Selasa, 21 September 2010

PUISI KARYA SISWA-SISWI KELAS XII IPA 5 2010-2011

Puisi menuntut seorang penyair untuk dapat mengungkapkan gagasan kreatifnya secara ringkas namun berdaya guna menghasilkan efek tertentu pada pembaca. Dalam hal puisi, tentu saja, efek yang dimaksud tersebut akan sangat bergantung kepada daya apresiasi pembaca atas karya puisi dimaksud. Dalam tulisan ini baiklah efek dimaksud kita sebut saja sebagai "efek puitik", yaitu efek, baik yang kasat mata maupun yang tidak kasat mata, di sisi pembaca sebagai tanggapan atas pembacaannya pada sebuah karya puisi.

Efek puitik ini bisa saja sama atau berbeda antara pembaca satu dengan yang lainnya sebab di dalamnya tercakup unsur-unsur puitik apa saja yang mampu dicerna oleh pembaca tersebut, apakah unsur-unsur estetika, makna, emosi ataukah bahkan unsur spiritual. Daya cerna pembaca satu dengan yang lainnya tentu sangat mungkin berbeda tergantung "bekal puitik" yang dimilikinya.

Penyair, terutama yang masih mula-mula menggauli puisi, sering tergoda untuk memilih kata-kata, frasa, atau idiom yang indah-indah sebagaimana sering dijumpai dalam karya-karya sastra klasik, syair-syair lagu, atau kartu-kartu ucapan hari khusus, seolah-olah kata-kata tersebut serta-merta membuat sebuah sajak menjadi "indah". Estetika bahasa seolah diyakini dapat dicapai melalui penggunaan idiom-idiom yang klise tersebut, yang cenderung "berbunga-bunga".

Efek estetik seakan menjadi satu-satunya yang penting dalam proses penciptaan puisi, sehingga rekan-rekan penyair yang muda pengalaman sering kali melupakan elemen-elemen lain yang tak kalah pentingnya dalam puisi. Bukankah terlalu terpaku pada polesan kosmetika sering beresiko memudarkan inner beauty, "kecantikan dalam", aura seseorang?

Begitu pula puisi, ada "tenaga dalam" yang juga (lebih) perlu mendapatkan perhatian penyair. Diksi, sedikit banyak memegang peranan penting dalam memunculkan kekuatan-kekuatan sebuah karya puisi, baik secara fisik semisal unsur bunyi (musikalitas), keunikan komposisi, maupun secara nonfisik seperti picuan asosiasi makna yang terbangkit dalam benak dan hati pembaca, getar emosi tertentu atau bahkan debar spiritual yang tak terjelaskan yang dirasakan oleh seseorang seusai membaca sebuah karya.

Diksi tentu tak bisa dilepaskan dari kosa kata. Agar seorang penyair mampu mengolah diksi, ia dituntut memiliki perbendaharaan kata yang cukup kaya serta upaya yang tekun dan tak kenal menyerah untuk mencari kemungkinan-kemungkinan bentukan komposisi kata yang unik, segar, dan menyarankan kebaruan pada kadar tertentu. Di dalam puisi setiap kata, frasa atau bahkan larik diupayakan untuk hadir dengan alasan yang lebih kuat daripada sekedar untuk dekorasi semata. Sedapat mungkin kata-kata yang dipilih itu merangkum sebanyak mungkin tenaga potensial puitik, sehingga pada saatnya mampu memicu syaraf-syaraf puitik pembaca. Kata-kata yang dipilih dalam puisi sebaiknya bernas, telak, sekaligus enak didengar dan membekas dalam benak pembaca.

Membekasnya sebuah ucap-ucapan dalam puisi ini bisa jadi dikarenakan idiom tersebut memiliki asosiasi tertentu yang membangkitkan emosi tertentu dalam diri pembaca, mungkin karena mengingatkannya pada pengalaman pribadinya sendiri, atau karena idiom tersebut memiliki keunikan tersendiri baik dalam hal bentuk atau bunyinya, kebaruannya, atau bahkan keusilannya "mengerjai" simpul-simpul syaraf puitik pembaca.

Memperkaya diri dengan bacaan-bacaan lintas disiplin, wawasan bahasa lintas budaya, serta pengalaman berbahasa maupun pengalaman batin secara luas baik dari interaksi dengan orang lain, lingkungan maupun dengan diri sendiri adalah beberapa upaya yang dapat disebut guna mengasah kepekaan diktif seorang penyair. Kekuatan diksi dapat lambat laun dicapai melalui latihan-latihan empirik. Dari situlah mungkin dapat dimengerti mengapa setiap penyair dapat dikenali gaya ucapnya melalui diksi dalam rangkaian karya-karya puisinya.

Selamat berkarya! 

40 komentar:

Dedy Mediansyah mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Dedy Mediansyah mengatakan...

Puisi 1
Tema : Cinta Monyet

Pujaan Hati

karya : Dedy Mediansyah / 09

Matamu yang berbinar-binar
Bagaikan cahaya matahari pagi
Kulit putihmu yang bersinar
Membuat diriku jadi hepi

Tubuhmu yang bagaikan gitar perancis
Begitu seksi menawan hati
Wajahmu yang sangat manis
Membuat diriku jatuh hati

Wahai wanita pujaan hati
Dirimu begitu menawan di hati
kau membuatku jatuh cinta
Pada pandangan pertama

Wahai kau pujaan hati
kau membuatku jadi gila
kau membuatku menjadi mkati
Menjadi mati karena cinta

Aku jatuh cinta pada dirimu
Aku ingin mengatakan I love You
tetapi apa mau kubilang
Engkau sudah jadi pujaan orang

Puisi 2
Tema : Dekadensi

Para Pemuda

karya : Dedy Mediansyah / 09

Wahai kau para pemuda
Kau adalah penerus bangsa
Kau perlu memajukan negara
Agar hidup bangsa sejahtera

Wahai kau para pemuda
jagalah moral diri kita
janganlah engkau jatuh
Pada dunia seks bebas

kalian melakukan setiap hari
tanpa perduli dengan diri
karian meruusak moral sendiri
sampai tidak sadar diri

Wahai kau penerus bangsa
Marilah kita bersama-sama
menjaga moral diri kita
Agar tidak jatuh dalam jurang derita

Ayu Pranindya mengatakan...

PUISI CINTA

Cinta Seperti Ini
Karya : Ayu Pranindya

Sama seperti dihari kau meninggalkanku
Kau masih sepeti ini dan selalu saja
Hanya memandang sinis seolah tak perduli
Kemudian pergi berlalu begitu saja

Bagaikan domba kecil yang tersesat
Aku mencarimu dalam setiap jengkal pikiran
Seperti mengais asa dalam ruangan tanpa pelita
Aku takkan patah arang

Seolah tersesat dalam terowongan tanpa celah
Aku terdiam dan terus menunggu
Hanya bisa berharap dan terus berdoa
Meskipun sakit sendiri
Aku masih disini

Pada akhirnya aku menyadari
Ini aku yang sungguh menyedihkan
Bertemu seseorang yang sangat berarti
Kemudian menemukan kenyataan bahwa
Aku tidak cukup berarti untuk menahannya pergi


TEMA : DEKADENSI MORAL

Nanti diKemudian Hari
Karya : Ayu Pranindya

Ramai diperdebatkan
Heboh diperbincangkan
Mau dibawa kemana Indonesia nanti ?

Bobroknya moral telah tergambar dinegeri ini
Jatuhnya akhlak bangsa mulai meroket
Berbagai kasus amoral banyak terkuak
Lalu bagaimana Indonesia dikemudian hari ?

Ini generasi muda penerus bangsa kian tak terarah
Pergaulan bebas dengan santainya dijalani
Gaya hidup kebarat-baratan bak makanan sehari-hari
Lalu bagaimana dengan budaya asli negeri sendiri, Indonesia ?

Kian hari anak negeri kian berani
Semakin hari semakin menjadi-jadi
Inikah generasi muda penerus bangsa ?

calista mengatakan...

Puisi 1

Kenangan tentang Dirimu
Karya:Calista

Sungguh tak bisa dipercaya,
Kau yang saat itu ada di dalam hatiku,
yang membuat hariku begitu indah,
bagaikan musim semi sepanjang tahun.

Kini kau telah pergi,
ke negeri asing di seberang sana.
Menyisakan begitu banyak kenangan ,
yang menggores luka dalam.

Kucoba tuk melupakanmu,
Kucoba untuk tak lagi mengingat dirimu.
Namun goresan luka yang terukir,
mengering dan terus membekas.

Bertahun lamanya,
Hatiku pun menjadi beku,
Sedingin es di musim salju
Lalu lama kelamaan akan rapuh,
dan hancur jika di genggam.


Puisi 2

Kiamat Menanti
Karya:Calista

Rakyat begitu banyak,
gerah di bawah terik matahari,
Pengemis bertebaran,
anak-anak kelaparan.

Apakah adil?
Di lain pihak korupsi merajalela,
pengadilan ramai seperti pasar,
menekankan kesalahan pada kaum kecil.

Mereka menghukum kesalahan kecil,
dan membebaskan sang penguasa.
Orang miskin tambah miskin,
orang kaya semakin jaya.

Bagaimana ini bisa terjadi?
Keterpurukan menanti di depan sana.
Jika begini sangat disayangkan,
mungkin tidak bisa diselamatkan lagi.

R.A.Dewi Puspita Sari (34) mengatakan...

Ada Kamu
Karya: R.A.Dewi Puspita Sari (34)

Ada kamu di hatiku
Hatiku berdetak tak menentu
Antara suka dan rindu
Aku hanya bisa tersipu malu

Sungguh karena kamu hidupku baru
Senyumanmu membuatku layu
Paras wajahmu melumpuhkan tubuhku
Sungguh karena kamu semangatku baru

Ada kamu yang lain tak berarti
Keberadaanmu buatku diam tak berarti
Arti yang menyadarkanku kembali
Bahwa kau cinta sejati


Hilangnya Nurani
Karya: R.A.Dewi Puspita Sari (34)

Waktu itu ada
Diakui indah dan agung
Jadi keberadaan selalu diagung

Tapi semua hilang dalam kenikmatan
Segelintir harapan ada di buah hati itu
Tapi dibuang
Disingkirkan
Dicaci-maki bahkan kupindah tangan

Dimana letak nurani itu
Bahkan pendewaannya selalu diagung
Datanglah harapan
Datanglah keindahan

Jangan suara-suara pejabat
Berdebat kata per kata
Tapi kenyataan tak nampak

Lalu mau dikemanakan hati nurani itu?
Pada hakikatnya
Atau
Keternyamanan semu

Diven Yakub mengatakan...

Puisi 1
Tema : Cinta Monyet

Kata Cinta

Karya : Diven Yakub / 11

Engkau bagaikan air di padang pasir
Yang dapat menjadi penyegar dalam kekeringan
Melihatmu membuat hidupku menjadi mengalir
Sehingga engkau tak dapat kulepaskan

Kehadiranmu dapat mengubah duniaku
Yang selalu merindukan kehangatan
Andai aku bisa menemuimu
Cinta, kata yang ingin kukatakan

Mengatakn kata itu sangatlah sulit bagiku
Bagaikan mulutku tertusuk oleh belati
Biarlah ku simpan cinta ini di hatiku
Hingga ku menutup mata ini

Puisi 2
Tema : Dekadensi moral

Pejuang Bangsa

Karya : Diven Yakub / 11

Malu rasanya untuk mengucapkan
Matinya rasa nasionalisme Bangsa
65 tahun lalu kita mampu melawan
Sekarang kita tak mampu membanggakan Indonesia

Indonesia yang terkenal dengan perjuangannya
Sekarang kita tak mampu melawan
Dimana rasa nasionalisme kita
Akankah hilang di makan jaman

Inikah cara kita menghormati para pejuang
Yang dulu rela mati di medan laga
Sadarkah, kita sudah menyakitkan para pejuang
Tidak adakah cara untuk memperbaikinya

Hai para pejuang mari singsingkan baju kalian
Hidupkan kembali rasa nasionalisme kita
Mari kita melawan
Untuk Indonesia yang lebih bermakna

Unknown mengatakan...

Puisi 1
Tema : Cinta Monyet

Antara Ada Dan Tiada

Karya : Titin Mardiana Anggraini / 42

Suatu ketika kau hadir dalam pikiranku
Kau hadir untuk membangunkanku
Dari tidurku yang lelap
Dan juga lamunanku yang panjang

Kau mengakhiri semua itu dari diriku
Kau juga menggantikan semua itu
Hanya untuk diriku
Yang telah diam terpaku
Hanya untuk menanti dirimu

Tapi itu tak berlangsung lama
Rasa itu pergi begitu saja
Ketika aku sudah tak dapat menerimamu lagi
Hal itu bagaikan kupu-kupu yang pergi
ketika sudah tak lagi menemukan madu sedikit pun

Namun rasa itu terkadang datang kembali
Ketika aku kembali dalam lamunan
Dan juga tidur yang panjang
Bagai tak akan terbangun lagi

Mungkin memang itu semua
Yang dikatakan dengan cinta
Kadang ada dan tiada
Kadang datang dan pergi
Seperti angin yang bertiup hanya untuk sesekali




Puisi 2
Tema : Dekadensi Moral

Hilang tak Dianggap
Karya : Titin Mardiana Anggraini / 42

Kecil namun tak diangggap
Bagaikan sampah yang dibuang begitu saja
Tapi itulah yang terjadi sekarang ini
Dulu aku banyak digunakan
Namun sekarang tidak

Memang ada yang mengunakan ku
Tapi tidak untuk hal yang berguna
Hanya digunakan untuk memuaskan diri
Dan hanya untuk hal sesaat

Betapa sedihnya aku melihat semua itu
Namun itu memang terjadi
Pada Negara dan orang didalamnya
Dan Tuhan hanya menjadi saksi semata

Dunia sekarang ini hanya seperti gua
Hanya digunakan untuk berlindung sesaat
Jika terjadi sesuatu yang membahayakan
Yang mengancam dunia ini

Aku hanya bisa bersabar
Sampai orang menggunakanku kembali
Untuk hal yang berguna bagi Bangsa dan Negara
Karna aku hanyalah sebuah sikap

Sylvia Chandra mengatakan...

Tema : Cinta

Suatu Saat Nanti
Karya : Sylvia Chandra/40

Cinta,
Bagai daun terbang diterpa angin
Hidup bagaikan melodi begitu juga cinta
Cinta tidak perlu dimiliki
Hanya untuk dirasakan

Aku hanya manusia tak sempurna
Yang hanya bisa menatapmu dari jauh
Tak ingin hati berpaling darimu
Senyum-mu bagaikan matahari dalam hidupku
Tawa-mu membuat aku tahu hidup ini bearti

Kini ku tak berani menatapmu
Setelah apa yang kuperbuat
Kubuat dirimu seakan ayam kehilangan induknya
Kulukai hatimu tuk kesekian kali
Kutahu semua sudah terlambat

Tapi rasa cinta ini takkan pernah berubah
Ku tahu banyak paku yang menancap dihatiku
Melihat mu bersamanya
Tapi kuberusaha untuk menatap kedepan
Kuakan relakan kau bersama dia

Kubahagia melihatmu bahagia
Biarkan semua ini menjadi kenangan hitam diatas putih
Biar kusimpan rasa ini
Biarkan hanya Tuhan dan aku yang tahu
Biarkan waktu yang jawab pertanyaanku

Bila suatu saat kita berjodoh
Biar waktu-lah yang mempertemukan kita

Tema : Dekadensi Moral

Matahari
Karya : Sylvia Chandra/40

Bertahun-tahun hidup dengan belas kasihan
Bertahun-tahun hidup mencari sebutir nasi ditumpukan jerami
Bertahun-tahun berusaha mendapatkan yang terbaik
Bertahun-tahun mencoba menjadi Negara yang maju
Bertahun-tahun maju dengan gigih

Kini semua berubah
Matahari telah menyinari pagi cerah
Menyatakan bahwa Indonesia telah bebas jajahan
Wahai para pemuda
Bertumpahan darah telah dikorbankan

Agar kelak kita hidup menjadi baik
Tapi kini kau seakan tidak peduli dengan semua ini
Hanya mementingkan ego yang besar
Kau kotori bangsa ini dengan perilaku yang tidak senonoh
Kau hancurkan martabat bangsa Indonesia dengan tindakanmu itu

Kau hancurkan bangsa ini
Dengan hentikan jari kau jatuhkan Negara kita
Dengan kedipan mata kau jatuhkan martabat bangsa
Dimana hati nurani-mu wahai pemuda
Kepedulianmu bagai sebutir nasi dalam tumpukan jerami

Wahai pemuda
Kau lah generasi muda penerus bangsa
Janganlah kau permalukan bangsa kita ini
Junjunglah moral setinggi mungkin
Agar kelak Indonesia bagai matahari menyinari seluruh dunia

Julius M Bona mengatakan...

Puisi 1

Cinta…
Karya : Julius M Bona/24

Cinta…
Terkadang kau menghidupkan
Terkadang kau menghanyutkan
Selalu saja begitu
Apa yang bisa mengubahmu?

Kau adalah jembatan kami
Sebagai perasaan dari hati kami
Bagi orang yang kami cintai
kami sayangi dan kami kasihi

Bagaikan bintang di langit
Yang muncul pada saat hujan
Walau kau mempunyai ruang sempit
Kau tetap bisa dilewatkan

Kau seperti bunga
Yang selalu menjaga pucuknya tetap tinggi
Kalaupun kau seperti api menyala
Engkau tetap yang sejati

Kau seperti tendon
Yang dapat cepat sembuh kembali
Kau layaknya pohon
Yang senantiasa melindungi dari panasnya matahari


Puisi 2

Pemuda Penerus Bangsa
Karya : Julius M Bona/24

Hai kau para pemuda
Jadilah Penerus bangsa yang jaya
Selalu menjadi panutan bagi negaranya
Supaya bangsa hidup bahagia

Kau bagaikan seorang anak
Yang gerah mendapatkan kepenatan
Jadilah kau orang berpendirian tegak
Kau para pemuda yang akan dibanggakan

Kau layaknya ksatria
Yang bisa menyelamatkan
Bila kau bisa menjadi suatu kebanggaan bangsa
Kau bisa jadi seorang pahlawan

Kau berkorban demi bangsa tiap hari
Bak seseorang yang tak pernah susah
Kau bisa menjadi pahlawan sejati
Dan tak akan pernah kenal lelah

Kita tidak bisa menjajah
Tetapi kita pernah diperbudakan
Kau para pemuda yang tak kenal lelah
Bangkitkanlah bangsamu agar tidak lagi dipermalukan

aceng mengatakan...

puisi 1 :
tema : cinta

Cinta Membawa Bahagia
Karya : Syena Damara / 39

dia hidup dalam hati
membawa senyum dalam kasih
bersinar dalam diri
membuka hati yang tertutup sepi

dia hidup dalam jiwa
tumbuh bersih di tanah asah
melekat erat dalam kata
takkan hilang begitu saja

Terasa mentari menyambut kembali
Melarutkan luka perih dalam kilauan cahaya
Menerbitkan suka tiada tara
Menghapus keraguan dalam jiwa
Membakar rasa sakit tak berupa

Kamu...
Hidup dalam hati,Tanpa mati
Mengukir kisah dalam tiap langkah
Langkah ringan penuh tawa
Membekas jejak,Membawa Bahagia


Puisi 2 :
tema : dekadensi moral

Cinta Pembodohan
Karya : Syena Damara /39

Dunia punya cerita
cerita tentang cinta
cinta pembodohan...

dunia indah dengan cinta
dunia hancur dengan cinta
cintai diri sebelum cinta duniawi

cinta hanyalah rektorika
yang berujung kepentingan belaka

kau bilang cinta, tapi engkau menodai
kau bilang cinta, tapi engkau mengotori
kau bilang cinta, tapi engkau mendustai
itukah cinta?
katakan cinta itu buta
katakan cinta itu konyol
katakan cinta dan beri segalanya
bagiku... cinta pembodohan

haris prasidya mengatakan...

Hanya Kau Dan Aku
Karya: Agustinus Haris Prasidya (01)

Waktu seakan berhenti
Ketika ku terdiam tak mengerti
Rasakan semua yang ada di hati
seakan ku ingin mati

Melihat mata yang tak biasa
Berkedip pun ku takkan bisa
sekejap diriku memaksa
Tuk bertanya apa yang kurasa

Adakah sedikit tatap matamu yang dapat kusimpan?
Tuk kutatap kapanpun kuinginkan
atau,bolehkah kita berdiri berhadapan?
Walaupun hanya berjauhan
Karena hanya kau,tak lain tak bukan



Yang Muda Yang Berbahaya
Karya: Agustinus Haris Prasidya (01)

Derap langkah menderu-deru
Jari tengah turut berseru
Ketika sautan berseteru
Hanya dengan tangan dan batu
Mungkinkah dapat bersatu?

Tragis..

Hanya "api" sesaat di dalam dirimu
Ataukah hanya nikmat membelenggu?

Ketika moral dan nama baik dipertanyakan
kau tetap saja termakan!
Ketika harga diri dipertaruhkan
kau tetap tak menghiraukan!

Dimanakah telingamu!
Dimanakah hati nuranimu!

Wahai kau manusia tengah usia

Amalia Virgita mengatakan...

Puisi 1
Tema : Cinta Monyet

Saat Ku Jatuh Cinta
Karya : Amalia Virgita (02)

Setiap embun datang di pagi hari
Setiap mentari datang menyinari bumi
Dan setiap bintang datang berdampingan dengan sang bulan
Saat itu juga ku selalu memikirkanmu

Senyummu yang dapat membuatku ikut tersenyum,
candamu yang dapat membuatku bangkit dari kesedihan,
slalu terukir di benakku..

Kadang kuberpikir,
dan bertanya dalam hati..
”apakah ini yang disebut cinta?”
”atau ini hanyalah sebuah rasa kagumku padamu?”

Kumencari dan terus mencari jawabannya
Tapi aku tak menemukannya
Aku malah tersesat
Tersesat jauh dalam segudang kerumitan

Dan kini ku sadar,
aku telah terjatuh dalam jurang cinta..
Cinta kepadamu..

Ingin rasanya kuhentikan waktu
Walau hanya sekejap saja
Membiarkan bibirku bergetar merdu
Tuk ucapkan, aku cinta kamu

Puisi 2
Tema : Dekadensi Moral

Aku yang Terjerumus
Karya : Amalia Virgita (02)

Hidupku kian kacau
Masalah datang silih berganti
Hatiku pun makin galau
Narkoba akhirnya kunanti

Aku sering berkelakuan bar-bar
Mabuk-mabukan kuanggap wajar
Meski tahu dosa mengejar
Tapi tetap kulakukan dengan sadar

Seks bebas pun ikut merajalela
Menyerang para muda juga tua
Prostitusi kian menjamur jua
Bagai mendukung manusia-manusia kotor,
yang telah kehilangan moralnya,
layaknya aku dan lainnya...

eflin winata mengatakan...

Nama : Eflin Winata
Kelas : XII IPA 5
No. Absen : 12

Tema : Cinta

Perih

Bagaikan Bumi memerlukan matahari
Begitu pula arti cintamu bagiku kini
Ketika diriku sedih kau selalu menemani
Namun sekarang engkau pergi

Aku hanya dapat menangis dan merasakan perih
Mengingat hilangnya dirimu kasih
Tanpa terasa sudah sekian lama kupendam rasa perih
Kapankah kau akan kembali kasih

Namun kau tau bahwa cintaku tak akan pernah mati
Walau dihantam ombak pun aku akan tetap menanti
Selama engkau tetap meberiku arti
Ku tak akan menyerah menjaga cinta ini

Mungkin hanya waktu yang dapat menjawab cintaku padamu
Karena diriku menanti kau kembali padaku
Aku percaya bahwa kau akan kembali menemuiku
Memberiku hidup yang penuh dengan kasih sayangmu



Tema : Dekadensi Moral

Jeritan Rakyat

Langit menangis bagaikan merasakan perihnya kehidupan
Disaat para penguasa menikmati kemewahan
Rakyat menderita bagaikan rumah tak bertuan
Mencari rezeki walaupun harus dengan penuh perjuangan

Akankah kau penguasa tau bahwa rakyat juga manusia
Melihat kalian menikmati kemewahan semata
Bagaikan menusukkan jarum ke kulit rakyat biasa

Sadarkah engkau penguasa yang terhormat
Uang yang engkau sumbangkan akan sangat bermanfaat
Dibandingkan engkau hamburkan demi kesenangan sesaat

Percayalah bahwa kehidupan bagaikan roda yang terus berputar
Jika engkau tak memanfaatkannya dengan benar
Engkau akan terpuruk hingga akhir

Unknown mengatakan...

Puisi 1

Tema : Cinta Monyet
Judul : Cintaku

Andaikan waktu ini bisa kuputar kembali
Sayang semua tidak bisa terulang
Akhirnya engkau pergi
Dan aku menangis menyesal
Cintaku telah pergi bersama dia
Saat ini dia telah bersama orang lain
Cintanya bukan untukku lagi
Haruskah aku menangis dan menyesali terus menerus?
Tuhan, kembalikan cintaku
Cinta yang selama ini mengisi relung hatiku
Aku ingin merajutnya bila saatnya tiba
Bersama dengan orang yang telah engkau siapkan untukku..

Unknown mengatakan...

Tema : Dekadensi
Judul : Hai Jiwaku
Karya : Janet Jessica / 23


Hai jiwaku..
Janganlah lesu
Janganlah pasrah
Janganlah putus harapan
Janganlah melakukan hal yang sia sia
Martabat adalah perintah hidup

Hidup bukan undian
Bukan pula tebak - tebakan
Miskin bukan kutukan
Kaya bukan berkah dari langit
Sukses tidak didapat sekejap
Berjuanglah hai jiwaku!
Semangatlah hai jiwaku!
Cita - cita akan kau petik pada saatnya

Florensia_18 mengatakan...

Nama : Florensia
No. Absen : 18

Tema :Dekadensi Moral

Jati Diri

Moral kita mulai berguguran
Decak cemooh mengalir bak keran
Tak perlu heran
Ketika kekerasan berbicara dalam tawuran
Ketika kupu malam menghiasi jalanan
Karena moral bangsa tak lebih dari kepicikan
Agama bagai setara perhiasaan
Bagai tembok penuh retakan
Yang runtuh oleh sentilan

Hai, pemudi-pemuda, hiduplah dalam ketakutan
Tak ada hukum maupun kebenaran
Selain yang Maha Esa, Tuhan !
Yang memberi harapan
Bangunlah moral yang berantakan
Hingga takkan ada lagi retakan di masa depan

Tema : Cinta

Hambarnya Cinta

Sesuatu sulit kucapai
Tak semudah itu aku mendapatkan cintamu
Hatiku hambar tanpa sesuatu yang kau isi
Aku seolah berdiri sendiri, di antara orang lain

Engkau memandang tanpa penuh arti yang membahagiakan
Matamu yang memandang tidak juga memiliki arti
Hatimu kosong, seperti mata yang kau pandang
Seolah kau menghindari aku dari sesuatu

Sulit itu ku terima, karena banyak makna tidak dapat ku artikan
Engkau menganggap aku bukan menjadi bagian dari dirimu
Cinta itu serasa pergi dari kehidupanmu
Pergi begitu saja, seperti air yang mengalir tiada henti

Dahulu engkau selalu memujiku entah dengan kegombalanmu
Memuja dengan kata begitu indah
Dunia seakan milik berdua
Engkau menghabiskan waktu dengan penuh cintamu

Kini pergi begitu saja,
Tanpa berkata-kata.

Unknown mengatakan...

Nama : Giovanni Hutagalung
No. absen : 19

Tema : Cinta

Cinta Picisan

Kau adalah godaan
Tuhan memberkatimu dengan keindahan
Iblis menganugerahimu keanggunan yang berbahaya
Kegelapan yang terselubung dalam cahaya

Memandangimu dari bayang-bayang
Kurahasiakan cintaku dari dunia
Semesta tak perlu tahu
Kau tak harus tahu

Namamu adalah rantai beludru
Menjerat ketika kudengar
Namun menawarkan kelembutan
Cinta picisan ini
Kuingin kau peduli

Matamu mengunci mataku
Aku terpana
Tuhan memaku kedua kakiku
Ia, Sang Maha Cinta
Menertawakan kegugupanku

Senyummu merekah
Aku tahu, Tuhan baru saja memberiku berkah
Ia, Sang Maha Cinta
Tahu cara membuatku bersukacita

Angin meniupkan suaramu
Menghembuskannya ke telingaku
Kupejamkan mataku
Kubisikkan, “Aku menginginkanmu”

Ini cinta yang salah
Membangkitkan pikiran-pikiran liarku
Akan dirimu
Aku kalah
Selemah itukah aku?
Kenyataannya, aku mencintaimu

Cinta picisan ini
Haruskah kau peduli?


Tema : Dekadensi Moral

Dosa

Kusimpan semua kata-kata tak terucap itu
Menjaga bibirku tetap tertutup
Kukubur hasrat tak termaafkan itu
Aku belum berdosa

Kulapisi wajahku dengan kebaikan semu
Aku tersenyum untuk menutupi cacat imanku
Mereka takkan pernah tahu
Aku mulai merancang dosa

Kubangun fatamorgana ini
Kusembunyikan kebenarannya
Aku yakin akan diampuni
Karena dosaku belum sempurna jadinya

Aku mengabulkan hasrat tak termaafkan itu
Mewujudkan keinginanku akan kepuasan fana
Tanpa sepengetahuanku
Dosaku hampir sempurna

Kurenggut kebahagiaan hidupnya
Bulir-bulir air matanya tumpah ruah
Aku tak bisa berhenti melangkah
Aku tak bisa kembali
Dosaku tak tercela

Menyesal?
Tidak
Dosaku telah kekal
Iblis telah menjadikanku budak
Aku takkan bertobat
Karena aku tahu
Tuhan takkan mengampuniku

Hendra mengatakan...

Nama : Hendra
Kelas : XII IPA 5
No. Absen : 20

Tema : Cinta (Monyet)

Cintaku

Aku jatuh cinta padamu
Panasmu menggoda diriku
Engkaulah pujaan hatiku
Kan ku kejar dirimu

Melihat dirimu bagaikan sinar
Yang memberikan cahaya
Cahaya yang berbinar-binar
Membuat diriku bahagia

Seiring bersama waktu
Bagaikan angin bertiup
Hilang tanpa jejak
Menyisakan luka dihati

Diriku yang selalu rindu dirimu
Beriring bersama waktu
Cintaku
Kan kujaga tuk dirimu

Hatiku hanyalah tuk dirimu
Dirimulah yang ku tunggu
Hariku sepi tanpa tawamu
Bagaikan dunia gelap bagiku


Nama : Hendra
Kelas : XII IPA 5
No. Absen : 20

Tema : Dekadensi Moral

Generasi Muda

Generasi Muda Indonesia
Dirimulah penerus bangsa
Berbagai cobaan silih berganti
Usahamu sangat dinanti

Generasi Muda Indonesia
Jagalah moralmu dalam bersikap
Sikap pemimpin yang amat didambakan
Janganlah jatuh dalam gelapnya dunia

Generasi Muda Indonesia
Dengan usaha yang keras
Menjaga moral kita
Agar dapat hidup sukses

Febri Nova Indah mengatakan...

Puisi 1
Nama : Febri Nova Indah
Kelas / Nomor : XII IPA 5 / 16

Tema : Cinta Monyet

Dirimu

Bagaikan malaikat putih yang kutemukan di bumi
Cahayamu menyinari dan mengetuk pintu hati
Sayapmu yang selalu menjaga dan melindungi
Perlahan namun pasti , aku telah jatuh hati

Dapatkah kau merasakan perasaan ini ?
Perasaan ini bagaikan sang surya yang terus bersinar
Setiap waktu teringat kan senyummu yang bagaikan warna pelangi
Ingin aku memilikimu dan mendekapmu sepenuh hati

Mengisi kekosongan hati yang bagaikan ruang tak berpenghuni
Menyinari hari-hari yang gelap bagai malam yang tak bercahaya
Membuat hidup ini menjadi lebih berarti
Pernahkah dirimu merasakan perasaan ini ?

Kucoba tuk menghapus perasaan yang mengunci diriku
Namun tak dapat dan tak pernah berhasil
Wahai pangeranku yang bagaikan malaikat
Dengarkah dirimu tentang semua ini?

Puisi ini aku buat untukmu
Untuk kekasih hati yang tak dapat terganti
Ku berdoa kepada Sang Penguasa
Somaga perasaan ini kan abadi




Puisi 2

Tema : Dekadensi Moral

Keadilan yang Tak Tergapai

Aku tak mengerti akan negara ini
Dimanakah letak keadilan yang harusnya dijunjung ?
Seakan semua hukum dibuat hanya untuk dilanggar
Seakan sanksi dibuat hanya untuk disuap

Mengapa mereka dapat bersenang-senang diantara penderitaan kami?
Kami memilih Anda, karena kami percaya kepada Anda
Namun sering Anda kecewakan kepercayaan kami..
Andalah sang pemimpin negara ini, kenapa Anda tak peduli akan negara ini?

Tak ada sedikitpun perhatian untuk kami
Para pemerintah hanya berusaha memperkaya diri
Anda tak pernah merasakan penderitaan kami yang sesungguhnya
Karena anda tidak ingin merasakan dan tak ingin menderita

Bagi kalian kami hanya masyrakat yang merepotkan
Kalian hanya memperhatikan kami saat pemilu
Ketika kalian menang, kami pun dibuang
Apakah ini keadlian untuk kami?

Sumpah serapah yang kalian ucapkan kepada kami
Seolah tak berarti lagi untuk kami..
Kami butuh bukti bukan dengan janji
Dengarkah wahai engkau para pemimpin dan para penjabat
Jeritan hati rakyat yang terus kau siksa

Kami berdoa dan mencari uang dari pagi hingga malam untuk menghidupi keluarga kami
Sedangkan kalian hanya duduk santai sambil menikmati hasil jerih payah kami
Pemimpin negara rela menghabiskan uang negara demi sebuah mobil
Kenapa pemimpin tak memperhatikan kami, dimana HAK kami?

Kami hanya manusia biasa, dan kesabaran kami ada batasnya
Saat semua penjabat melakukan korupsi, pernakah mereka berpikir tentang kehidupan kami?
Terkadang kami ingin berdoa agar semua penjabat yang melakukan korupsi mati mengenaskan
Namun kami sadar, hati nurani kami masih berbicara

Maka kami hanya berdoa kepada TUHAN,
Berdoa agar kami dikasih keadilan
Berdoa agar hati nurani pemimpin berbicara
Namun tak kunjung tiba doa itu terkabul

Kini, kami hanya menunggu dan terus menunggu
Melihat dan terus melihat kelakuan pemerintah yang memainkan hukum
Dan hati nurani yang tertutup rapat
Hingga keadilan yang tak pernah tergapai

Anonim mengatakan...

Puisi 1
Tema : Cinta
Karya : Sherin Oktaria (37)

Saat Cintaku Terbenam

Entah mengapa hatiku gelisah
Diriku dipenuhi rasa bersalah
Entah mengapa hatiku terselimut resah
Tapi aku hanya bisa menahan amarah

Kini aku menangis
Karena aku seorang gadis
Karena hatiku teriris
Karena kisah ini terlalu tragis

Semua terasa sepi, sunyi
Tanpa Engkau disini
Tanpa dirimu disisi
Walau cintamu bukan unuk diri ini

Namun tak kunjung kau berikan harapan
Hanya luka yang kau berikan
Cukuplah sudah penantian
Karena semua hanya kesedihan

Aku hanya bisa diam
Luka itu pun melebam
Cintaku pun mulai terbenam
Dan rasa ini harus kupendam

Puisi 2
Tema : Dekadensi Moral
Karya : Sherin Oktaria (37)

Dulu dan Sekarang

Inikah tanah yang selama ini aku banggakan?
Inikah tempat dimana aku dilahirkan?
dan inikah tanah yang kelak menjanjikan?
Atau semua hanya kebohongan?

Aku ingin terlahir ditanah suci
Tanah dimana moral dijunjung tinggi
Tidak seperti sekarang ini
Moral tidaklah berarti

Tanah ini sungguh menjijikkan
Keadilan gampang dicampakkan
Dimana uang telah menjadi tuan
Dan moral pun telah tersingkirkan

Hak asasi dilupakan
Hanya kekuasaan yang dipikirkan
Kejujuran terabaikan
Dan rakyat kecil disia – siakan

Dimana tanahku yang dulu?
Semua yang dulu tabu
Kini semakin menggebu – gebu
Ibarat kita tak punya malu

Unknown mengatakan...

Puisi 1

Tema : cinta

Ketulusanku
Karya : Elfira / 13

Kau yang kucinta
Walaupun ucapmu seringkali menyayat hatiku
Walaupun amarahmu membuat hatiku pilu
Menggoreskan luka di hatiku
Namun ku tak peduli
Karena aku tulus mencintaimu

Aku kan menjadi bintang dan menerangi dalam gelapmu
Aku kan selalu ada disampingmu
Melakukan semua untuk dirimu
Walau di matamu aku tak pernah berarti untukmu

Aku hanya ingin seperti ini
Bersamamu selalu melalui hariku
Mengukir sedikit demi sedikit kenangan tentang kita
Hingga akhir waktuku tiba

Dan bila akhirnya tetap aku yang ditinggalkan
Ku takkan menyesal akan semuanya
Biarlah kenangan yang telah kita ukir bersama
Tersimpan di relung hatiku selamanya


Puisi 2

Tema : Dekadensi Moral

Pelayan Cinta
Karya : Elfira / 13

Lihatlah dia disana
Gadis cantik jelita dambaan setiap pria
Kulihat dia di pinggiran kota
Berdiri diam ia disana
Menanti pekerjaan datang padanya

Demi harta ia lakukan
Demi kesenangan duniawi ia rela melepas kesucian
Tak peduli apa yang orang katakan
Yang penting tak ada penderitaan

Masuklah ia sekarang
Dalam jurang yang begitu dalam
Gelap..
Dan tak dapat keluar selamanya

Debora K.S mengatakan...

Nama : Deborah Kristianti Sitompul
Kelas : XII IPA 5 / 08

Tema : Cinta monyet

Puisi 1

Curahan Hati

Karya : Deborah Kristianti Sitompul

Saat itu saat pertama kali kita berjumpa
Saat itu denyut jantungku kian berdetak kencang
Ku tatap wajahmu
Detak kan itu kian mengencang

Kau mengisahkan nada do,re,mi,fa,sol,la,si,do
Kau memberikanku me,ji,ku,hi,bi,ni,u
Semua itu membawaku pada dunia dongeng cinderella, pocahontas
Kian menari-nari dalam hati
Warna merah muda kian memancarkan sinarnya melalui tatapan mata yang turut tersenyum
Menutupi kehitaman hati dan kau balut dengan putihmu itu
Sungguh tak terbayang kau membuat hidupku berwarna

Sepatu kaca cinderella tidak dapat mengantikan betapa transparannya hatiku padamu
Apel snow white tidak dapat menggambarkan rasa manis cintaku terhadapmu
Dan para peri tidak dapat menggantikan dirimu sebagai malaikat dihatiku
Sebuah panah menancap dihatiku
Mengganti kepingan hati yang hancur dapat kau satukan kembali membentuk pelangi yang kian membasahi hati yang rapuh


Tiba-tiba ku teringat
Ternyata kamu sudah mencintai seseorang
Sakit? tentu saja iya
Entah mengapa linangan air mata membasahi tulang pipiku

Ku tahu aku salah
Tapi perasaan ini masih mengiringi ku hingga kini
Saat engkau membantuku dengan tulus
Itu membuatku sangat menyukaimu

Ku ingat saat aku sedang sedih
Kau datang menghampiriku
Tapi aku terus bertanya apakah itu betul tulus dari dalam hatimu
atau hanya kemauan semata

Aku terus memikirkannya
Sampai suatu saat persahabatan terjalin
Ketika itu baru kuketahui bahwa ternyata dirimu hanya menginginkan dirinya
Memang perih rasanya
Tapi itu lah kenyataannya

Kuingin kau tahu
Tapi kutak ingin kau pergi
Sudah cukup permasalahan yang terjadi
Hal itu kian membuatku sedih
Sedih karna kau kian menjauh

Janganlah pergi dariku, kasih
Kutak ingin kau pergi
Mungkin persahabatan itu sudah cukup bagiku
Nyata bahwa aku sangat mencintaimu melalui cara aku bersahabat denganmu


Puisi 2
Tema : Dekadensi Moral

Himpitan Hati Bangsa

Karya : Deborah Kristianti Sitompul


Bangunan-bangunan menjulang tinggi
ditengah-tengah ada sebuah gubuk
terlantar dan tak terurus
Wahai kau petinggi negara
Pedulikah engkau terhadap negara ini
Atau engkau hanya peduli perutmu saja
Otak kian mengecil perut kian membesar

Anjing menggonggong
Khafila berlalu
Hal itu membuat negara termenung
Akan sikapmu yang buruk itu
Oh Tuhan. . .
Dengarkanlah jeritan rakyatmu ini
Jeritan penuh penderitaan

Dimanakah hatimu, wahai para pemimpin?
Dimanakah nuranimu itu?
Tidakkah kau lihat batin kami?
Teriris akan keserakahan yang kau buat
Sepertinya pedih perih tidak akan pernah berlalu
Bagaikan himpitan yang kau buat untuk kami, bangsamu
Dengarlah! Dengarlah!
Hai pemimpin-pemimpinku buktikanlah bahwa engkau tidak tinggal diam
Dan jawablah kalbu kami

Unknown mengatakan...

Tema : Cinta ( Monyet)

Setia pada Cinta Pertama
Karya : Fifin Sunarlie / 17

Dahulu terasa begitu indah bagiku
Melewati hari demi hari sangatlah menyenangkan bersamamu
Tak ingin melupakanmu sedetikpun
Tak ingin diriku merasakan hampanya hidup tanpamu
Dirimulah yang senantiasa hidup dalam hatiku

Engkau selalu membuat aku tersenyum bahagia
Membuatku merasa aman dan nyaman bersamamu

Aku mencintaimu apapun dirimu
Aku mencintaimu bagaimanapun keadaanmu
Apapun yang terjadi dan kapanpun

Tetapi mengapa dirimu meninggalkanku
Meninggalkanku seorang diri
Meninggalkanku untuk selamanya

Biarpun begitu
Aku tetap akan selalu mencintaimu
Dan aku berjanji
Cinta kita berdua akan abadi selamanya
Tiada seorang pun yang dapat menggantikan dirimu


Tema : Dekadensi moral

Kisah Negeriku
Karya : Fifin Sunarlie / 17

Negeriku yang menawan ini
Memiliki sejuta keindahan di dalamnya
Dari keindahan panorama alamnya hingga lainya

Tetapi dibalik itu semua
Masih tersimpan perasaan enggan
Untuk mengakui negeriku sendiri
Sebagai negeri yang kucintai

Yang ada hanyalah perasaan takut
Takut pada situasi
Dimana kebenaran bisa berubah menjadi kesalahan
Dimana kesalahan bisa berubah menjadi kebenaran
Lalu apa yang bisa diharapkan dari situasi seperti ini?

Harapan pada negeri tercinta hanyalah satu hal
Kapan keadilan di negeri ini akan ditegakkan ?
Tanpa harus menindas yang lemah

Yudi mengatakan...

Puisi satu
Tema : Cinta Monyet

Kata Kata Indah Dariku Untukmu

Karya : M. Yudi Chang / 29

Dengan senyuman, kau luluhkan hatiku
Dengan senyuman, kau perlihatkan dunia padaku
Hanya dengan sebuah senyuman
kau berikan aku kesadaran ,

Pagi yang cerah ketika bersamamu
Malam yang indah ketika mendengarkan suara mu
Hati yang bahagia ketika memiliki mu selamanya

Mengenalmu adalah suatu anugerah
Menyakitimu adalah suatu larangan
Mendampingi hidupmu adalah suatu kebahagiaan
Meninggalkanmu adalah suatu kebodohan

Kau datang membawa cinta dan kesetiaan
Dan kau pergi meninggalkan luka dan kehancuran
Dan aku lebih baik dikenal lalu dilupakan daripada dicintai lalu dikhianati

Puisi 2
Tema : Dekadensi Moral

Masih adakah Generasi Penerus?

Karya : M. Yudi Chang / 29

Anak – anak bangsa..
Engkau dilahirkan dari rahim ibumu
Engkau dilahirkan di tanah ini
Tanah Indonesia..

Ketika Engkau beranjak dewasa
Engkau mulai Membelot dari Jalan yang seharusnya
Engkau mulai berontak
Engkau mulai menyesal
Pertanyaan pun muncul..
Kenapa aku lahir disini?

Coba engkau lihat lagi kebelakang
Coba engkau lihat sekelilingmu
Tanpa hal – hal itu kau tak berarti untuk berada disini
Jangan ingat apapun yang telah mereka lakukan untukmu
Tapi ingatlah tentang apa yang telah kau perbuat pada mereka
Apakah sudah sepantasnya atau tidak….

weliam mengatakan...

Nama : Weliam
Kelas : XII IPA 5/ 44

Puisi 1
Tema : Cinta Monyet

Cintaku

Beribu-ribu wanita yang kupuja
Tapi cukup satu yang memalingkan duniaku
Beribu-ribu wajah menawan
Tapi cukup satu wajah yang slalu kuingat

Dirimu bagai bidadari turun dari langit
Membuat aku sanggup menjalani hidup ini
Aku memang manusia biasa yang tak sempurna
Tapi kuakan berusaha membuatmu bahagia

Dunia seakan runtuh bila kulihat kau besamanya
Tak ingin hati ini,kau jatuh pada dipelukannya
Aku akan berusaha menjadi yang terbaik
Bagai matahari menyinari tiap pagimu

Kutak bisa ungkapkan maksud isi hati
Biarkan hitam diatas putih ini yang akan menjelaskannya
Biarkan suatu saat nanti kau tahu isi hatiku
Yang tak akan berpaling darimu

Kubahagia ketika kau menerima cintaku
Ingin kuhentikan waktu tuk bisa terus bersamamu
Aku serasa orang yang beruntung
Mendapatkan cintamu yang kutahu itu sulit

Biarkan kata-kata ini yang menjadi saksi
Kalau aku mencintaimu
Biarkan cinta kita mengalir seperti air
Terus mengalir dan tiada henti




Puisi2
Tema : Dekadensi moral

Bangsa yang Terlupa

Penerus bangsa yang tak pernah ingat akan sejarah bangsa...
Pahlawan yang berjuang..
Yang telah meneteskan beribu tetes darah
Untuk Indonesia..

Pantaskah balasan ini untuk mereka yang gugur dalam perang..
Apakah tak ada sedikitpun penyesalan di hati
Moral yang tumpah ke bawah dari para remaja
Yang semakin tumpah bertaburan bagaikan debu
Hilang di hempas angin..

Sikap tak bernilai yang dipersembahkan..
Berujung kematian yang merugikan..
Tak adakah sikap untuk menghargai..
Jasa para pahlawan terdahulu

Sadarlah penerus bangsa
Junjung tinggi pariotismemu
Kobarkan api semangatmu
Tingkatkanlah nilai dan martabat bangsamu..

Teguh Wibowo mengatakan...

Puisi 1

Tentangmu
Karya : Teguh Wibowo (41)

Engkau adalah cintaku
Engkau adalah pujaanku
Bagaikan bunga mawar yang tak pernah layu
Selalu engkau menemani hari-hariku

Senyumanmu mengiringi perjalanan jiwaku
Hingga mataku selalu tertuju padamu
Matamu bagai bulan yang selalu menyinari gelap hatiku
Sungguh rindu aku tak berjumpa denganmu

Rasa sayangmu bagaikan manisnya madu
Kasih setiamu bagaikan kerasnya paku
Dirimu selalu mendampingi hidupku
Dan jiwamu selalu berada di hatiku

Aku bahagia saat bersamamu
Ucapanmu selalu menyentuh lubuk hatiku
Penantian hidupku
Kian memaparkan segala baikmu

Kaulah anugerah di dalam hidupku
Karna kutemukan cinta terindah darimu
Yang memberi petunjuk bagiku
Hingga aku yakin kau hanya untukku



Puisi 2

Perjuangan yang Tak Berarti
Karya : Teguh Wibowo (41)


Apa jadinya bila negeri tak diurus?
Apa jadinya bila bangsa tidak dipimpin?
Apa jadinya bila warga negara tidak tertib?
Dan apa jadinya jika bangsa dihuni oleh manusia-manusia pemberontak?

Sudah sekian lama bangsa ini merdeka
Sudah sekian banyak nyawa dikorbankan
Sudah sekian banyak darah tertumpah
Dan sudah sekian besar harga diri dipertaruhkan

Namun, inilah bangsa kita
Korupsi semakin merajalela
Pemberontak semakin banyak
Hingga hukum tak ada artinya

Lalu, mau dibawa kemana bangsa kita ini?
Perjuangan para pahlawan hanyalah harapan kosong
Tiada ujung bangsa ini menangis
Tiada akhir bangsa ini menderita

Ira Anggraini mengatakan...

Karya: Ira Anggraini (21)
Puisi 1:
Tema : Cinta

Cinta Tak Harus Memiliki

Mengapa hati ini…
Harus merasakan cinta yang mendalam
Hanya untuk ia seorang
Yang belum tentu terbalaskan

Bukan rasa sakit yang ku rasakan
Justru rasa cinta semakin ku rasakan
Ketika rasa itu tak terbalaskan

Oh Tuhan…
Kenapa kami ‘tak disatukan
Kenapa pula rasa itu hanya bertepuk sebelah tangan
Kenapa Engkau ‘tak berikan rasa itu kepadanya juga…

Tuhan
Kuingin bersamanya
Erat dalam pelukan sayangnya..
Menghindari semua duka demi dia..

Tuhan
Ku yakin Engkau punyai rencana indah
Ku bukan ‘tuknya,
Melainkan ‘tuk yang lebih baik darinya



Puisi 2:
Tema : Dekadensi Moral

Kangen seperti dulu

Dahulu..
Rasa toleransi s’lalu di jaga
Rasa saling menghormati s’lalu di perlihatkan
Dan rasa saling membantu s’lalu di pupuk

Tak ada rasa gelisah dalam hati
Justru rasa aman yang ada dalam jiwa
Canda tawa riang
Begitu indah masa-masa itu
Hingga dapat di tanam dalam pikiran

Oh Mengapa sekarang seperti ini?
Tak ada lagi rasa toleransi umat beragama
Tak ada lagi budaya timur yang di anut
Tak ada lagi rasa tenggang rasa antar manusia

Apakah ini ciri moral anak bangsa?
tak dapat lagi membedakan salah dan benar
karna kesalahan bisa menjadi pembenaran
dan kebenaran bisa menjadi kesalahan

Perih hati melihat s’mua ini
Apakah manusia tak punya akal sehat lagi?

Oh Tuhan..
Bertubi-tubi Engkau beri cobaan bagi tanah tercintaku ini
Perlahan-lahan kami lewati
Tapi sekarang kami lelah
Kami ingin hidup seperti dahulu
Dan lebih mendekatkan diri padaMu
Hingga s’mua manusia terselamatkan

Patrick Ong mengatakan...

Puisi 1
Tema : Cinta
Karya : Patrick Ong (33)


Kekeliruan Cinta


Sepi… Sunyi…
Ini yang kurasakan

Perlahan…
Bisikan suaramu menggoda jiwaku
Membuatku merasakan kehadiranmu disisiku

Hembusan nafasmu
Menggairahkan hasratku
Membuatku hingga ku tak berdaya

Lekuk tubuhmu
Membangkitkan nafsu birahiku
Menjerumuskanku ke dalam liang kemunafikan

Entah apa yang merasukiku
Kau berhasil menjerat hidupku
Tapi… yang kurasa hanyalah kenikmatan sesaat
Bukanlah cinta tulus yang kuharapkan darimu


Puisi 2
Tema : Dekadensi Moral
Karya :Patrick ong (33)


Kiamat Sebelum Kiamat


Kisah sedih negeriku tercinta
Penuh dengan segudang kebohongan
Cairkanlah hati yang beku akan keadilan
Lumerkan jiwa yang bebal akan kebaikan

Jalan yang lurus tak lagi lurus
Cahaya benderang tak lagi terang

Kiamat sebelum kiamat
Tengah terjadi di negeri ini
Lalu, harus bagaimanakah kita?

berto_juergen mengatakan...

Berto Juergen W.
XIIP5/05

Puisi Cinta Monyet

Telah lama kita lalui
Masa-masa yang menghibur hati
Bersama dalam kebahagiaan
Air mata ataupun senyuman

Teringat lengkungan senyum wajahmu
Menghibur kesedihanku
Teringat canda tawamu
Yang selalu membuatku rindu

Cintaku padamu takkan pernah kurang
Dan kasihku tidak pernah hilang
Walaupun kita tidak dapat bersama
Namun cintamu akan tetap tinggal di hatiku untuk selama lamanya

Tapi….
Kau kini tlah pergi
Bersama orang yang lebih kau cintai
Tak tau bahwa aku masih tetap menanti

Puisi Dekadensi Moral

Sinar perjuangan nampak redup kegelapan
Para pemuda bangsa tak peduli akan bangsa
Dihadapkan pada kemiskinan moralitas
Nasionalisme terbang bersama debu nan hilang

Sinar harapan telah hilang
Aura kebangkitan tenggelam di Indonesia
Teredam di setiap jiwa bangsa
Kekokohan runtuh, kejayaan sirna

Kapan sinar keadilan menyongsong?
Rakyat tersiksa dan teraniaya
Bersatu padu berharap akan Indonesia emas
Menggapai puncak kemuliaan bangsa

Unknown mengatakan...

Nama : Sony Afriandy
Kelas : XII IPA 5
Nomor absen : 38

Puisi 1
Tema : Cinta Monyet

Andaikan Ku Bisa Berkata
Karya : Sony Afriandy

Detik demi detik berlalu
Sejak ku jumpa dirimu
Kau duduk sendiri
Terpesona ku melihatmu
Melihat pesona wajahmu yang indah
Ingin ku dekati dirimu saat itu
Namun jantungku berdetak kencang bagaikan ombak di laut
Membuat ku terpaku
Membuat ku tak sanggup mendekatimu
Berat bagiku untuk melangkah mendekatimu

Entah apa yang terjadi padaku
Semua keberanian ku pupus
Aku tak bisa berkata-kata
Aku hanya bisa terdiam sambil berbicara dalam hati kecilku
Andaikan aku bisa berkata kepadamu
Aku ingin katakan aku cinta padamu

Puisi 2
Tema : Dekadensi Moral

Moral dan Bangsaku
Karya : Sony Afriandy

Tak pernah ku lihat lagi kebanggaan
Tak pernah ku dengar lagi deru perjuangan
Sejak citra bangsa ini mulai tercoreng hitam
Tercoreng oleh tangan-tangan yang kotor
Tercoreng oleh tingkah-tingkah yang biadab
Yang ada hanyalah kebobrokan tindakan dan pikiran
Kelakuan-kelakuan yang makin kabur
Yang tak bebas menjadi bebas tanpa arah
Demi kesenangan dan kepentingan

Dimana moral yang dijunjung oleh bangsa ini?
Dimana letak kesadaran bangsa?
Sampai kapan keterpurukan ini berakhir
Wahai para penerus bangsa
Bangkitlah dan Bangunlah bangsa ini
Kembali menuju kemajuan dan kemakmuran

Medisa Primasari mengatakan...

Tema : Cinta

Dia Merindukan Hatimu
Karya : Medisa Primasari/ 31


Kau menopangku dalam senyummu
Saat ku hilang arah
Saat ku tak inginkan lagi jantung ini berdetak
Ku ingin detik ini berhenti

Detik ini aku tahu
Kau selalu menggenggamku
Walau ku tak dapatkan lagi cahaya matamu
Tak ada lagi hangat tubuhmu

Saat termenung dalam sepi
Aku tahu kau sedang bernyanyi
Namun ku tak bisa dengar suaramu
Hanya ku rasa hati ini bergetar
Bahagia

Hati ini memaksaku untuk mencari hatimu
dia merindukan hatimu
dimana kau?
Bisakah kau dengarkan hati ini?
Dia merindukan hatimu

Namun ku tahu yang terjadi
Ketika hatiku mungkin belum menyadari
Tapi kupercaya nanti
Dia akan mengerti
Dia akan pahami apa yang terjadi



Tema : Dekadensi Moral

Kemana
Karya : Medisa Primasari / 31

Kemana lagi aku harus mencari
Apa masih ada hati yang suci?
Hati yang tak pernah terbersit dengki
Hati yang penuh akan ketulusan mimpi

Ku berjalan melihat di keramaian
Tak kudapatkan hati itu
Ku berpaling ke kesunyian
Tak kutemukan hati itu

Dia, dia, dia
Yang punya sejuta janji- hanya bisa berjanji
Sebatas mimpi - hanya mimpi
Secercah harap - harapan kosong

Kau berikan janji tentang sucinya hati itu
Apa itu?
Hanya omong kosong
Atau janji palsu untuk mereka yang tak berdaya?

Mereka hanya berharap kau berikan sebutir nasi
Tapi kau ambil tak bersisa
Mereka hanya berharap kau peduli
tapi kau hempaskan mereka dalam jurang kepedihan

kemana lagi aku harus mencari?
Telah kususuri pelosok negri ini
Demi bertemu hati yang suci

Ivan.D mengatakan...

tema 1 : cinta

Hanya Untukmu
Karya : Ivan Darmawan (22)

Banyak wanita di bumi ini
Entah mengapa
Engkau selalu ada di jiwa ini
Selalu ada cinta
Sampai rembulan tak lagi menyinari bumi

Cintaku tidak akan pernah berubah untuk dirimu
Kau harus tahu betapa aku mencintaimu
Aku tidak akan pernah meminta lebih dari cintamu
Ingatlah, selalu ada aku disampingmu

Dunia berputar dan berubah
Tapi cintaku tetap dan tidak akan pernah berubah

Ketika semua sudah berakhir
Bagai siang tanpa matahari
Aku tak berdaya sampai akhir
Masih disini dan tetap disini
Dan kasihku selalu untukmu

tema 2 : dekadensi moral

Moral yang Aneh

Menyontek,
Saling memusuhi,
Korupsi dimana mana,
Inilah Indonesia

Menaikkan moral bangsa bagai siput yang berjalan
tetapi
Menurunkan moral bangsa lebi cepat dari singa yang mengejar mangsanya

Moral yang sudah tertanan sejak dini
Ialah moral yang jelek, rusak, dan aneh

Apakah dengan moral seperti ini kita bisa maju ?
Apakah dengan moral seperti ini kita bisa berkembang ?
Sekarang
Siapa yang harus di salahkan ?

Para menteri dan pengurus bangsa lebih memilih bungkam
Jika tidak ada perubahan
Maka,
Indonesia akan lebih dikenal sebagai negara dengan moral yang buruk

Ariyandi Widarto mengatakan...

Kejujuran Cinta
Karya : Ariyandi Widarto XII IPA 5/03

Cintamu takkan pernah hilang terhapus waktu
Hingga ajal menjemput
Walaupun kita tak dapat bersama lagi
Namun ku yakin inilah yang terbaik untuk kita

Walaupun sulit aku akan tetap bertahan
Karna perpisahan ini adalah kehendak Tuhan
Dan jodoh pertemuan di tangan Tuhan bukan kita yang tentukan

Yang diperlukan hanyalah kesabaran
Dan pelukan pengorbanan
Andai cinta itu selalu jujur
Pasti akan berakhir dengan kebahagiaan
Bagaikan kehangatan di awal musim semi




Tikus Berdasi
Karya : Ariyandi Widarto XII IPA 5/03

Mulai dari proyek kecil hingga proyek besar
Mulai dari jutaan, milyaran, hingga triliunan uang yang telah lenyap
Tak terhitung jumlahnya
Entah siapa yang pelakunya
Tak ada yang tahu
Seperti air yang mengalir entah kemana

Walau semua usaha telah dilakukan
Mulai dari sanksi hingga hukuman pidana
Tim pelacak pun telah dibentuk
Tapi tetap saja tak menguranginya
Malah hanya mempertontonkannya pada masyarakat

Bak tikus yang berpakaian lengkap dan rapi
Tanpa disadari dan diawasi
Terus melakukan kegiatan bawah tanahnya
Hingga negara terkaya ini runtuh perlahan

Veto Octavianus mengatakan...

Puisi I
Segalanya Cinta
karya : Veto Octavianus (43)

Hari mulai senja
Tapi kau terlihat peluh kesah
Berjalan dengan sikap resah
Haruskah aku diamdan pasrah

Rasa cinta dan sayang timbul dari dada
Seraya asa dan kasihku tertanda
Aku hanya terdiam tanpa kata
Aku bingung tak tahu berbuat apa

Akankah ini artinya ku jatuh dalam cinta
Cinta mudaku yang tersayang dihati yang kecil
Sekecil langkah kakimu yang fana

Hati bila dipaksakan
Pasti tidak akan baik
Pantasnya dia mencintai dan juga dicintai
Cinta kamu wahai cinta monyetku

Puisi II
Tema : Dekadensi Moral

Rusaknya Moral
karya : Veto Octavianus

Perjalanan masih sangat panjang
Menuju perdamaian moral
Akankah ini sangat berimbang
Kepada hati yang penuh ikal

Mungkinkah hati inirapuh
Mengenai jiwa yang hilang
Karena runtuhnya moral
Apakah kita bisahidup didunia

Lupakan tentang masa lalu
Lihatlah masa depan
Terus menuju perdamaian moral
Menghampiri kita yang tak terungkapkan

desi wandi florencia mengatakan...

Puisi 1
Tema : Cinta
Karya : Desi Wandi Florencia (10)
Cinta
Cinta…
Begitu indah saat kita sedang jatuh cinta
Begitu bahagia saat kita menjalaninya
Begitu enak untuk dipikirkan dan dirasakan

Cinta…
Membuat kita lupa akan segalanya
Membuat kita merasa dunia hanya milik kita

Jatuh cinta..
Sejuta rasanya
Membuat kita seperti orang gila
Karena terkadang kita tersenyum sendiri ketika mengingat si dia

Cinta…
Membuat hati ini berdegup kencang
Membuat kita gembira setiap saat
Membuat kita mabuk kepayang

Hari demi hari ku lalui
Dengan sejuta rasa yang tak menentu
Membuat kita seperti orang bodoh
Yang tidak mengerti apa yang sedang dibicarakan

Cinta… oh cinta
Cinta memang gila
Tidak kenal waktu dan kondisi
Cinta bisa datang kapan saja
Jatuh cinta..
Sejuta rasanya
Apakah ini namanya cinta?


Puisi 2
Tema : Dekadensi Moral
Karya : Desi Wandi Florencia (10)

Bangsa yang Terpuruk

Zaman kini kian berkembang
Teknologi makin berkembang
Pola pikir masyarakat pun turut berkembang
Moral manusia pun makin beraneka ragam

Perilaku remaja makin tak terkendali
Mabuk-mabukan, balap liar, hingga pergaulan bebas makin merajai
Tak dapat lagi dikendali
Mereka buta oleh teknologi

Apa kata dunia nanti kepada bangsaku
Tentang bangsa yang kian memburuk
Moral yang kian terpuruk
Akibat carut marut kehidupan yang buruk

Mari gunakan waktu kita untuk hal yang lebih bermanfaat
Membangkitkan kembali moral masyarakat
Guna mengembalikan citra, harkat, dan martabat
Bangsa kita yang tercinta …
Indonesia…

Mario Tanjung mengatakan...

Nama : Mario Tanjung
Kelas : XII IPA 5
No. absen : 30

Tema : Cinta

Cinta Masa Sekolah
Karya : Mario Tanjung

Kemarin kita menghabiskan waktu
Bersama-sama
Wajahmu sungguh gembira dan senang
Ketika kita masih bersekolah

Dan sekarang
Kita telah berpisah
Karena telah dewasa
Masing-masing mengambil jalannya
Sendiri-sendiri

Saat kita bertemu sekarang
Ku lihat wajah kita sudah berubah
Tidak seceria seperti dahulu
Masing-masing memiliki jalan

Rintangan kehidupan
Sudah membuat kita terlalu sibuk
Sehingga saling melupakan
Saat kita pernah berwajah gembira dan ceria
Pada masa kecil

Tema : Dekadensi Moral

Runtuhnya Moral
Karya : Mario Tanjung

Betapa sedihnya
Kemanakah perginya
Semua anak yang memiliki moral
Apakah tak ada yang memiliki
Moral yang sehat

Kau runtuhkan bangsa ini
Kau runtuhkan moral bangsa ini
Seenaknya kau injak-injak
Moral-moral yang sehat ini

Telah kau lupakan jasa pahlawan
Telah kau lupakan pengorbananya
Apakah masih ada
Yang memiliki moral yang sehat
Dimasa saat ini

Yunita Chandra mengatakan...

Nama : Yunita Chandra
Kelas : XII IPA 5
Nomor absen : 46

Puisi 1
Tema : Cinta

Aku padamu

sejak pertama bertemu
kau selalu di benak ku
sejak mengenalmu
ku bersinar karnamu
bagai tujuh warna pelangi di langit biru

semakin mengenalmu
semakin kusadari
cintamu padanya
dan perasaanku yang tak terbalas

aku cintaimu
kau cintainya
ia yang kusayang
membuatku makin gila

dengan ekspresi seperti apa
suara seperti apa
agar kau mengerti
rasa ku ini

untuknya yang kusayang
kau kurelakan
meski waktu kan menghapus rasa sakit ini
ku hanya dapat berdiri terdiam
menanti warna esok yang baru

pelangi begitu indah
namun kau lebih indah
pada mu yang buatku bersinar
dan kan selalu ku kenang
terima kasih...


Nama : Yunita Chandra
Kelas : XII IPA 5
Nomor absen : 46

Puisi 2
Tema : dekadensi moral

Budaya kita

Budaya Indonesia
Begitu berlimpah
Namun tak di jaga
Hanya ucapan saja

Budaya kita
Sekarang hanya aset wisata
Tak dipeihara
Apalagi di puja

Budaya sendiri lupa
Orang lain merampas
Hanya dapat marah
Tidak berbuat apa-apa

Daerahnya saja lupa
Apalagi budayanya
Pemerintah hanya bicara
Rakyat masa bodoh saja

Dulu budaya diperjuangkan
Sekarang diacuhkan
Generasi tua kecewa
Generasi muda tertawa

Kovan Chandra wOw mengatakan...

Nama siswa : Kovan Chandra
Kelas : XII P5
Absen : 26


Puisi Cintaa

Telah lama ku mengarungi lembah-lembah berduri
Yang terus menusuk hati Sehingga membuatku rapuh tak berdaya sama sekali
Seakan hidup ini tak ada gunanya lagi

Tapi..Ku yakin..
Semua itu hanya ujian
Seperti hujan yang pasti akan berhenti
Semua itu bagai permainan hati
Yang membuat hidup ini tak yakin akan cinta sejati

Ku tak pernah menghapus cinta ini
Ku tak akan pernah mengingkari
Karna... dihatiku selalu ada cinta
Yang akan selalu ada rasa untuk mencintai dan dicintai









Puisi Dekadensi Moral

Hidup ini begitu luas untuk dipahami
Begitu banyak yang harus dipertanyakan
Tapi hanya sedikit yang bisa menjawabnya dengan benar
Itulah hidup

Hidup itu begitu melelahkan..
Begitu banyak liku-liku yang harus dilalui tanpa ada kepuasan diri
Aku lelah..
Aku capek..
Apa dengan bicara seperti itu akan membuat kita berhasil menghindar dari kehidupan

Aku bosan ..
Aku menyerah..
Apa itu jawaban yang terbaik yang bisa kita berikan,
Apa itu yang harus kita lakukan untuk mengakhiri hidup
Tidak ada jawaban yang bisa menjawab semua pertanyaan
Perjuangan hidup penuh dengan misteri
Penuh dengan tanda tanya

Kita hanya bisa berusaha
Terus menjalankannya,berdoa,dan jangan pernah menyerah
Karna perjuangan hidup masih sangat panjang untuk kita lalui dan kita akhiri
Lakukanlah yang terbaik
yang bisa kita lakukan
Dalam hidup yang hanya sejenak ini

Fadlan Fatur Rizky mengatakan...

Nama : Fadlan Fathur RIzky
No : 15
--------------------------
Tema : Cinta

Rinduku Dengan Rasa Ini
karya : Fadlan

Kembali ingatan masa laluku
Rasa itu ada selalu
Kini ku telah bertemu
Sang gadis pujaan hatiku

Rinduku dengan rasa ini
Cinta itu dating kembali
Rasaku takkan terhenti
Walau jarak mmiahi

Andai saja kesempatan itu ada
Kan ku ungkapkan rasaku padanya
Tapi hanya khayal yang ku punya
Kenyataan hanya fiksi belaka

Ah, rinduku dengan rasa ini
Kini dia telah kembali
Kembali mengisi hati
Hatiku yang hampa dan sunyi

Oh, gadis pujaanku
Kan ku kenang kau selalu
Dalam imajinasi fiksiku
Wahai kau gadis pujaan hatiku
-----------------------------

Tema : Dekadensi

Ngeriku
Karya : Fadlan

Gegar dentum suara hati
Melengking jeritan emosi
Tiada lagi kerja otak murni
Pikiran kotorpun merasuki

Hati membusuk ruak parah
Wajah emosi timbul memerah
Tanganlah pelampias amarah
Darah merah banjir mnumpah

Tiadakah lagi akal sehat itu
Mungkinkah telah hilang hatimu
Kemakah langkah bangsa ini menuju
Adakah sosok yang kan membantu

Satukan jiwa dan tujuan
Dinginkan hati dan pikiran
Kita satu nusa satu tanah kelahiran
Bawa negeri ini menuju kemenangan

Anonim mengatakan...

Nama : Lydia Felicia
Kelas/nomor absen : XII IPA 5/28

Tema 1: Cinta
Bukan Seorang Putri

Kepergian dirimu
Masih membekas dalam ingatanku
Kata kata mu yang menusuk hatiku
Derap derap kakimu yang menjauhi diriku
Meninggalkanku sendiri.dalam sepiku

Aku terdiam,menangis sendiri
Menangisi diriku yang tersakiti
Lalu aku bangkit.mencoba berdiri
Teringat sebuah hal yang pasti

Aku bukan seorang putri
Aku terlalu naïf untuk sadar akan hal ini
Ini sebuah kenyataan,bukan dongeng ataupun sebuah mimpi
Pangeran berkuda putih tak akan datang mencari
Akhir bahagia selamanya tak akan pernah aku dapati
Rasa sakit adalah sebuah hal yang pasti

Hari ini ,kucoba untuk menghapusmu
Menghapus bayanganmu dari ingatanku
Menenggelamkan perasaanku padamu dalam telaga hatiku
Dan aku putuskan untuk maju menatap masa depanku
Tanpa dirimu disisiku,tanpa senyum mu menemaniku.




Tema 2 : Dekadensi Moral

Indonesia…
Indonesia,sungguh aku prihatin melihat keadaanmu
Surat surat kabar dipenuhi berita sendu
Media media elektronik pun sama halnya begitu
Berbagai masalah berpadu.kemelut yang sudah terlalu

Kerusuhan terjadi dimana mana
Korupsi merajalela di berbagai kalangan
Teriakan rakyat kecil yang terlantar dan merana
Teriakan yang tak pernah didengar dan dicerna

Indonesia,hanya satu penyebab dari semua masalahmu
Moral bangsa yang sudah jatuh
Terinjak injak dan terlupakan
Seolah moral adalah sampah

Generasi penerus yang tak mau tahu
Pergaulan bebas,itu yang mereka mau
Nilai moral tak mereka perlu
Membuat masa depan tak menentu

Indonesia,mau dibawa kemana masa depan bangsa ini ?
Jika moral bangsa saja tak dipedulikan lagi?
Indonesia.bagaimana negeri ini bisa maju nanti?
Jika bagian dari negeri ini saja tidak mau peduli lagi?