lebih memilih diam
Karena cinta bukan dicari, tetapi ditemukan
Namun cinta yang “katanya” indah belum dapat kumengerti

===================================
Tema: Kesenjangan Sosial
Khayal

Kututup mataku
Kembali mengingat kenyataan itu
Kenyataan yang pilu, menusuk batinku
Perbedaan bagai tinta dan susu

Sebersit cahaya nampak, kuikuti sumbernya
Gelap perlahan sirna, menyingkap sekitarnya
Pemandangan indah namun berubah menyedihkan
Jurang perbedaan itu terbawa dalam khayal

Aku dapat melihat tebing dengan istana di atasnya
Istana megah dengan segala kekayaannya
Para raja dan ratu tertawa gembira di meja jamuan raksasa
dengan makanan berlimpah
Pangeran menunggang kuda gagah
Putri-putri di balkon mengenakan jubah mewah
Mereka memiliki segalanya, kecuali satu
Keperdulian

Tidakkah mereka peduli dengan kaum terbuang?
Yang bertahan hidup di dalam hutan
Yang tidur beralaskan dahan
Yang hanya makan akar

Tidak pernahkah mereka melihat ke bawah?
Melihat penderitaan di bawah tebing kebahagiaan mereka?
Susah rasanya
Karena makanan nikmat, gaun indah dan istana megah
Membuat mereka menutup mata

Juwita Marlanty mengatakan...

Judul : Perlayaran Cinta
Karya : Juwita Marlanty

Awalnya aku berkhayal untuk mengenalnya…
Awalnya aku bimbang dengan perasaan ini..
Karena aku takut akan ada rasa suka itu…

Setelah semua terjadi timbul pertanyaan besar dalam hatiku
Apakah ini cinta sesungguhnya???
Aku takut akan adanya perubahan yang terjadi dalam kebersamaan ini

Kebersamaan yang dijalani dengan sukacita
Kebersamaan yang membuat saling membutuhkan satu sama lain
Kebersamaan yang hangat, lembut dan kadang tajam
Kebersamaan seperti itulah yang aku takut hilang…..

Dia yang mengerti aku
Dia yang memahami aku
Dia yang membuatku nyaman

Karena dia aku begini,
Karena dia aku jatuh cinta,
Karena dia aku bingung
Karena dia aku tahu apa itu cinta….
Palembang, 2 Oktober 2010

Judul : Arti Kehidupan
Karya : Juwita Marlanty

Kaya………. Miskin……………
Lemah…….. kuat…………
Pintar……….. bodoh…………….

Apalah arti kata tersebut
Apalah penting kata tersebut
Apalah ini sumber perpecahan bangsa

Wahai manusia sadarkah Engkau……
Hidup hanya teori yang dipraktekkan
Hanya bersifat sementara dan senantiasa berubah

Kapan Engkau menyadarinya
Kapan Engkau berubah
Kapan Engkau melaksanakannya

Lihatlah mereka.
Tataplah mereka.
Ayunkan tangan melangkah maju bersama
Bersama menghadapi kehidupan ini……
Palembang, 2 Oktober 2010

shierly mengatakan...

Teriakan Anak Negeri
Karya : Shierly Jayanti

Hai para petinggi berdasi
Dengarkah kau teriakan kami
Semakin hari semakin tertindih
Terjepit oleh hutang sana-sini

Hai orang-orang berkuda putih
Mengumbar janji demi ambisi
Berlakon di atas panggung
Dimana nasib rakyat bergantung

Hai orang-orang penguasa materi
Kemanakah uang jerih payah kami
Ingatkah janjimu untuk membangun negeri
Setumpuk dinar membuatmu lupa diri

Siang terik tak menghalangi kami berorasi
Menuntut perubahan dalam negeri
Biar hanya tidur beralas besi
Kami lihat para koruptor ditembak mati
Kami bersorak meski hanya mimpi

Inilah tangisan anak penerus zaman
Tak sanggup melangkah ke depan
Badan lemas tinggal tulang
Di sana engkau malah bersulang
Palembang, 6 Oktober 2010



Sebuah kata
Karya : Shierly Jayanti

Alkisah ada sebuah kata
Kata yang sering dipuja juga dihina
Tapi itu bukan kata biasa semata
Dalamnya mengandung beribu makna

Kata itu terkadang berubah menjadi iblis
Menerkam siapa saja yang terjerat
Memecah kesunyian dengan tangis
Mengiris hati menimbulkan bekat

Kata itu disembah bagai sang penguasa
Membuat orang berlaku leluasa
Dasar untuk berbuat semena-mena
Terhadap orang-orang yang terlena

Tapi...
Kata itu juga bisa menjadi malaikat
Menabur kasih di antara dua hati
Yang saling melihat kemudian terpikat
Berikrar janji sehidup semati

Dan kata itu adalah...
Cinta
Palembang, 6 Oktober 2010

Juwita Marlanty mengatakan...

Judul : Perlayaran Cinta
Karya : Juwita Marlanty/30

Awalnya aku bermimpi untuk mengenalnya…
Awalnya aku bimbang dengan getaran yang menyetrum hati ini
Bagaikan arus listrik yang mengalir ke jantungku
Listrik semacam apakah ini?
Apakah ini listrik cinta?

Aku takut akan ada rasa suka itu…
Rasa yang muncul……
Rasa yang menggetarkan hati ini,,,
Rasa yang menusuk diriku ,,,
Remuk diriku olehnya
Apakah benar ini yang disebut cinta??
Bagaikan api yang membara di hatiku
Bagaikan angin yang menghembus
Bagaikan air yang mengalir
Dan bagaikan es yang meleleh dihatiku

Aku takut akan adanya perubahaan
Melihat….,
Kebersamaan yang dijalani dengan sukacita
Kebersamaan yang saling membutuhkan satu sama lain
Kebersamaan yang hangat, lembut dan kadang tajam melebihi pisau
Kebersamaan seperti itulah yang aku takut hilang…..

Dia yang mengerti aku
Dia yang memahami aku
Dia yang membuatku nyaman
Sampai diriku tergila-gila olehnya
Melihat matanya bagaikan cahaya yang menerangi jiwaku
Mendengar suaranya bagaikan bisikan malaikat di tengah surgawi

Karena dia aku begini,
Karena dia aku jatuh cinta,
Karena dia aku bingung
Karena dia aku tahu apa itu cinta….

Cinta…..oh…cinta…

Palembang, 2 Oktober 2010






Judul : Arti Kehidupan
Karya : Juwita Marlanty/3o

Kaya………. Miskin……………
Lemah…….. kuat…………
Pintar……….. bodoh…………….

Apalah arti kata tersebut
Apalah penting kata tersebut
Apalah ini sumber perpecahan bangsa

Wahai manusia sadarkah Engkau……
Hidup hanya teori yang dipraktekkan
Hanya bersifat sementara dan senantiasa berubah

Kapan Engkau menyadarinya
Kapan Engkau mengubahnya
Kapan Engkau melaksanakannya

Lihatlah mereka.
Melantukan nyanyian di sepanjang area berdebu
Menadahkan tangan
Menahan haus dan lapar
Demi mandapatkan koin-koin emas itu

Apa bedanya dirimu dan dirinya…
Sama-sama manusia berdosa
Hidup hanya untuk membelas ampun darinya
Namun kenyataanya kau adalah penabung dosa

Dosa yang membuatmu mati rasa
Tak tahu memperlakukan sesamamu manusia
Kau rendahkan mereka dengan sengajanya
Memuaskan hati untuk sementara

Bukalah matamu…
Mari kita ayunkan tangan melangkah maju bersama
Bersama menghadapi kehidupan ini……
Palembang, 2 Oktober 2010

Metta Monica mengatakan...

Lagu Cinta
Karya: Metta Monica

Kesunyian malamku terpecah
Kesepian hatiku pun mengalah
Saat kudengar alunan merdu nan indah
Dari sebuah piano tua tak kenal lelah

Alunan nada terangkai
Merdunya membelai
Sebuah lagu penuh damai
Membuat hatiku terbuai

Kau mainkan untukku
Rangkaian lagu cinta dari hatimu
Kau tuangkan semua isi hatimu
Semua perasaanmu

Ketika lagu itu masih jelas kudengar
Terasa bulan tak pernah berhenti bersinar
Bintang tak berhenti berbinar
Waktu pun kian cepat berputar

Saat cinta saling memandang
Tak takut kan ada penghalang
Saling mendukung
Dan tak kenal kata ujung

Lagu pun perlahan memudar
Terasa bulan mulai redup bersinar
Bintang mulai berhenti berbinar
Dan waktu semakin lambat berputar

Perasaanmu
Hatimu dan rangkaian lagu cintamu
T'lah berhenti kau mainkan untukku
Hatiku pun kembali membeku

Kesunyian malamku kembali menghampiri
Kesepian hatiku pun melawan kembali
Saat alunan merdu nan indah tak lagi mendampingi
Dan piano tua telah lelah mengiringi

Cinta datang dan pergi
Seperti lagu cinta ini
Terjalin indah saat dia menghampiri
Dan kusut tak terbentuk saat dia pergi dari hidup ini

Palembang, 3 Oktober 2010

----------------------------------------------------------------------

Bandingkanlah
Karya: Metta Monica

Hamparan tanah luas
Perbukitan kecil menghiasi
Rumah-rumah mungil mengelilingi
Anak anak kecil bermain dengan senang

Bukan hamparan tanah luas yang hijau
Bukan bukit rumput menghiasi
Bukan rumah mungil nan indah
Bukan tempat tepat untuk bermain

Hamparan tanah itu
Perbukitan kecil dan rumah-rumah mungil
Hanyalah tempat kumuh dikelilingi sampah
Yang datang hanyalah penyakit yang mulai menggerogoti

Jauh dari wilayah kumuh itu
Terdapat bangunan-bangunan tinggi menjulang
Wangi-wangian keluar dari dalam bangunan
Dan mobil berjejer menanti di depan baungunan

Bukan bangunan tinggi tak teratur
Bukan wangi-wangian sampah yang tercium
Bukan mobil sampah yang berjejer
Bukan wilayah kumuh yang dikelilingi sampah

Bangunan tinggi itu
Wangi-wangian dan mobil-mobil
Adalah tempat megah dan mewah
Tempat uang dan kekuasaan jadi santapan

Bandingkanlah
Bandingkanlah betapa jauh berbedanya
Betapa tak enak dipandangnya perbedaan yang ada
Betapa tak layaknya

Kapankah kah semua orang kan melihat?
Sampai kapankah semua orang kan menyadari?
Bahwa perbedaan ini terlalu menyhakiti
Terlalu menyanyat hati

Kapankah orang yang tersenyum bahagia karena harta sadar
Ketika melihat orang yang menderita karena tuntutan harta mereka?
Kapankah kekuasaan mereka tak memakan korban jiwa?
Kapankah keseimbangan datang dan persamaan datang diantara mereka?

Tak ada yang ingin menyadari
Tak ada yang ingin melawan
Tak ada yang ingin menanyakan
Tak ada yang ingin menjawab
Karena tak ada kata dan jawaban yang mampu menjelaskan

Palembang, 3 Oktober 2010

Vivi Widianti mengatakan...

CINTA MEMBUATKU BODOH
Karya: Vivi Widianti

Orang bijak berkata ‘cinta hanya untuk orang bodoh’
Jika aku tak mampu menahan rasa ini
Apakah aku bodoh?
Seperti sungai mengalir ke laut
Seperti itulah
Cintaku padamu

Raih tanganku
Ambillah seluruh hidupku
Karena aku tak mampu menahan perasaan ini

Saat pertama kita bertemu
Tak ada kata terucap, tak ada senyum tersungging
Aku tak tahu bagaimana harus memulai

Kita bertemu lagi
Jantungku berdetak kencang
Matamu, senyummu, wajah indahmu
Aku terpenjara dalam pesonamu
Aku tersesat dalam kilaumu
Aku ingin meraih tanganmu
Ingin memelukmu
Erat

Katakan padaku apa yang telah kau lakukan
Tanpa kusadari kita telah berada jauh di awan
Jemari yang bertaut telah menyentuh langit
Tak ada yang dapat menarikku turun
Dunia mengabur jika kau ada

Tanpamu
Tiada surya di angkasaku
Tiada cinta dalam hidupku
Tiada dunia tertinggal bagiku

Katakan
Bagaimana aku hidup tanpamu?
Bagaimana aku mampu bernapas tanpamu?
Bagaimana aku bertahan?

Bodohkah aku?


PENJUAL PISANG GORENG
Karya: Vivi Widianti

Matahari membakar tengkuk
Peluh membanjiri wajah
Nyeri menyiksa nurani
Letih menguasai jiwa

Ibu...
Senja mulai menyelimuti
Kaok burung menyalami sang malam
Sudah saatnya aku bertolak ke pangkuanmu
Tapi
Pisang kita belum laku
Bagaimana makan malam kita nanti?

Aku terduduk lemas di trotoar
Cahaya lampu kedai pisang goreng seberang menari-nari
Aroma pisang goreng menguar
Menggoda hidung
Membelai lidah

Mobil-mobil mewah berseliweran
Nyonya-nyonya gemuk berebut beli pisang
Kuhampiri toko itu
Kutempelkan wajah di kaca kedai
Kulihat ratusan pisang terjual cepat

Tak kusangka
Makin mahal pisang goreng itu
Pembeli makin senang
Kupandangi pisang goreng ibu
Tiga seribu tak laku-laku

Ibu
Apa bedanya pisang mereka dengan buatan ibu?
Sama pisang
Sama minyak
Sama-sama digoreng

Apa kita makan pisang goreng lagi nanti malam, Bu?